Jika kau yang terus aku pendam,
Hatiku akan remuk redam,
Sendiri melihatmu disana tertawa,
Yang bukan karena aku melainkan dia.
Jika kau yang terus aku genggam,
Tanganku akan lumpuh sebab lebam,
Tampak lah bodoh menanti kamu,,
Sedang kau tak menoleh ke arahku
Kau sesuatu yang harus aku ikhlaskan,
Bahkan sebelum aku pastikan kamu menjadi milikku.
Seperti terjebak dalam gulita,
Hhhhh…
Tentangmu aku tak lagi berani berpikir apa-apa…
Rindu ini sedang tak kenal arah,
Tertancap bersama amarah,
Dan ia berdarah,
Aku pun luka parah.
Kamu yang kemarin pagi menyapa aku dalam ceria,
Entah mengapa menutup malamku dengan air mata.
Seperti kamu hanya bermain api diantara dua kertas,
Sedang kamu bisa saja membakarnya hingga ampas..
Kamu yang siang tadi merangkai aku segaris senyum,
Menjelang pagi kembali membuatku melamun,
Sendiri memikirkanmu,
Akhirnya sepi berani menjatuhkanku..
Kini segala cerita kembali padamu,
Kamu yang sebagian aku genggam,
Membiarkan tanganmu juga digenggam,
Yang bukan oleh aku,
Juga dengan dia…
Disini dibawah langit dan doaku,
Aku menyerahkanmu pada malam,
Semacam mengikhlaskanmu,
Mengikhlaskan yang tidak benar benar aku genggam..
Pada akhirnya,
Segalanya kembali atas ikhlas,
Kamu dan aku,
Semoga tidak untuk saling terhempas…
