Adalah kamu perempuan yang sering aku sebut dalam doa,
Setumpuk kata tak satupun bisa menjelaskan kepada kamu,
Meski doa kepada tuhan seperti jadi bahasa baku..
Kamu tidak tau,
Rasa ini hidup seperti apa,
Kamu pun tidak tau,
Ia bergerak dalam hatiku,
Berlayar sampai jantungku,
Hingga membawa bayang-bayangmu berkerak di pikiranku…
Entah di bait mana harus aku ungkap tentang kamu,
Tentang artimu di dalam aku,
Tentang segenap rasa yang tumbuh dalam tanah hatiku
Kamu tidak tau,
Seperti apa kamu berputar-putar di dalam kepalaku,
Kamu tidak tau,
Bahwa aku bersungguh bila tentang kamu,
meresapi setiap waktu,
meski menunggu berjarak rindu. . .
Di depanmu aku menaruh sebagian nafasku,
Entah sebagai pengisimu,
Atau pula sebagai yang tertolak,
Maka berserah padamu adalah penentuan arahku,
Untuk memenangkan hatimu,
Atau sekedar menjadi seorang perindu.
Sudahlah,
biar waktu yang mengingatkanmu,
Dan sekarang bermain lah dalam perasaanku . . .
Hanya ketahuilah, perempuanku,
bahwa jika bukan dengan kamu,
belum tentu bisa sebahagia ini aku. . .
Kemarin,
Aku pernah hampir menyerah memperjuangkanmu,
Darah pengorbananku tumpah di tanah hatimu,
Mereka gugur,
Tanpa perisai bertulis namamu.
Namun tidak seremeh itu aku ingin memenangkanmu,
Di namamu,
Aku ingin menciptakan masa depanku.
Percayalah,
Dalam suka dan dukaku,
Aku ingin menjagamu,
Atas nama tuhanku,
Ingin aku pastikan,
kamu lah perempuanku. . .