Desember adalah siklus. Di sana aku pernah menjadi sepasang mata yang menjilati lukamu dengan obat berwarna keruh, serupa air tajin. Aku menghidu rupamu yang semakin kisut dengan olok-olok. Langkahmu adalah tempat ragaku rebah sekali lagi. Di mana aku mengikuti dengan membabi buta, tak peduli genangan air mata yang tumpah dari wajan berwarna merah muda
Dalam riuh dedaunan selepas hujan, aku menunggu nampan darimu. Segenggam makanan di atas selasar. Yang rasanya pun tak pernah tepat dengan lidahku. Rasa laparku tak pernah berkurang dari hasil masakanmu yang separuh matang itu.
Apa-apa yang mengikatku dengan Desember telah berkurang. Bahkan tak kutemukan lagi denyut nadinya di sakuku. Kelak, ketika Desember datang lagi. Aku akan merubah bau tubuhku; agar ia tak mengenaliku. Bukan karena aku membenci Desember; tapi karena Desember adalah sebuah siklus, dimana aku akan menjilati lagi luka yang sama dengan air tajin. Dan aku benci air tajin; ia lahir dari ampas cucian beras yang kau makan sekarang, ia adalah sisa.
Di Kotaku, Desember telah menjelma kenangan. Ia tertinggal di antara bunyi terompet penyambutan Januari; bulan baru yang membawa surat cinta dengan harum bunga kamboja.
Bandarlampung, Desember 2015
Ditulis oleh @limamaret
Dalam riuh dedaunan selepas hujan, aku menunggu nampan darimu. Segenggam makanan di atas selasar. Yang rasanya pun tak pernah tepat dengan lidahku. Rasa laparku tak pernah berkurang dari hasil masakanmu yang separuh matang itu.
Apa-apa yang mengikatku dengan Desember telah berkurang. Bahkan tak kutemukan lagi denyut nadinya di sakuku. Kelak, ketika Desember datang lagi. Aku akan merubah bau tubuhku; agar ia tak mengenaliku. Bukan karena aku membenci Desember; tapi karena Desember adalah sebuah siklus, dimana aku akan menjilati lagi luka yang sama dengan air tajin. Dan aku benci air tajin; ia lahir dari ampas cucian beras yang kau makan sekarang, ia adalah sisa.
Di Kotaku, Desember telah menjelma kenangan. Ia tertinggal di antara bunyi terompet penyambutan Januari; bulan baru yang membawa surat cinta dengan harum bunga kamboja.
Bandarlampung, Desember 2015
Ditulis oleh @limamaret