Awan putih di dinding langit kamarku mulai mendung mengambarkan duka
Sinar lampu menerangi sketsa gambar wajah seorang perempuang yang sedang merenung, di balik bola mata yang berkaca
kitab-kitab berceloteh dengan ramah,
Beberapa butiran tasbih juga, ditinggal diatas sajadah
Sungguh rapi, sarung masih saja dilipat dibawah
Bulir-bulir bening serupa airmata
Masih saja menempel lengket di pipi perempuan yang memakai mukena
Suara isak tangis selalu aku dengar dari do’a yang tulus, namun wajah durjana selalu saja ada
Yang tertawa lepas dipengasingan cinta
Aku sungguh ingin menyapa! Tapi dengan apa?
Dengan kata, selalu saja menepi dibalik suara
Atau dengan suara, pasti kalah dirumat habis oleh nada
Sungguh belum tahu, bagaimana aku menyapanya
Jika aku menatap kaca yang menempel di bola mata perempuan itu,
selalu saja ada cerita
Dari sepi ingin meminang suci yang terselip di lembaran buku, yang entah di mana
Angin pun datang menembus kaca jendela
Seraut wajah perempuan tampak dibalik kaca yang kelihatan masih berduka
Resah selalu saja tertutupi oleh gelap malam di pelupuk matanya
Di bawah rembulan, yang mulai tertutupi oleh awan mendung, pembawa tetesan airmata beroleskan do’a
Namun semua seakan tertutup, di ambang pintu yang tak bermakna
Aku mencoba untuk memberi uluk salam, agar terbuka
Masih tetap saja sepi, tanpa ada suara terdengar di telingga
Hingga berulang kali pensilku yang runcing telah patah di atas meja
Sekedar menyapa pemilik hati yang mempesona
Tentu aku tidak bisa menyapanya dengan kata
Tapi perasaan yang berbicara
Aku Ingin Menyapa Perempuan Itu – oleh Muh Shodiq Masrur
Yogyakarta
fb: Muh Shodiq Masrur
Sinar lampu menerangi sketsa gambar wajah seorang perempuang yang sedang merenung, di balik bola mata yang berkaca
kitab-kitab berceloteh dengan ramah,
Beberapa butiran tasbih juga, ditinggal diatas sajadah
Sungguh rapi, sarung masih saja dilipat dibawah
Bulir-bulir bening serupa airmata
Masih saja menempel lengket di pipi perempuan yang memakai mukena
Suara isak tangis selalu aku dengar dari do’a yang tulus, namun wajah durjana selalu saja ada
Yang tertawa lepas dipengasingan cinta
Aku sungguh ingin menyapa! Tapi dengan apa?
Dengan kata, selalu saja menepi dibalik suara
Atau dengan suara, pasti kalah dirumat habis oleh nada
Sungguh belum tahu, bagaimana aku menyapanya
Jika aku menatap kaca yang menempel di bola mata perempuan itu,
selalu saja ada cerita
Dari sepi ingin meminang suci yang terselip di lembaran buku, yang entah di mana
Angin pun datang menembus kaca jendela
Seraut wajah perempuan tampak dibalik kaca yang kelihatan masih berduka
Resah selalu saja tertutupi oleh gelap malam di pelupuk matanya
Di bawah rembulan, yang mulai tertutupi oleh awan mendung, pembawa tetesan airmata beroleskan do’a
Namun semua seakan tertutup, di ambang pintu yang tak bermakna
Aku mencoba untuk memberi uluk salam, agar terbuka
Masih tetap saja sepi, tanpa ada suara terdengar di telingga
Hingga berulang kali pensilku yang runcing telah patah di atas meja
Sekedar menyapa pemilik hati yang mempesona
Tentu aku tidak bisa menyapanya dengan kata
Tapi perasaan yang berbicara
Aku Ingin Menyapa Perempuan Itu – oleh Muh Shodiq Masrur
Yogyakarta
fb: Muh Shodiq Masrur
