Seribu Sajak Cinta untuk update status facebook, sms romantis, kata-kata malam minggu, kata-kata selamat tidur, kata romantis, so sweet, bbm romantis, chat romatis. puisi selamat tidur, puisi malam minggu.
1. Dan engkau meluka diantara para iga itu, menjadikan buta pada cemburu. Usah kau melulu dalam prasangka; aku hanyalah pengasah rindu.
2. Aku berjalan ke hutan untuk mencarimu. Tapi aku menemukan sesuatu lebih; kesepian hatimu.
3. Aku tulis rindu di kertas, larik-larik merdu seiring. Bukanlah jumlah kuhirau; melainkan cinta yang tersesak.
4. Aku menantimu bercinta di atas romaku. Menari getir bersama engkau yang aku kasihi. Aku berbicara kesetiaan; kisah awan pada hujannya.
5. Gundah gulanah resah jiwa, sepi menari sunyi sendiri. Aku berjalan tanpa kaki; engkau yang memberi hati untukku melangkah.
6. tak ada yang lebih indah dari kau yang menerimaku atas ketidaksempurnaanku.
7. Tak ada yang lebih dusta daripada aku yang berkata; cinta itu dusta.
8. Bahwa cinta itu merdu sayang, seperti alunan burung hantu yang merindu. Bahwa hidup itu indah sayang; kamu yang bertengger di dadaku.
9. Bukankah cinta itu tak berwujud; angan yang beterbangan di langit-langit malam.
10. Bukanlah aku mengejar kaki; aku ingin diakui. Walau hati menahan tatih; aku yang tak ingin memberimu lirih.
11. Aku bukan kalkulus, bukan falsafi. Aku; pejalan kaki yang menyetubuhi harimu, dan Kamu; estetika yang aku agungi.
12. Terimakasih cinta; kau yang mengajarkanku cara mengeja rindu; sabar membaca dengan terbata, pada setiap larik2nya.
13. Kubiarkan itu menggores denyut nadiku, yaitu rasa yang tajam dan tegas ketika dipertanyakan keberadaannya; cinta.
14. Karena cinta air mata, terangkum dalam rindu yang menggebu. Dan aku malam yang melindungimu, menjaga lelap di tidurmu.
15. Dan aku telah hilang, tenggelam kelam di dasar samudera terdalam. Tapi aku melihat keindahan dalam kegelapan, mutiara berkilauan; kamu.
16. Sejuta mil itu bukan jumlah yang sedikit, sayang. Kutempuh itu karena cintamu padaku memberikan aku kekuatan untuk melangkah.
17. Aku bertualang menyusuri bumi, dari lautan hingga daratan. Tapi aku menemukan sesuatu yang lebih dari sekedar jati diri; kamu.
18. Diantara dera, luka, dan siksa, aku memilih cinta. Entah mengapa itu meneduhkanku, walau dera, luka, dan siksa, termasuk didalamnya.
19. Mencintai; detik waktu yang ku lalui untuk menanti. Hingga tiba kalanya cinta mencintaku.
20. Aku terperangkap dalam kelamnya malam. Menanti dirimu membawa secercah harapan, dan datang memeluk tubuhku yg usang.
21. Aku di sini menunggu bidadariku, datang menjemputku untuk kembali. Pada kasih kekasih yang fasih aku memohon cinta.
22. mencintai; ketika bertahan di atas kegoyahan. Ketika berjuang walau lelah kepayahan.
23. Terkadang sulit melawan rasa rindu, menentang rasa sendu. Bila sesekali aku melihatmu, seakan pisau menghunjam jantungku.
24. Cinta; sebuah animasi yang kompleks.
Lambang perasaan terungkap puitis.
25. Mereka tertawa melihatmu memasang duri dalam diri. Dan aku meringis pada duri yang tak sampai hati.
26. Cintaku mencintamu takkan mati, walau dibunuh berkali-kali. Cintaku mencintamu takkan menangis, walau dicucuri air mata bengis.
27. Cinta ditaburi epilog impian, ketandusan kasih merentangi gurun perasaan. Aku masih menanti, saat kemarau di airi hujan ketabahan.
28. Aku tahu cinta bukan sekedar indah. Ada kala dicucuri luka dan lirih. Tapi aku menemukan yang terdalam; kamu indahku yang terlirih.
29. Aku terbalut sepi menanti, diantara rindu yang belum terbasuh. Aku sang pengutip serpihan warna, melepas benak pada lingkaran waktu.
30. Aku tewas pada warna kerinduan, menatap sepi kelam ketika mentari melambai merah. Aku sendiri berjuang, demi hati yang diperah.
31. wajah umpama bidadari, kugapai namamu tegak baiduri. Di dalam lamunan kita menari, memapahku untuk berlari.
32. Kalaulah aku sekuntum bunga, akan kuhiasi duniamu merekah. Kalaulah aku pepohon, kan kupuas dahagamu dengan buah cintaku.
33. Cerita cintaku dipudar oleh waktu, tapi ku takkan meluluh. Tulusku mencintamu, ikhlasku mendambamu, menjadi kekuatanku.
34. Terima kasih di atas segala indah, tidak mengeluh walau digamit keperitan; kekuatan cintamu.
35. Kau umpama pelita hidupku, wanita dari sebutanmu. Mengingatkanku kepada ibu, tulus kasih membalut hati; cinta mencintaku
36. Senja memapah aku, untuk lari dari kelam asa. Kau jua penghuni lara, pada aku kau ukirkan pelantaran rasa; kemerahan hati.
37. Kuterpa diri dengan asa dan rasa. Andai diri dapat berkata, akan kulontar pada dunia; tentang cinta dan luka.
38. Jiwa rapuh teguh matlamat, disimbah racun tidaklah luruh. Dikau mentari dipercik misteri dibelai doa; mencinta yang abadi.
39. Mentari subuh mengejar senja, kekal pada azali kejadian. Kelawar berlegar di malam sepi, direstu setanggi setangkai doa; asaku.
40. Aku hampar duri-duri, sukar berlari tanpa hati. Dalam asa kuterbiar sebenar kuasa, cinta, nafsu, dan luka dari.
41. Bumi neraka dicucuri dipersia, dibendung mahadzir dan matlamat. Takkan hati menikam simpati, biar cabaran merasai.
42. Aku menulis sederhana, teruntuk hati yang bersahaja. Menanti cinta mencintaku, hingga asa akhir pada waktunya.
43. Aku berjalan di ramai kota, tetap lirih mengiris sepi. Aku berjalan telusur malam, tetap bintang menyinari; rembulan terlupa.
44. Aku punguk yang merindu, akan hadir dan rasamu. Semua hati terselami, hanya kau yang aku tuju.
45. Kau elok bak rembulan, seindah lukisan menyinari. Biar cemburu merasuki, bahwa aku benar mencintai.
46. Detik malam kulalui, dalam cumbuan yang membasahi. Takkan kering jiwaku ini, denganmu yang mencintai.
47. Pelukanmu membasahiku, dari keringnya dahaga dunia. Takkan terlepas genggamanku, tenggelam dalam sejatinya cinta.
48. Takkan habis inspirasiku, walau lelah dimakan waktu. Takkan sirna cintaku, walau kau bukan milikku.
49. Kan kutunggu waktuku, disaat kau mencintaku. Kan kujaga dirimu, saat cinta mencintaku; dirimu utuh milikku.
50. Aku mencintamu, bak imanku kepadaNya. Aku menghargaimu, bak ciptaanNya dari rusukku.
51. Cita cintaku adalah mencintamu berharap cintamu jua mencintaku dan bercinta dalam cerita cintaku yang sederhana ini.
52. Cinta seperti waktu, yang takkan habis dimakan zaman. Hingga akhir dunia, harapku kita dipertemukan kembali oleh sang maha cinta.
53. Degup jantungku takkan terhenti, oleh pedang tertajam sekalipun. Dan aku mati, bila kau pergi dari hatiku.
54. Kecantikanmu; menjadi sumber kebahagiaan yang telah memikatku untuk selalu mengenangmu. Walau memabukkan, tapi aku senang bersamamu.
55. Ketika aku sedang jatuh cinta, jagalah cinta itu. Dari cerca dan hina, dari luka dan dosa, agar semua menjadi terpuji.
56. Ketika aku berucap cinta padamu, biarlah semua dunia tahu. Agar kelak aku tak jatuh, dalam cinta yang bukan karenamu.
57. Kau; orang ketiga yang aku cintai. Setelah sang maha cinta, dan yang terkasih ibu.
58. Aku mencintaimu, ingatkan aku akan sebuah akhir. Agar aku tetap bersamamu dan tak pernah berakhir.
59. Binar matamu biru nun teduh, diiringi biorama irama malam. Tak terbantah tetes permatamu biru; aku terhanyut melodi senjamu.
60. Ku mendekapmu dalam peluk, takkan kulepas selaya hitamku. Aku terali dalam hatimu dan sayangku adalah nadimu.
61. Pecah rindu dalam keriangan, ketika cinta berpadu cumbu. Jiwa kelam tak sampai di angan, ketika hati sedang berandu.
62. Begitu indah, merdu, kian merayu; nyanyian camar disaat kita mencinta.
63. Begitu tipis perbedaan cinta dan luka; luka untuk mencinta dan cinta dalam meluka-luka.
64. Kamu; bingkai malam yang membungkus sepi. Tertahan oleh cintamu, terbawa dalam melodi indahmu.
65. Aku tertatih-tatih melirih diantara larik-larik yang tersirat di tiap bait. Kamu cita-cita yang mencinta dalam cerita tak berbahasa.
66. Aku dusta pada malam tentang rindu. Aku tak mencinta, tak punya arti dari hadirmu; cemburu berbisik sendu.
67. Aku mencintamu ketika sedang terlelap. Agar malam tak merenggutmu dari tidurmu.
68. Aku merindumu ketika membuka mata. Mentari pagi tak kurelakan untuk menyentuhmu sebelumku.
69. Aku menantimu di kala senja; kuikat rembulan untuk menaruhmu dalam bingkai malamku.
70. Kau payung hatiku, pelindung dari hujan, panas, dan deru kesedihan; cintaku yang mencintaku.
71. Rindu itu pedih, sayang. Seperti memakan buah khuldi dan aku terhempas jatuh karenanya.
72. Aku selalu terjaga, menunggumu menyapa di tengah kegalauanku. Aku selalu menanti, kata-kata rindu dari setiap gerak bibirmu.
73. Bukan kopi membuatku terjaga, tapi adukanmu di bibir gelas yang seolah bicara padaku; “malam ini jangan tidur, sayang”.
74. Jangan takut terhina, sayang. Karena disitu aku membelamu, dari segala nista yang paling jahat.
75. Seperti mata-mata kecil memandang kita, cemburu di balik awan di kala senja. Aku bernaung atas nama cinta; tulus kasih yang tak terbantahkan.
76. Aku kembali labil, merasakan deru rindu menggebu di dada. Aku kembali muda, nan abadi melingkari hari dengan dirimu.
77. Aku mencinta, dari kedalaman sudut hatimu; perih luka yang kau semai. Bukan cinta-cinta yang lainnya.
78. Cintailah yang mencintamu, bukan mengadon cinta yang mencari. Akar kata ku luruh, demi rangkai ku rindu.
79. Kau semaikan larik-larik merindu pada nada sendu. senja menyajak, dan aku membiru takut kehilanganmu.
80. Di maya atau nyata, aku mencintamu. Di cinta dan tak cinta, aku menyayangmu; penantianku.
81. Aku mencari jiba sebagai pemuas dahaga. Tapi aku menanti satu yang pasti; rindu yang sudah.
82. Aku, dengan segala keterpurukanku. Dalam telaga biru, kuhirup air mata dewa-dewi. Tak letih mencintamu, walau aku lelah terkutuk.
83. Hujan tak kian reda; sikap rindu yang melulu. Dan aku tak pernah jera, mengagumi makhluk terindah; kamu.
84. Cintamu tanpa syarat, menepis peluh dan kesahku. Kau makhluk sempurna yang terlupa, bahwa dirimu sangat berharga dilupa.
85. Kau, sempurna yang kadang lupa. Hadirmu menepis peluh, kesah. Kau terlalu berharga tuk dilupa; wanita.
86. Kasih dengarlah riuh jiwa , tentang cinta, luka, dan indah. Karena kita dirangkum rindu, beriak hati berbisik sendu.
87. Sejatinya cinta; luka yang menguak luap dari nadi yang tergores peluh rindu yang abadi.
88. 8; Angka sempurna, tak ada garis putus di segala sisi. Seperti kita yang saling meluka, saling melengkapi.
89. Aku menyukai mie kuah seperti mencintamu; kenyang atas segala luka yang tak jera.
90. Kasih sayang yang bertubi-tubi melalui luka-luka yang menganga; sajak cintaku.
91. Mengenang masa lalu; kita terpaut yang disebut itu cinta. Kini kita di surga, sayang, dan kau tetap bidadari terindah
92. Buat apa yang lebih, jika aku telah akhir mencari; aku yang telah menemukanmu, yaitu cinta sejati.
93. Kala cinta kupuja, aku lupa akan imanku. Kala aku bertengadah, tak lupa aku mendo’akanmu.
94. Aku hanya pengagum hati, penikmat cela, perindu luka; yang bersemayam di dalam cintamu.
95. Mata adalah pengikat hati, cermin dari segala rupa; bola-bola cinta yang menggelinding di labirin, mencari celah rasa.
96. Mata adalah tempat pertemuan, dimana cinta dan luka berbicara. Dengannya kau membunuh rindu, darinya kau meluka.
97. Jangan kau bertanya “kenapa” aku mencinta, jawabannya adalah “bagaimana” cara ku melukaimu.
98. Di kala rembulan meninggalkan peraduannya, kumohon kau tuk tak letih mencintaiku.; sebait doa dalam setangkup rindu.
99. Aku dan kamu, tenggelam dalam remang senja, terhanyut panorama cinta. Dalam riuh bunyi, cumbu murka akan rindu yang maha.
100. Telah lama ku sanjungkan sosokmu dalam perputaran laj101. Di bingkai malam rembulan berandu. Biarlah kupendam rindu yang menderu-deru. Agar kelak tertumpah dahsyat dihadapanmu.
102. Aku; hati yang merindu, sendu yang mendayu, galau yang menderu-deru, cinta yang melulu.
103. Aku adalah rindu dan kau adalah sendu. Kita berpadu dalam sebuah melodi yang merdu.
104. Kadang, berpuisi itu tak seindah meluka/secantik yang kumuh/semurni pendusta/sebenar dosa/seromantis yang buta.
105. Tugasku adalah mencabut nyawamu, bukan cintamu. Bila tuhan berang, aku akan kembali padamu.
106. Seakan mata ini bersayap, aku dapat melihatmu dari kejauhan. Dan hati ini merayap, aku dapat merasakan getaran-getaran cinta.
107. Semua untukmu; aku buka celanaku menunjukkan kejantananku, aku buka hatiku memperlihatkan kelemahanku.
108. Tak perlu membuka celanamu, aku tahu ketulusanmu. Tak usah membuka lebar-lebar hatimu, aku mengerti kecintaanmu.
109. Lebih baik tidak ada yang tahu; daripada semua berlomba untuk saling mencaci rindu.
110. “Aku mencintaimu”; kata tabu yang selalu menjaga kita dalam suatu wadah; kasih sayang.
111. Biarlah cemburu mengintip kita; aku bukan berlomba untuk bercinta, melainkan mencoba membangun hati untuk mencintaimu.
112. Tak pernah bosan aku mendengar cerita pilu yang mengiris hatimu; tentang lirih, dan pedih, berharap kau dapat kudekap dengan malam yang tak kunjung pagi.
113. Perjalanan itu cinta, tersenyum membahana saat kau tiba. Mengorbankan ragaku; membuatmu hidup dalam kehidupanku, kita.
114. Kuhisap darahmu, penuh cinta.
Biar membekas di lehermu; agar cinta abadi, terbercak.
115. Kau adalah cinta yang tak pernah terkuak, kau tak pernah padam. Kau paradigma cintaku, kaulah terakhirku.
116. kau hadir di dalam ku, dengan sebuah pilihan yang telah terlukis di atas telaga senja, yang tak pernah menjadi kelabu.
117. Kubawa sejuta rindu, hangat melekat pada jiwa yang terpikat. Kujadikan kau sebagai puisi cintaku, menemani sampai akhirku.
118. Melayang ku di terpa hembusan angin, membawaku terbang. Kunikmati, setiap sentuhanmu mengaliri romaku.
119. Dengan melihatmu aku indah, terlebih senyummu. Karena cinta tidak buta, cinta melihat lebih banyak, bukan lebih sedikit.
120. Kau; setiap detik yang kulewati, hadirkan sebuah keajaiban lewat telinga, mata, dan kulitku yang tertidur pulas.
121. Bola matamu; binar kehidupan yang selalu melihat cinta untukmu dalam setiap segi hatiku.
122. Penciumanmu; mengetahui bagaimana cara menghormati dan menghargaiku, si setiap niatanku, baik itu busuk maupun tulus.
123. Telingamu; pendengar setiaku di kala aku bercerita tentang suka dan duka.
124. Bibirmu; daging lembut yang menyajikan rasa ketulusan lebih daripada sajak-sajak cinta.
125. Sentuhanmu; penenang di kala gundahku, kasih sayang dikala kita bercumbu.
126. Cinta; kehidupan abadi yang hanya dapat dirasakan. Keindahan panorama di dalam sebuah labirin hati.
127. Lirih; luka yang tersayat di nadi-nadi cinta, dimana aku disini membasuh perihmu.
128. Dusta; di saat aku berbohong karena takut kehilanganmu.
129. Jujur; aku yang menciummu dengan berbagai aroma; riang, kesedihan, duka, dan rindu.
130. Sariawan; adalah rasa sakit yang menderu, menahan rindu dengan sendu.
131. Aku akan mengajarimu cinta yang sederhana; seperti kulit yang meluka akan menutup dengan sendirinya, tanpa bantuan obat.
132. Akulah lapisan kulitmu yang terluar; yang pertama merasa sakit bila kau terluka.
133. Kita hanya bisa merindu saat ini; cinta yang takkan mati walau tertinggal perih.
134. Mencintamu; menghirup semangkuk sup panas di musim yang dingin, menghangatkan kalbuku.
135. Ku cecap rindu yang menguar di angkasa, mengaburkan gemawan mega. Kugamit jemari tanganmu, mengikuti arah cahaya yang kita sebut itu; cinta.
136. Kita memecah malam, dalam rindu yang membuta. Dengan bintang sebagai atapnya, dan cinta sebagai alasnya.
137. Jika sesuatu itu mengganjal hatimu; kerinduan. Bersabarlah, aku kan memelukmu dengan selimut malamku, menjaga mimpimu.
138. Ajarkan aku cara mencinta; memadu kasih dengan ketulusan hati, merindu tanpa keraguan.
139. Cinta; kamu yang mengajarkan aku hidup, selalu memberi dan tak kenal peluh kesah bila meluka.
140. Cinta; adalah kamu yang mengajarkanku cara berkasih, tak letih menyuapiku bubur di kala sang surya timbul-tenggelam.
141. Cinta; kau yang selalu terjaga, melihat dan mengawasiku dari tempat tidur. Memapahku bila ku terjatuh.
142. Cinta; penghambaan, yang kata-katanya tak terbantahkan. Menjadikan dirimu budak dengan sukarela. Indah, tapi menyakitkan.
143. Cinta; air hujan yang membasahi dahi, menghapus amarah di hati. Membuatmu tenang, tanpa pamrih.
144. Cinta; kamu, aku, menjadi satu. Tanpa sehelai kain menutupi.
145. Cinta; kematian terindah, dan mereinkarnasi menjadi suatu bentuk yang abadi.
146. Cinta; paradigma kematian yang begitu indah, asalkan selalu bersamamu.
147. Indahmu; mengaburkan keindahan bintang gemintang, rembulan pun tertunduk malu. Siapakah gerangan raja di hatimu?
148. Dan aku mencintaimu bukan karena puisi, sajak, atau kata-kata indah yang kau lontarkan. Aku memahami kerapuhanmu; cinta.
149. Aku; orang yang pertama merasa luka bila kau terjatuh, dan yang pertama merasa bahagia bila kau menemukan cinta.
150. Aku menyeruak tentang cinta; roman yang tanpa batas, gairahnya membuatmu remuk redam.
151. Bahwa cinta itu saling melengkapi; rembulan yang memberi cahayanya pada bintang, dan kilaunya selalu memberi senyuman.
152. Sampul coklat yang kauberi padaku; sebuah cinta yang meluka dalam dera berdebu. Kubasuh lusuhnya hingga ia menjadi putih kembali.
153. Putih itu warnamu, merah adalah aku. Dimana kita berpadu menimbulkan warna baru; jingga.
154. Setia itu; ketika aku kecup bibirmu mesra di setiap bangun dan tidurku menatap wajah yang sama.
155. Untuk kesekian kalinya aku jatuh cinta kepada orang yang sama; kamu, guru rindu dan luka.
156. Kata-kata mesramu seperti nada di nadiku, yang terus mengalir. Gairah yang takkan pernah padam, inspirasi yang tak pernah mati.
157. indah itu; ketika aku menyimakmu berbicara tanpa koma dihadapanku, bercerita tentang segala hal yang telah kau lewati.
158. Yang kusuka dari kebencian adalah disana aku yang selalu mengenangmu, aku lupa bagaimana caranya melupa.
159. Kelak, jika kau terbangun dari mimpi indah tentangku. Aku disisimu, masih memelukmu ketika kau membuka mata.
160. Walau dunia tak seindah panorama surga, aku menjagamu. Di bangun dan tidurmu, di suka dan dukamu.
161. Kau jantung hati, denyut nada di nadiku. Bersemayam di pagiku, menjelma di kala senja; sebagai kekasih.
162. Biarkan aku menjadi pembantumu; yang menjaga keindahanmu, merawat dirimu dikala terluka hati, memelukmu di kala sepi melanda.
163. Engkau; mutiara hitam berkilauan yang tenggelam di samudera terkelam. Bertahan di dunia kejam walau asa remuk redam.
163. Adalah aku/pencecap rindu/penikmat malam/pengagum senja; dirimu/yg kehadirannya aku tunggu/untuk setia menemani akhirku.
164. Bukanlah suatu sesat bila merindu pada kasih yang tak merdu. Akulah iblis dari tuhanmu, pencinta penjagaku; kamu, malaikatku.
165.Semestinya Tuhan menciptakan labirin kelam untukku, yang terkunci mati. Karena jarak dan waktu, tak dapat memisahkan sekedar rindu.
166. Bulir_bulir rindu yang berkumpul dalam segelas teh ini mengingatkan aku di musim semi bersamamu; merindu.
167. Kau meneduhkan aku dengan cinta; sebuah istana yang penuh damai, dan di setiap sudut temboknya berbahasa kasih.
168. Denganmu semua air mataku mengalir deras hingga di tetes terakhir lahirlah suatu kebahagiaan.
169. Cintamu; mengajarkanku cara menitikkan air mata, dimana air mata itu akan memulihkan luka-luka.
170. itu adalah hari dimana aku mendusta, akan cintaku sendiri. Mencoba melupakan yang tak pernah mati di hatiku; kamu.
171. Kau mencoba berlari dari hatiku, seakan kau lupa bahwa aku masih bernyawa disini; mencintamu hingga akhirku.
172. Kau katakan cinta, aku tidak. Aku katakan cinta, kau tidak. Begitulah cara kita mengeja rindu, agar jenuh pun bosan menghantui.
173. Dan aku berlari, bukan menjauh; aku yang menujumu, membawa semangkuk sup berisi kuah rindu yang tak tertumpah sedikitpun.
174. Cukup sekali kau mengatakannya; tentang rindu yang menggebu-gebu menderu akan aku, dan aku pun begitu.
175. Biar, biiarkan sayapmu patah mencerminkan; betapa manusia dirimu. Begitupun aku, dan cara Mencintaku.
176. Selalu, namamu benderang di hatiku, rindumu menguatkanku, cintamu menyadarkanku akan kasih; nyala yang tak pernah padam.
177. Yang kurasa cinta; selalu meninggikanmu dan memapahmu bila kelak kau terjatuh.
178. Bila memang benar kau dari masa laluku, berarti kau lebih paham akan lukaku. Dan sekarang, sudikah kau menjadi masa depanku?
179. Dan engkaulah terang yang paling benderang, kala kelam diam-diam kuselam dari yang terdalam di hatiku.
180. Hujan hanyalah penghantar rindu; membuktikan keberadaan cinta dihatimu, untukku.
181. Mati itu bukan cinta, Cinta; kematian dari segala lirih. Membuatmu tenang kala merintih.
182. Di malam dimana kita memadu kasih, sampai akhir aku nanti aku tetap merindukanmu.
183. Biarkanlah bantal itu basah air mata, usah kau hirau. Kita hanya perlu berpelukan diantara guling, saling berhadapan.
184. aku menjaga di tidurmu. Melelapkan mimpi indahmu tentangku. Dan Kita bersama selamanya.
185. Aku menyakitimu jika aku merindukanmu, aku mencintaimu, saat kau menjadi akhirku.
186. Bahwa luka itu indah, sayang. seperti alasan aku bertemu denganmu hanya untuk membalutnya.
187. Bahwa kematian itu indah, sayang. Seperti jalan menuju keabadian cinta dan tak seorang pun dapat menggugah rasanya.
188. Sejolinya; saat kita saling menghadap melingkarkan cincin di jemari, dan menjadi sejati.
189. Darah dan tulang belulang, adalah cinta dalam perjuangannya. Mengaliri deru deru rindu, yang berdegup-degup di hati.
190. Guntur; rindu yang menderu-deru bergemang riang di telingamu memanggil namaku.
191. Cintaku yang terurai; merelakan kehilanganmu, mengikhlaskan mencintaimu.
192. 1000 puisimu kubaca di tiap hurufnya, kunikmati perasaan yang tersurat. Kelak aku mencintaimu secara tersirat.
193. Dan aku takkan berpaling dari dusta yang tak mencintaimu. Karena kau sudah tahu, bahwa aku selalu padamu.
194. Saat cinta, saat kita berkasih; meluapkan rindu yang kian berisik.
195. Di kisar senja aku menari, mencecap rindu dalam sedepa kekasih. Dan bintang kubernyanyi, pada malam kumelirih. Tuk menanti “selamat pagi”.
196. Rindu; membuat secangkir teh untuk orang yang kukasihi, penuh cinta penuh luka dalam tiap serupannya.
197. Kau adalah 1000 wanitaku, yang tak habis rasa walau aku jemu.
198. Kau bersemayam dalam kalbu, yang menanti setumat pagi. Kau mutiara tersembunyi, kan kudapati melalui hati.
199. Usah risau pisau yang parau; aku di rantau sengau yang lampau. Usah gundah panorama indah; aku pejalan noda kian hari gulanah.
200. Aku tahu cinta itu tak lesap; setelah melihatmu pergi meninggalkanku dengan air mata deru.
201. Di sudut ruang itu, aku memeluk kesendirianmu. Membasuh pilu dan peluh dari dahimu.
202. Cinta itu, luka abadi di sela waktu yang indah. Kubentangkan itu cinta, agar kita bisa saling merindu dan meluka.
203. Kita bagai pena dan buku; menulis cerita kita, menggambarkan cinta.
204. Kita, tulisan di dalam sebuah buku suci, yang terbaca dengan menggunakan kacamata berbingkai emas; sebuah pernikahan.
205. Kau; selembar kertas putih yang kutuliskan menggunakan tinta emas, dengan pulpen hitam kita karamkan luka dan dendam.
206. Aku menggambarmu dalam sebuah bentuk; yaitu diriku.
207. Aku sedang melukis sebuah tangan, di kertas berwarna abu. Agar dapat kugenggam dan kita bergandengan.
208. Aku merasakan, tapi tak melihatnya datang; cinta.
209. Hanya dengan menatap matamu saja aku tahu itu perih, merindu, dan kasih.
210. Ingatkah engkau sewaktu kita saling meluka? Demi keutuhan yang kita sebut itu; cinta.
211. Luka itu cinta, yang mesti kita raih walau bibirnya pucat.
212. Hujan; menceritakan betapa sendunya aku menantimu, cintaku.
213. Jika aku dapat tebunuh oleh mimpi; aku yang akan mati bila tak dapat memimpikanmu lagi di setiap malamku.
214. Cinta seperti hujan; yang tak terbendung laju derasnya hati bila sedang dilanda asmara.
215. Seperti detak denting pianomu; jantungku yang terus berdegup hidup dari notasi cintamu.
216. Aku bercinta berkhayal tentangmu, memainkan rotasi bumi hanya untuk waktu yang terulang kembali.
217. Aku takkan pernah meninggalkanmu, walau rentan usia terlewati, dan cinta itu mulai pudar hari.
218. Aku sudah kapok meninggalkanmu, karena itu bayanganku selalu menujumu.
219. Seperti lantang suaramu; kau tegas saat mencium bibirku seakan berkata, “aku terlalu mencintamu”.
220. Aku terlalu mencintamu; yang tak rela bila ditinggal mati olehmu, terlebih ditinggal hidup.
221. Perjalanan cintaku berlabuh padamu, angan hatiku selalu bersamamu, manis bibirku hanya ingin menciummu, rasa rinduku yang lahir dari lukamu.
222. Aku pasti menemukanmu; sekalipun kau sembunyi di dasar teluk, di balik awan, atau di dalam luka.
223. Segala sesuatu memiliki keindahan, tapi tidak semua orang melihatnya; senyummu.
224. Aku akan mencintaimu dalam hidup, sampai tidak tumbuh sehelaipun rambut di kepalamu. Aku akan mencintaimu dalam mati, sampai tuhan meleburkan roh kita.
225. Aku akan membunuhmu bila kau mati, aku akan terluka bila kau sakit, aku akan mencinta bila kau merindu.
226. Akulah cinta sejati, yang selalu mengerti akan itu luka perih. Akulah gambar bergerak, yang selalu menujumu dalam keindahan.
227. Kamu seperti tropis, yang selalu meneduhkanku. Cintamu seperti laut, yang lebih dari tempat aku berpijak.
228. Aku seperti rabun, mencarimu dalam kerinduanku yang terdalam. Aku mencoba mengerti, demi mendapatkan sejati hatimu.
229. Akulah tangan-tanganmu, yang merogoh ketika kau ingin dicumbu, yang memapah air matamu saat kau terhimpit oleh pintu lirih.
230. Aku mencintaimu lirih, tertatih demi sebongkah kasih. Aku merindukanmu senja, bersahaja, tak pernah bermuram durja
231. Tak perlu aku berkata-kata untuk bukti cinta; cukup dengan melumat bibir sembari memelukku, kau akan tahu jawabannya.
232. Karena rasa tidak pernah dusta; kecupan bibir yang dapat membedakan mana kasih, mana palsu.
233. Tanpamu; seperti makan daging berserat tanpa segelas air. Luka yang tak terbasuh kasih, dan mati.
234. Adalah angka yang semakin lama semakin besar kapasitasnya; seperti caraku mencintaimu.
235. Sesalku; selalu bila tak sengaja membuatmu menangis. Sungguh matiku, air mata itu adalah sikap cermin cinta kita.
236. Aku menantimu, kembalinya kau padaku. Disana tertumpah air mata rindu, tersedu. Rintihan di tiap bulir kasih yang candu.
237. Coba genggam tanganku, lihatlah seisi dunia bersamaku. Coba kecup bibirku, rasakan indahnya cinta denganku.
238. Otakku berantakkan, bila harus membeban rindu. Jiwaku berhamburan, yang tak mau lagi terpisah dari cintamu.
239. Aku menari diantara kaki yang tertatih-tatih. Disana, diatas panggung mewah yang hampa. Aku berlari dengan temanku, lirih. Dimana aku bernyanyi memanggil sebuah kasih.
240. Aku menari diantara tatih, diatas panggung mewah yang hampa. Aku berlari dengan lirih, dimana aku bernyanyi untuk sebuah kasih.
241. Cintaku, hanya untukmu persembahan dariku. Cinta terakhirku, hanya padamu di dalam kehidupanku.
242. Dan aku, aku akan menjadi bodoh untukmu. Dan kamu, kamu akan menjadi cerita indah di kisah akhirku.
243. Bagaimana aku bisa pergi dari pintu hatimu itu?. Sedangkan kuncinya ada padamu, sayang.
244. Aku takkan pernah meninggalkan ruangan ini; hati kita yang selalu mencinta.
245. Mencintaimu dalam hidupku; seperti meminum air dari telaga suci di tengah gurun pasir yang tandus.
246. Karena kau si cantik, yang membuat saya tergila-gila. Kau tidak pernah berpikir tentang hal itu, dan tidak dilakukan tanpa itu.
247. Aku seperti puzzle; yang kamu susun rapi kembali, dari bekas kehidupan di masa laluku yang berantakan.
248. Jadi, rasakanlah kecupan hangat dariku ini; agar kau tahu bahwa ini rasa, ini cinta, bukan sekedarnya.
249. Sampai tuhan mencabut nyawaku, maka aku masih milikmu utuh. Sampai tuhan jengah padaku, maka aku akan memilikimu di keabadianku.
250. Terkadang rembulan pun melonglong menggantikan serigala malam, dan disini aku setia mendengar semua keluh kesahmu.
251. Aku percaya akan cinta, oleh karena itu aku mencintaimu.
252. Kau seperti berlayar di kepalaku, nafasmu selalu mengelilingi sekujur tubuhku. Apakah itu disebut rindu, atau luka yang terlalu lama membisu?
253. Kau satu-satunya dan tak ada dua. Bila aku tak berbahagia, apakah kau bersedia menemaniku dalam suka dan duka?
254. Akulah juara di hatimu, kau jiwa dalam cintaku. Dan semua yang membatu, menjadi sebuah bentuk kebahagiaan seiring waktu.
255. Cinta diam-diam itu menakjubkan, sayang. Seperti aku yang menyusuri malam tanpa lampu, karena engkaulah cahaya penerangku.
256. Bukanlah perubahan usia dan raut wajah yang aku hirau, melainkan sifat dan kasihmu padaku dalam berpuluh tahun kedepan; semoga tidak pernah berubah.
257. Langit pun menutup malu, ketika kau buka tabir cintamu.
258. luka itu, yang membuat cinta, pun mati.
259. Dan kekasih, adalah teman hati, nan setia; kamu.
260. Disini aku merindu, mendendam tinggal, pesonamu nan anggun, pun dalam hidup; hatiku.
261. Telah kuselam yg paling kelam, dan tenggelam dalam samudera berantah. Yang karam kupendam, yang datang kugenggam
262. Aku pasti menemukan dan mengenalimu; sekalipun kau menyaru sebagai waktu, sembunyi di balik sunyi, atau berdiam dalam luka.
263. Karena luka itu, kasih; tak lebih dari buah cinta yang menunggu dipetik, ranum.
264. Aku rindu hingga luka, merasakan pedih yang tak jera.
265. Sedih itu, tempat aku berbicara. Menjeda antara hening duka, dan basah air mata.
266. Berharap disampingmu, memeluk, hingga sakit itu, pun malu bila bertemu.
267. hanya saat ini mau memelukmu seorang, tak bicara, menghilangkan luka.
268. Kau takkan pernah bisa menghindariku, pun membuat cinta. Karena, aku sudah berada di dalamnya; hatimu.
269. Dan semua kerinduan ini; untuk luka-luka yang telah setia menyapaku, kamu.
270. Aku benci ketika kau merindukanku; hujan yang terus membanjiri kamarku setiap kubasuh tetesan di pipi.
271. Saat aku terlupa akan dirimu, tolong ingatkan kembali disaat aku terluka untuk mencintaimu.
272. Inilah sajak-sajakku, yang mengembara di antah berantah. Entah merindu atau sendu, pun aku yang mencari cinta.
273. Pertama kalinya aku melihat, secercah cahaya dalam mata yang berapi-api Itu. Kamu, yang menanti fajar untuk berkasih, pada senja.
274. kucecap rindu tak bertuan, pun teriak mendendam hati. Cinta nan sejati, tak tenang laut tak jejaki bumi.
275. Begitu indah cinta, diantara tumpukkan luka. Becek di tengah lapang, kupijak tak beriak, kotor.
276. Lari-lari anak kecil, riang-riang tak berlara. Kaki-kaki yang mungil, jejaki langkah tak bermuara.
277. Kubur aku dengan luka, agar ingat dimana lara. Benam aku tanpa cinta, agar aku dapat melupa.
278. Penat hati tak bicara, pada relung tak muara. Jika cinta yang berdosa, mengapa tuhan menurunkan dia.
279. Kau mahakarya sejati, peneduh hati yang lara. Kau penyempurna jiwa, pada cacat tak bernyawa.
280. Aku sang perindu, dari ciptaan yang fana. Aku gugur kala perang, melawan hati yang terpana.
281. Akulah duka, pada cahaya senja. Akulah suka, kala malam bersahaja.
282. Kau cita cintaku, perlipur hati kala gundah. Kau penuh pintaku, semenjak aku penikmat senja.
283. Tak perlulah aku membuat puisi cinta, jika kau meluka karenanya. Usahlah kau menggugah rasa, jika aku dan hatimu sudah menjadi bagiannya.
284. Dan ku, akan buktikan untukmu. Semua rasa di dalam hatiku, selalu untukmu. Tak ingin kau meragu, semua rindu di dalam hatiku, selalu, untukmu.
285. Kau terindah, selalu memberi makna dalam setiap luka; cinta yang tak mengenal lelah.
286. Aku akan pulang, menuju rumah; muara hatimu.
287. Tak ada rahasia, hanya kita. Yang muaranya pada cinta.
288. Janji adalah ucapan yang bermakna, cinta adalah kasih yang berbahasa; aku dan keyakinan menujumu.
289. Tak ada panorama indah, selain senja yang bermuara pada pertemuan mata kita; cinta.
290. Kepergianmu, meninggalkan jejak yang kusebut luka. Kehilanganmu, mematikan sebagian aku; nyawa.
291. Aku pincang, cacat dalam ketiadaan; cinta, yang sirna, seakan malam tak bercahaya, dan mentari pun reda karenanya.
292. Kubiarkan cinta itu menghempasmu, membakar nurani. Dan aku disini, pelindung dari segala luka, yang ingin melukaimu.
293. Hatimu samudera, yang menjelma seperti cinta, dan luka sebagai kadar kedalamannya.
294. Aku tak bersumpah, hanya berucap dua kata padamu; tunggu cintaku.
295. Aku tak henti mencinta, hingga kau memiliki hati yang lainnya; selain daripada cintaku.
296. Dan kau; potret yang lusuh di dalam dompetku. Menjelma menjadi bingkai malam di setiap kerinduan, dan air mata
297. Aku kan menjadi sarang laba-laba, pada langit-langit di kamar tua. Tempat cinta bersinggah pada rumah, yang hiasi luka-luka.
298. Akan kutangkup leleh lilinmu, yang lelah menerangiku. Kuberjalan menelusuri malam, menuju cahaya, membuatmu semula.
299. Hitam tak menerangkan apa-apa; cinta mencari secercah cahaya, yang diberi kasih oleh dera luka pada awalnya.
300. Dan kelak kehadiranku, menghapus segala luka sebesar cinta. Aku tak pernah tiada, aku mengalir dalam luka yang bernyawa; cinta.
301. Masihkah kau mencintaiku disaat aku rapuh, menuntunku di kala jengah?. Aku tahu kau akan, karena kau cinta mencintaku.
302. Kita melukis rembulan di atas air, mengukir nama di muka getarannya. Kita perlahan memekari, menaklukan cinta yang mustahil.
303. Perlahan sangat lelah kucari arti, hingga suatu akhir memapahku dalam ketiadaan. Itu cinta, yang mencintaku; kamu.
304. Aku terpejam, melihat segala luka dengan khidmat. Aku terdiam, ketika senja menciumku lalu menghilang cepat.
305. Disaat aku terjatuh, maukah kau membangunkan aku, demi hati?. Dan aku, takkan lelah untuk mendekapmu lagi, kembali padamu.
306. Kau adalah handuk pengeringku, disaat tubuhku basah oleh airmata. Kau adalah senjaku, terlukis dalam rembulan merah jambu.
307.Cinta adalah perasaan yang dimiliki oleh orang ke orang lain. Tapi apa yang kurasakan padamu, lebih dari sekedar indah; luka dan airmata.
308. Aku menggambar kisah; kita berkasih dalam ruang tunggu airmata, rindu menjadi saksi, hati adalah tersangka atas luka yang maha.
309. Aku mencintamu di tetesan airmata. Bulir-bulir rindu yg terisak, tak menggoyahkan asa. Demi sebuah hati kembali kerumah.
310. Aku tertidur lelap, mendekap bantal yang pengap. Aku berkerumun asap, mengaburkan rindu yang endap.
311. Aku orang malam yang menyerupai gelap. Berhati loyak yang sudah kurap. Dan kenangan tak menjejak, bila waktu dapat kau dekap.
312. Persimbahan hati berlabuh padamu; asa yang menghamburkan luka. Bila nanti aku padamu, kusuguhkan secangkir teh berisikan cinta.
313. Sembari menunggu, aku menuliskan rindu. Dalam terang, gelap, teduh, dan pedih kubertanya; “kapankah kau disini, menyambut hati dengan segera?”.
314. Aku membuatmu rumah, tempat kita menyembuhkan luka. Aku merogoh cinta, pun di nadi yang telah darah.
315. Aku seperti kelip bintang, yang terangnya oleh karenamu; rembulan senja merah jambuku.
316. Selamat pagi rusukku yang hilang; cinta mencintaku, semoga tak sirna hangatnya, pun ditelan duka.
317. Telah ku dapat yang paling syarat, dan melompat dari keyakinan sesat. Yang berat ku cuat, yang lezat ku sikat.
318. Aku sedang belajar menyajakkan aku, setelah itu baru aku bisa menyajakkan kamu, cintaku.
319. Seakan aku berlari mengejar cinta ke hatimu, tapi aku menemukan sesuatu yang lebih; rindu yang membatu.
320. Aku selalu mencintai dan menyayangimu; sekalipun kau toreh luka lama, menangis dalam bengis, atau jengah akan gundah.
321. Seakan aku berjalan ke gurun mencari tanaman berduri, tapi ku menemukan yang lebih; telaga airmu.
322. Aku selalu mencintaimu; kamu, yang merupa senja, menyayang siang, sedalam malam.
323. Telah ku tinggal yang telah tanggal, tak tersesal pada asal muasal. Rindu ku kusal, luka ku tinggal, pun sial.
324. Pada malam kucecap rindu yang tak bertuan, pun malaikat hadir menyapaku, kala pagi membenturkan dirinya; demi sebuah cinta.
325. Cinta datang tanpa ada sebab musababnya. Dan aku datang untuk memberi luka, agar cinta itu tetap ada.
326. Engkau binar cahya dari sayap kupu, terbang mengitari taman impian. Tapi ada yang lebih dari sekedar sayapmu; mata menawan.
327. Ada cara untuk mencintai, ada saat untuk dicintai. Dua dalam satu, satu dari dua; kosong.
328. Aku dan waktu, berjalan dengan padu. Kita bersama pilu, meratakan kembali kisah sendu.
329. Acap kali mencoba untuk melukis gurat, dari wajahmu. Banyak tinta yang lengah karena kesalahan itu; tak terjamah rindu.
330. Aku tatap wajah tak berdosa itu; kusebut cinta. Yang membirukan wajahku, membutakan hati, kala senja.
331. Engkau bertanya tentang rindu, sedang hati genap meluka. Nyanyikan sedikit tentang sendu, agar aku tak henti mencinta.
332. Dan kumbang pupus karena bunga, pun beracun tak henti kuhisap sarinya. Karena racun itu, memberi aku sebuah nyawa; cinta.
333. Rindu dan sunyi seperti saudara kembar. Bila di antara mereka ada yang sakit, satunya akan berduka dan terluka.
334. Aku selalu menantikan, hari dimana waktu menyerah, dan cinta yang berkuasa. Disitu ada kau, dan aku.
335. Kitalah cinta, engkau kuning, aku merah; menyatu sebagai jingga, kala senja.
336. Ku hanya bisa melihat, butir-butir airmata berjatuhan berbicara tentang rindu; di kala senyuman itu pergi, dan cinta menjauh.
337. Berbekal cinta, aku tidak akan kesasar diantara semak-semak luka.
338. Jika aku mati, akan terlahir kembali untuk bertemu denganmu sekali lagi. Jika aku tiba, kumohon agar tetap ada untuk mencinta.
339. Pagi, aku terlahir kembali, tiap-tiap sel menyusun pergerakannya sendiri. Sama seperti cinta setiap hari, selalu memperbaharui.
340. Cinta kita bergelora, seperti kobar api yang menyala. Rindu kita mencandu, pada waktu yang membisu.
341. Jadikan aku dalam ceritamu, yang tersenyum setiap kau membacanya. Kuingin hidup dalam hatimu, sebagai pilar penyangga cinta.
342. Kita bertemu awal pagi, menari di atas dedaunan. Kita bercumbu kala malam, dan hujan meratapi kedinginan.
343. Bila nanti aku pergi, sayang, yakinlah bahwa suatu saat aku akan mudik ke hatimu yang rumah.
344. Getar rasa dalam dada, getir kau buat oleh luka. Tak ada yang sempurna, melainkan cinta yang bersahaja.
345. Tubuh akan selalu lemah, tulang akan menjadi
rapuh. Tapi tidak untuk cinta, keabadiannya hadir dari setiap luka-luka.
346. Dengan pagi yang terbit terang, dengan rindu yang temaram kala malam. Aku berpikir tanpa akhir, meluka memahami cinta.
347. Aku tenggelam dalam temaram malam kelam. Mengendap-endap dari asap yang pengap. Mencari celah memilah cinta yang surah.
348. Kala cinta melirih pada rintih yang gigih menari. Yakinkanlah hatimu untuk melabuh kepada yang kau rindu sungguh.
349. Cinta itu seperti bodoh. Ingatkah kau ketika menumpahkan kopi di bajuku & aku bilang: tak apa. Di sanalah kita berteman cinta.
350. Cinta semakin lama semakin membesar, sayang. Yang menjadi pertanyaan; dapatkah kita membendungnya?
351. Jika kau rindu padaku, bukalah bajuku. Kau akan melihat bekas goresan-goresan garis waktu di dadaku yang lama menantimu.
352. Dalam temaram malam aku menyaru sebagai waktu, berteman dengan sunyi, dan berbincang pada rindu yang tak pernah usang.
353. Ada yang merasuk ke dalam dadaku; mungkin itu cinta, mungkin juga luka. Kumohon kau untuk menterjemahkannya.
354. Cintaku sederhana; hanya ingin membuatmu tersenyum bila meluka.
355. Kau boleh membawa hatiku, sekalipun meninggalkanku; asalkan itu membahagiakanmu.
356. Kematian yang indah itu; bila cinta yang membunuhku.
357. Aku adalah laut, dan kau langitnya. Dan kita berciuman di kala senja.
358. Kecuplah bibirku, rasakan lidahku yang kering akibat merindumu.
359. Sesaplah cintaku, cumbui bibirku. Maka kau akan merinduku lewat lidah dan hatimu.
360. Cintamu adalah rintikkan hujan, yang membasahiku dalam sebuah pelukan.
361. Mungkin dengan membaca sajakku, kau akan merindu, berang pada cinta yang tak kunjung temu, dan menikahiku.
362. Jika cinta itu dendam; maka aku akan membalas semua kasih yang telah engkau beri.
363. Dan dengarlah kasih; nada di nadiku memanggil harapan. Merindu di atas janji, menunggu sebuah kecupan pasti.
364. Kubiarkan luka menanti, melebarkan koyaknya di nadi. Hingga saat nanti, kembali semula dalam satu kecupan.
365. Tapi aku tak ingin hanya berteman dengan kata. Aku mau kamu, bibirmu, rindumu, dan peluhmu. Merebahlah padaku.
366. Aku baru saja terjatuh, dari ketinggian yang paling tinggi. Tapi aku tak menyesal; cintamu memapahku dibawah menanti.
367. Sekarang aku tahu, mengapa bantalku basah; menangis, telah lama tak memeluk dan menciummu.
368. Aku selalu merindukan; dimana hatiku sepi dan hanya ciumanmu yang membuatnya ramai.
369. Ada keheningan disini, menemaniku. Ketika kau tidak ada, dan hanya mendung yang setia.
370. Aku menjelma awan ketika kau bersedih, terumpahlah segala perih. Aku menjadi bunga mengharumkanmu, yang layu jika kau pergi.
371. Dan semua yang tersurat, sayang. Hanya untukmu. Dan semua yang tersirat, sayang. Hanya bibirmu.
372. Aku bosan denganmu, rindu.
Selalu kau buat menunggu.
Gejolak nada nadiku merdu.
Aku ingin memilikimu, satu.
373. Pagi menyambut hati, ceria.
Kubukakan pintu itu, beranda.
Secangkir teh temani menantinya.
Berharap kedatangan kamu, bahagia.
374. Tak ada rindu tak ada jauh, tak ada hati yang tak berduka.
Tepian pantai kumenunggu labuh, tak jua datang kau yang aku cinta.
375. Dalam hatiku, ingatkan aku.
Dimana aku berdoa, untukmu.
Disini aku merindu, jauhmu.
Disana kau setia, menantiku.
376. Jika kita terpisah, sayang.
Sebutlah dengan nama, Cinta.
Maka Tuhan mempertemukan kita.
Dalam Airmata nan linang.
377. Aku mau, mendekapmu mesra.
Membawa asa kehadapanmu.
menunjukkan darah kotor aku.
Kamu mau aku cinta?
378. Aku mau, menciummu lembut.
Bicara dengan tanpa suara.
Menjamah dengan segala luka.
Maukah kau datang menyambut?
379. Yakinlah, aku lebih banyak mendengar daripada kau yang merasa. Karena aku, hati kecilmu.
380. Jika kau mencintaiku, cintailah dengan segenap hatimu. Dan aku, beserta usus-ususku; untukmu.
381. Kenapa ada kata ‘indah’ dan ‘cantik’ di dunia?. Karena ada Cinta disana.
382. Percayalah, aku selalu melihat, apa-apa yang terjadi. Baik kau genggam erat, maupun yang nostalgi.
383. Percayalah, aku lebih banyak melihat daripada yang kaulihat. Karena aku, nuranimu.
384. Aku mencintaimu lebih; kembalinya kau simpan saja untuk anak-anak kita nanti.
385. Dan kau adalah sebagian luka, yang pernah aku dera. Tapi kau membuatku lebih; meramaikan hatiku.
386. Kata orang, peluru itu lugu. Bila kau mati, sayang. Itu berarti aku cemburu.
387. Kita main petak umpet; aku yang jaga. Saat aku membuka mata, kuingin kau mendekapku mesra. kau menang.
388. Cinta itu; kata dengan sudut yang melukai.
389. Aku sedang duduk di warung, dan menikmati secangkir kopi. Itu yang kusuka; kesederhanaan dalam mengingatmu.
390. Kau bukan dokter, bukan pula perawat. Tapi, bisakah kau memberitahuku bagaimana kau menaruh sesuatu di dekat usus besarku??.
391. Sajak itu; cinta. Bila kau yang mengucapkan syairnya.
392. Kita seperti pengantin lama di ruangan yang baru, sayang; matipun kita bahagia.
393. Izinkan aku merambah bumi memupuk rasa, mencari berkah ruas-ruas kata. Tercipta oleh hamba, dari sang guru rasa; cinta.
394. Aku mau, jadi sayap kupumu, membuatmu indah dihamparan seribu bunga. Membawamu terbang, merangkulmu ketika kau lelah.
395. Kamu; pengabulan dari segala doa yang kutumpahkan.
396. Aku merasa rumah ketika sedepa darimu, Aku merasa utuh ketika aku dipelukanmu.
397. Aku mengenal cinta, saat aku pertama kali memandangmu.
398. Aku senang menjadi langit yang memancarkan auroramu. Dan pelangi yang muncul ketika kau bersedih.
399. lupakanlah namaku, ingatlah rinduku.
400. Bahasamu kalbu cintaku, merona merah jambu di dadaku. Rasamu tak jemu sayangku, walau bertubi-tubi luka di dihatimu.
401. Entah mengapa aku merindukanmu, setelah pertemuan itu. Dimana aku melihatmu dari kejauhan; dari airmataku.
402. Cintaku; buih air dalam akuarium, tempatmu bermain dan bernafas.
403. Mataku patah ketika melihatmu, pinggulmu, parasmu, seakan arahan menuju dosa terindah.
404. Tuhan maha melihat; sekalipun aku menyembunyikan rindu yang kusam dalam temaram malam nan kelam untukmu.
405. Sepi mengendap dalam genangan cinta, merajut rasa menantimu. Hingga waktu itu tiba, dimana aku menuai rindu; di penantianku.
406. Aku tenggelam rona kelabu, merintih dalam lara menggebu. Mencari sukma yang kehilangan; kamu
407. Hingga saat dimana aku tahu akhirku, aku ingin melihatmu lebih dalam, sayang.
408. Aku berlayar mencarimu dalam kegelapan. Berharap kutemukan setitik cahya; matamu, sorot tajam memberikan harapan.
409. Sayang, kau angkat aku dari lebih jatuh. Memapah cinta dari penuh luka.
410. Aku berbicara tentang rindu
Tentang rasa yang berduka
Aku berkata pada senja
Menunggu kembali pelipur lara
411. Kurentangkan sebuah jasad puisiku
Yang lama menunggu kehadiranmu.
Kubiarkan dia termangu disitu;
aku telah memilikimu utuh
412. Kulabuhkan perahuku mereda nestapa
Mencari hati penyembuh luka
Dan engkaulah tambatan hati,
ketika aku lelah berlari.
413. Selamat pagi relung keindahanku, semoga hatimu utuh untukku. Disini aku merindu kasihmu, disana kau setia menantiku.
414. Kirimilah aku rindumu, akan kukirim bibir untuk kau cumbu.
415. Dengarkanlah lantunku; yang selalu menyanjungmu di setiap malamku. Ku kan selalu berpijar, menunggu kembalimu.
416. Tak pernah terbesit aku tuk tinggalkanmu. Hanya saja, luka itu; pergi bersamaan hatimu.
417. Aku merindukanmu, ada dan tanpa kesadaranku, dengan dan tanpa kemunafikanku.
418. Tak ada yang lebih rumah, kecuali kecupmu; yang menantiku di beranda malam ketika ku pulang.
419. Aku mencintamu; dengan atau tanpa luka.
420. Ketika aku dewasa nanti, ingatkan aku, sayang; bahwa aku bisa mendewasakan aku, untuk bersamamu.
421. Terkadang serigala pun letih terhadap lolongannya, tapi rembulan tetap menghangatkan; seperti aku, dan airmatamu.
422. Izinkan aku mengecup bibirmu; menyembuhkan luka kering kerontang akan gurun hati yang tak ada akhir.
423. Beginilah aku, bila sedang di mabok cinta; aku yang selalu menagih rindu, pada lirih yang tak merdu. Dan sunyi tak bersuara.
424. Aku seperti mendung yang menaungi langitmu; menjatuhkan berbagai luka, lalu mengindahkannya dengan pelangi.
425. Percintaan kita, sayang; bak nyanyian merdu, langit membiru, dan luka yang berlalu.
426. Cinta itu; walau jasad datang dan pergi, cinta takkan pernah mati. Ia berbekas, sama seperti luka yang abadi.
427. Cinta itu adalah kekayaan; dimana luka dan rindu tak dapat dibeli atau diuangkan.
428. Sayang, otakku keram, jiwaku sensitif ketika tidak ada kamu. Hanya bibirmu yang bisa dimengerti oleh mereka.
429. Jika cinta itu kejam, sayang; maka aku akan menyayat luka-luka yang pernah kau dera, agar ia sirna.
430. Jika harus putus cinta, aku rela meski kehilanganmu. Tapi aku tak rela bila aku mati; aku yang tak bisa lagi mencintaimu.
431. Cinta saat kau mendekat; kau membuat telapak tanganku berkeringat, jantungku berdetak cepat, dan suaraku tercekat.
432. Tatapan matamu; membuat hatiku berdegup kencang, dan hilang logika di otakku.
433. Cintamu itu, sayang; selalu memaafkan ketika luka saling menyakiti.
434. Cintaku padamu; menerima segala kesalahan dari dirimu. Dan ikut bersedih walau kau kuat untuk melawan jerit tangismu.
435. Setia itu sayang; aku yang tertarik pada orang lain selain dirimu, tetapi cintaku utuh untukmu seorang.
436. Kamu bukanlah seseorang yang selalu aku pikirkan, sayang. Kamu adalah sesuatu yang setiap waktu aku rasakan kehadirannya.
437. Karena cinta itu dahsyat, makannya aku menciummu dengan cepat; agar aku dapat merasakan rindu, dengan hikmat.
438. Aku mencintaimu utuh, ada pohon, ranting, akar, daun serta buahnya. Yang hidup oleh air dan cahaya; kepercayaan dan pengertian.
439. Hujan mengingatkanku akan dirimu dan rindu. Membasuh luka kala cinta mencintaku.
440. Cintaku ini gila, manisku. Adalah aku yang membuatmu kehilangan akal, agar hanya aku yang selalu mencintaimu.
441. Suaramu meneduhkanku; lebih dari secangkir teh yang hangat, lebih dari hujan di kala senja, lebih.
442. Jika cinta itu abadi; Aku mau, hidup seribu tahun lagi hanya untuk mencintaimu.
443. Sayang, kukirimkan sepotong tangan kananku melalui surat berperangko kilat. Agar kau dapat menulis sendiri isi rinduku.
444. Aku melebur ketika kau kecup bibirku; ludah yang menghilangkan bau-bau luka atas dera kehausan akan rindu kita.
445. Terkadang nasi dapat menyampaikan rindu; membuat nempel perangko di surat cintaku padamu.
446. Aku dan kamu; bagai bibir yang terkatup rapat bila terluka, dan berbicara hanya jika merindukan satu nama.
447. Bibirku ini; seperti kering kerontang ketika kau terluka, dan basah bila kau sedang merindu kita.
448. Jarak itu tak menggoyahkan rasa kita; melainkan mengkristalkan rindu yang maha.
449. Kau, yang mengajari aku rasa; pertama kali kukecup bibirmu, manis terasa. Kedua kalinya, asin dan asam bermuara disana.
450. Bibirmu itu seperti panduan sederhana; menyembuhkan kesenjangan rasa pada diri yang sedang tersiksa.
451. Sungguh indah ketika kau belah hatiku, disana ada angan yang begitu besar; aku,kamu, dan anak-anak kita nanti.
452. Sajakku; duka yang membilang-bilang, rindu yang menderu-deru, jantung yang berdegup-degup, dan sunyi yang berbisik-bisik.
453. Aku memandang rembulan; permukaannya seperti wajahmu yang lagi kesal, lucu, dan menggemaskan. Membuat aku merindu.
454. Terkadang hasrat kita merupa hewan; seperti kucing yang manja, dan anjing yang menanti dengan kesetiaannya.
455. Aku mencintaimu; aku dapat melihatmu walau terbenamnya mentari. Aku mencintaimu; bila kau pergi detak jantungku mendadak terhenti.
456. Butuh kekuatan untuk aku menyatakan cinta kepadamu. Tapi butuh ketidakwarasan untuk aku tidak mencintaimu.
457. Aku mencintaimu; sekalipun aku meski melepasmu, itu karena aku mencintaimu.
458. Izinkan aku mengantarmu ke pelaminannya; agar aku, dapat mengukur derasnya air terjun di dadaku melawannya.
459. Terkadang batu memenangkan pertarungan dengan air terjun yang menderu; seperti tabah didadaku, yang mengalir deras ketika aku bertamu di pelaminanmu.
460. Berjanjilah, untuk selalu menjaga senyum itu; Senyum keindahan yang akan selalu aku ingat bila aku telah pergi.
461. Airmata; cerita yang menghanyutkanku ke dalam bahagia untuk menghilangkan duka.
462. Aku begitu mencintaimu; ingin membuat kau tersenyum dan menangis karena bahagia, bukan karena aku.
463. Bila cinta harus memiliki, maka aku akan meninggalkanmu; aku tak dapat menjaga senyummu, karena waktuku.
464. Cintamu mengajarkanku; cara mencintai hidup, dan mencintai diriku sendiri.
465. Bila cinta adalah tangisan, maka aku hanya akan menangis untuk satu orang; yang takkan terlupakan di hidup dan matiku, kamu.
466. Aku ingin tidur, tapi sebelum kau pergi, kumohon kau untuk membangunkanku.
467. Aku ingin bercinta denganmu. Tapi sebelum kau membuka baju, kumohon kau untuk menciumku terlebih dahulu.
468. Kau dan aku, kita berdua. Seperti bilangan prima, yang hanya dapat di bagi oleh satu yang namanya; cinta.
469. Bila mencintaimu itu tak tercukupi oleh waktu; aku akan memutarbalikkan jam dindingku.
470. Tangismu adalah cerminan rasamu kepadaku; cinta yang sejati, bila kau bertahan hidup tanpaku, dan tersenyum selalu untukku.
471. Aku beruntung bersamamu, kekasihku; seperti teman baikku, bukan pengatur hidupku.
472. Terkadang aku tak tahu dimana aku harus memulainya terlebih dahulu; mencintaimu, atau melukaimu.
473. Bila mencintai itu adalah melukai; maka tubuhmu sekarang sudah penuh sayatan jemariku yang selalu mencabik-cabik setiap sudut keindahanmu.
474. Sesaat kumemandang fotomu di dalam dompetku; seakan membakar rindu yang sedang menderu, seperti pisau yang memisuh pilu.
475. Cinta yang pengertian; cinta yang saling memahami. Memahami disaat kau sedang meluka, atau melukai.
476. Cinta seperti setitik arimata di tengah gurun merindu; yang sangat berharga di setiap duka dalam perjuangannya.
477. Jika mencintai; pembelajaran, mungkin aku sudah mendapatkan gelar. Jika memiliki; pekerjaan, mungkin aku sudah mendapatkan posisi.
478. Jika mencintai adalah sebuah kehinaan; maka sudah tak ada seutas pun urat malu di diriku.
479. Cinta yang diam-diam; ketika kau masuk ke kamarku dan mencumbu dengan tanpa suara, bersaksikan malam.
480. Setelah kita bercumbu sayang, dan sebelum kau pergi meninggalkanku; kumohon kau untuk menciumku, agar ku tahu rasanya merindu.
481. Ketika kau merindukan nyanyianku, dan aku tak dapat bersuara lagi; aku bernyanyi melalui lolongan bulan disaat segala letih.
482. Cam kan ini sayang!, aku takkan meninggalkanmu hingga kau yang pergi menjauh; cinta yang takkan utuh tanpamu.
483. Ketika kau menulis luka, lukislah di atas air. Dan ketika kau memahat rindu, ukirlah di dalam syair.
484. Jika cinta itu matematika, maka 1 + 1 = 3; aku, kamu, dan cinta.
485. Jika cinta itu gila, maka aku akan lebih terwaras-waras mencintaimu.
486. Jika cinta itu adalah suatu penyakit, maka aku akan menghampirimu agar terjangkit.
487. Jika cinta itu gila, maka aku sedang menggilaimu.
488. Jika cinta itu gila, maka sudah lama aku tergila-gila padamu.
489. Jika cinta itu dusta; maka aku akan berpura-pura tidak mencintaimu.
490. Dan hal yang paling berat dalam cinta; ketika aku berpura-pura untuk tidak mencintaimu, melihatmu bergandengan tangan dengannya, mesra.
491. Jika cinta adalah deru dan debu, maka aku pejamkan mata yang terkena iritasi olehmu; kita yang berciuman dengan lebih syahdu.
492. Aku berlari kehilangan harapan, mencari dimana berada bayangan. Dan ku tersedu dalam ketiadaan, bertanya pada cinta yang angan.
493. Tak perlu waktu untuk aku mencintaimu; semua seakan berjalan lamban dengan sendirinya.
494. Tak perlu waktu untuk memikirkanmu; seakan aku terhirup ke suatu tempat dimana tak ada yang tahu.
495. Hujan merintikkan doa, membasuh pecinta; suara hati merdu, yang mengkristalkan rindu.
496. Syair ini, tak perlu kuselesaikan dan tak ingin kuselesaikan; hingga nanti kita di syurga, tak hiraukan akan cinta dan harapan.
497. Engkaulah puisi cintaku, yang membait di tiap rindu. Engkaulah puitis rasaku, yang menyair di tiap larik-larikku.
498. Kau percaya akan setiap dusta yang aku buat, seakan menamparku dengan cinta yang nurbuwat.
499. Selamat pagi #ceritacintaku , semoga kau selalu tersenyum di harimu; denganku atau tanpaku.
500. Selamat malam #ceritacintaku , kuharap kau terlelap dalam mimpi yang indah kusulap.
501. Selamat sore senjaku, aku menantimu bercumbu di bawah sinar rembulan merah jambu; di bingkai malamku.
502. Tangismu membuatku tersedu, senyummu membawaku teduh, kasihmu menjadikanku teguh, sabarmu mengalahkan waktu.
503. Seribu langkah di mulai dari langkah yang pertama. Sama seperti cintaku padamu; dari meluka hingga kita menikah.
504. Luka-luka yang luar biasa; cinta kita. Menahan deru dalam dada; rindu kita.
505. Bila kau meluka, janganlah lupa membubuhkan rindu di dalamnya. Agar kelak, tak hambar untuk cerita cinta kita.
506. Pada luka kubertanya, kemanakah cintaku ini bermuara? Pada cinta ku berbicara, tentang luka, dan hatimu yang rumah.
507. Surat cintaku yang pertama; untukmu sewaktu aku berucap cinta. Surat cintaku yang kedua; untukmu ketika aku telah tiada.
508. Aku pergi ke toko, untuk membeli aspirin. Tapi aku mendapatkan obat pusing yang lebih; kecupan bibirmu.
509. Bibir merahmu, manjaku; bolu terlembut dan termanis yang pernah aku cicipi.
510. Dan cintaku melebur disaat terjadi dua hal; Disaat kita bercinta, dan sewaktu kita berpisah.
511. Disaat aku cuek, kecuplah bibirku; disana kau akan temukan aku, suatu perhatian yang lebih.
512. Disaat aku tertidur dan kau beranjak pergi. Tolong bangunkan aku, dan pastikan bahwa kau akan merindukanku.
513. Senyummu; peneduh luka disaat aku berpikir semua ini tidak nyata.
514. Ajari aku untuk membunuh kenangan, manjaku. Agar aku tak sekedar memimpikanmu, pun merindukanmu.
515. Jika airmata dapat berbicara, maka ia akan berucap cinta di setiap tetesannya.
516. Karena aku adalah sang pejuang, yang selalu mencintaimu walau luka-luka menghampiriku.
517. Semua yang kucipta untukmu, dari laguku, tulisanku, dan khayalanku; semua tentangmu.
518. Izinkan aku untuk membencimu, agar aku tak bisa melupakanmu, kenangan.
519. Disetiap nafasku ada kata cinta; namamu.
520. Jika hujan turun; aku bersedih kehilanganmu.
521. Dan gelap pun tak menggundahkan kita; aku masih bisa melihatmu walau terbenamnya cahaya.
522. Bayangkanlah aku, kotorilah pikiranmu dengan aku. Karena itu, salah satu obat penawar rindu.
523. Malam ini, dan saat ini juga aku sedang menujumu; adakah kau ingin sebuah bintang untuk kubawa padamu?
524. Aku hanya ingin menikmati kerinduan ini, cinta. Hingga aku bertemu suatu akhir yang tak ada.
525. Tak peduli, bila kau banyak menjangkiti, menyakiti, hati; aku menikmati.
526. Kamu dan merah, cocok yang sempurna. Kutex merah, gaun merah, darahku pun berwarna merah; bila harus melumurimu, aku bersedia.
527. Ketika luka-luka menantang, aromamu masih semerbak menggantang. Menyejukkan rindu yang matang, menuju rumahmu yang lapang.
528. Kukulum bara kokas, udara penuh panas mesiu. Jantungku hilang tak berbekas, tertembus peluru menuju hatimu.
529. Ketika cintamu mati, kau tidak perlu mati bersamanya. Karena cintamu, akan mati bersamaan dengan hatiku.
530. Cinta itu; Ketika luka menitikkan airmata, pun kau masih peduli dan setia menunggunya, itu cinta.
531. Cinta itu menjadikan kita kembali muda. Maka, pun luka-luka itu menutup dengan sendirinya.
532. Mempesonanya kamu, merona senyummu; mematikan aku.
533. Cinta tidak perlu kata ‘maaf’, karena cinta akan memaafkan sendiri kesalahannya; dengan ciuman dan senyuman.
534. Cinta tidak perlu kata ‘maaf’, karena cinta akan memaafkan sendiri kesalahannya; seperti ciuman pada sariawan.
535. Aku sedang demam meriang, sayang, aku butuh kamu untuk terbang, berdendang dalam tenang yang panjang.
536. Bila kau tersakiti oleh cinta, izinkan aku mencecap perihmu. Agar kita mati bersama., dalam keabadian cintamu.
537. Cinta kita seperti berhala yang tak patut disembah. Mati dalam kehidupan, hidup dalam cinta.
538. Cintaku selalu optimis; disaat aku terjatuh, ada kau yang memapahku berdiri.
539. Aku sangat serius merindukanmu; hingga nada di nadiku selalu bercerita tentangmu.
540. Cintaku gelandangan, dan hanya akan pulang ke hatimu, yang rumah.
541. Jika siang terlalu memaksamu pergi, maka senja akan memberikanmu rumah; menuju hatiku.
542. Jika malam terlalu kelam, dan dingin selalu menyelimutimu; aku, embun pagi, dengan mentari yang menghangatkan ceriamu, menjaga senyummu.
543. Kala senja merona, dan malam membuatnya sirna; saat kita bersama, dan saling meluka. Pada cinta, dan lupa yang mustahil.
544. Aku berada di detak jantungmu, apakah kau dapat merasakan suara degup itu?; suara yang membuatmu tertawa dan menangis sedu.
545. Cinta kita seperti selangkangan; yang terpisah oleh batas malu dan tantangan.
546. Bibirmu; menghambarkan deru luka dan dera duka di antara tangisanku yang sedu.
547. Tak ada demam yang terdahsyat selain merindukanmu.
548. Tak ada penyakit yang tak tersembuhkan selain mencintaimu.
549. Tak ada hidup dalam kematian selain cintamu.
550. Tak ada abadi dalam kehidupan selain cintaku.
551. Matamu, menyiratkan kasih dalam penantian. Bibirmu, menterjemahkan rindu dalam kesepian.
552. Cintaku padamu seperti tali pusar; selalu melihatmu, pun jasad telah terkubur.
553. Cintaku seperti kulit arimu; yang pertama sakit ketika kau terluka.
554. Cinta itu seperti kentut; selalu membaui, dan mengetahui keberadaannya dengan di hirup.
555. Rinduku padamu hanya dapat diterjemahkan oleh dua hal; ciuman dan pelukan.
556. Dingin sekali malam ini, penuh udara menusuk jiwa. Tapi aku menemukan hatimu; secerah pagi sehangat senja.
557. Rindu dan waktu seperti ada kesamaan; mereka terhenti ketika aku mengecup bibirmu.
558. Sesekali, peluklah aku sebelum menciumku. Agar kau tahu, degup ini berdetak kembali ketika kau dekatku.
559. Dinamakan rindu; yg selalu dipatahkan oleh jarak & airmata penantian. Hanya waktu yg kian berubah, bukan hati kita.
560. Sajak itu berhati mulia. Ia ditujukan untuk sesuatu. Sekalipun itu; luka.
561. Aku buta, pada cemburu tua yang selalu mengais-ngais rindu. Disana ada kenangan, merintih kesakitan akan cintaku yang maha.
562. Aku mencintaimu dengan luka, sama seperti kau yang melukaiku dengan cinta.
563. Kunamakan dia rindu; yang selalu membuatku menatap bintang kian malam menanti rembulan jatuh ke pelukanku.
564. Mungkin langit terlalu lelah merindu, hingga awan pun berairmata meluka-luka; merintikkan doa dalam naungan matahari kala senja.
565. Kau nada di nadiku; bernyanyi merdu seiring notasi cinta, tetapi sumbang bila kita meluka.
566. Dan iblis pun menangis, pun mendustaimu, pun melukaimu, pun itu aku.
567. Penaka aku menjadi jenaka, ketika engkau sedang terluka; agar sirna semua airmata.
568. Secangkir teh, ku aduk dengan kenangan, manis rasanya mencecapi jejak kecupmu di bibir gelas, sungguh rindu.
569. Kemarin, ah, kemarin, lupakan saja. Sekarang aku, dan kamu, cukup itu saja, dengan cinta.
570. Apalagi yang harus kuutarakan tentang kita?, cinta, luka, dan asa telah bicara. Mungkin ciumanku yang belum terbaca olehmu.
571. Sungguh indah bila ku melihat senyummu, walau kau tak tahu tentang cintaku, untukmu.
572. MALAM menggigilkan hatiku, menterjemahkan kenangmu, mengkristalkan rindu, membungkus doa yang membatu.
573. AKU mau, mencintaimu dengan diam, memilikimu dengan angan, memelukmu dengan harapan, merindukanmu dengan malam.
574. Tak perlu kau menulis sebuah kata. Cinta. Adalah aku sang buta, hanya ciumanmu yang terbaca.
575. PANTAI kala senja, menjadi saksi cinta. Laut dan langit, dalam naungan matahari; berpelukan, meninggalkan kerinduan.
576. Sesat itu nikmat, sayang. Seperti aku yang berkelana menuju hatimu, meluka-luka demi mencari suatu kepastian. Cinta.
577. Aku hanya menanti, kala senja menghampiri. Berbisik tentang cinta, rindu, dan sebuah pelukan.
578. Jika langit berpelukan pada laut kala senja, maka aku akan berpegangan kepada langit agar tak terjatuh kala malam tiba.
579. Cukup satu senyuman saja, darimu, dan mentari kembali sinari hariku.
580. Cukup satu kecupan saja, darimu, dan aku kembali dari sesatnya rindu.
581. Cukup satu dekapan saja, darimu, dan aku terbasuh dari segala luka yang menaungiku.
582. Cukup satu sapaan saja, darimu, dan aku kembali tenang dari gemuruh notasi sendu.
583. Aku hanya ingin menangis, sedu. Ajarkan aku airmata, pelepas duka kenangan yang fana.
584. Kau adalah satu-satunya alasan, dalam kehidupanku, dan untuk apa aku hidup.
585. Kau adalah keramaian dan aku sepinya, menyatu dalam cawan kerinduan dan bibir kita saling berbisik.
586. Mungkin aku tahu, di suatu tempat kau bersembunyi, menghindariku. Aku tahu, bila kita saling tahu, maka cinta takkan pernah sirna.
587. Semua yang sepi mengisyaratkan aku, rindu. Dan semua yang ramai menggambarkan kita, berciuman.
588. Bibirmu seperti kandungan kafein; membuatku terjaga, menikmatinya dengan hangat lembut.
589. KANKER hati, semenjak kau pergi, semakin menjadi-jadi, dan hanya kau yang tahu, berapa lama usiaku.
590. Dan kasih, aku punya dua kepribadian yang berarti sangat; yang satu mencintaimu, dan satunya lagi mengikhlaskanmu.
591. Ciumanmu, membiuskan luka, melesapkan segala sakit yang maha.
592. Cinta itu, seperti pisau bermata dua; kata-katanya bisa saja melukai, atau melindungi dari yang ingin melukai.
593. Senyummu, berikan syahdu, karena Senyummu, menyala terang, seperti harapan di letupan bintang.
594. Aku menari keliling dunia, mencari sesuatu yang hilang, pun terlupa; kamu, rekan dansaku.
595. Bila nanti aku sulit untuk bernafas, kasih. Itu berarti kau yang mengambil udaraku. Hidupkan aku lagi, dengan sebuah ciuman, dari bibirmu.
596. Seseorang yang terkena serangan jantung, pasti dia mempunyai hati untuk itu. Seperti aku, setiap hari, bila tak ada kamu.
597. Kaulah yang mengajariku bernyanyi, denting cinta, dan notasi rindu. Dalam alunan merdu kita menari, bercinta, dan rindu melulu.
598. Jika berandamu penuh kebanjiran; Itu berarti doa-doaku yang telah tertampung karena terlalu merindumu, lewat hujan.
599. Airmata melarutkan segalanya, rindu yang melulu, luka yang mendera, dan cinta yang sirna.
600. Yang kurasa, selain airmata ada satu hal lagi yang membuatku lega; ciumanmu.
601. Ada dua hal yang membuatku tidak bernafas; ketika aku mati, dan saat berciuman denganmu.
602. Pasir-pasir halus yang melumuri tubuhmu itu, kasih. Menaburkan doa yang memberikan kecerian ketika kita bermain di pantai kala senja.
603. Karena matamu adalah lagu, dan kecupanmu ialah notasi merdu. Yang membuat cumbu, menjadi selalu yang aku rindu.
604. Saat aku melihatmu, seakan kematian tak ingin menghampiriku. Karena ia tahu, aku mencintaimu dengan seluruh kehidupanku.
605. Cinta seperti lautan tak berujung, damai pada yang lain. Hatiku hatimu, sumber yang konstan untuk sebuah keajaiban.
606. Cinta itu bukanlah disaat awal, melainkan disaat akhir kau menentukan aral dan tujuan hidupmu, demi cinta.
607. Cintamu, memetaforakan rasaku, menghidupkan degup-degup yang layu.
608. Ajari aku cara melukaimu, agar aku tahu bagaimana tulusnya nanti mencintaimu.
609. Ajari aku bahasa rindu, agar tangisanku tak lagi sedu.
610. Ajari aku melupakanmu, agar kenangan ini, tak selalu membencimu.
611. Ajari aku cara membencimu, agar kenangan ini, tak pernah berlalu.
612. Mungkin aku ditakdirkan bersamamu, buktinya; jantung kita berada dalam satu degup.
613. Aku ingin menjadi lesung di pipimu, sehingga di setiap indah senyummu, ada aku.
614. Aku ingin menjadi baju yang selalu kau pakai, sehingga ia melindungimu, dari dinginnya malam dan teriknya mentari, pun menutup auratmu.
615. Aku ingin menjadi bibir yang selalu menciummu, sehingga bila dada dan dahimu terluka, aku akan setia membasuhnya dengan air liurku.
616. Aku mau menjadi airmatamu, tempat kau tersedu merindukanku.
617. Aku mau, menjadi hujan yang membasahi tubuhmu, dan mengering sendirinya ketika kau rindu, aku.
618. Aku buyar ketika tangan-tanganmu menjauhiku. Dan ketika kau datang, aku sempurna dengan kau susun kembali puzzle itu; hatiku.
619. Aku hilang, ketika malam tiba dan kau tiada. Seperti berhala yang tak patut disembah, aku terharamkan.
620. Coba jelaskan, bagaimana aku bisa mati mencintaimu, bila degup jantungku ada padamu?
621. Coba renungkan, kau pilih aku pergi, atau hatiku yang mati?
622. Aku bersaksi, bahwa tiada Tuhan selain sang maha cinta, yang memberikan cinta yang maha untukku, padamu.
623. Tak ada yang lebih kelam dari hatiku yang karam kala malam menjelang tanpa kehadiranmu.
624. Bila cinta sudah melekat, malam pekat seakan singkat, pun luka terasa coklat.
625. Dan percintaan kita, kasih; kita bercinta diatas luka yang maha, pun mati kita lupa.
626. Hujan; isyarat rindu, bahwa kau akan datang padaku sesudahnya, menjelma pelangi.
627. PAGI selalu sejuk lewat sapamu, teduh relungku melihat senyummu. Keindahanmu; dimana kau tetap menjaga semua itu, untukku.
628. Ada yang usang dari kita, adalah usia. Tapi hati yang tua semakin matang, semakin menjadi-jadi, cintanya. Jadi, janganlah takut karena waktu.
629. kau mengendap di embun pagi, menyejukkanku dari usia yang menggerogoti.
630. Dengan jaraklah kita dapat mengukur kasih, mengkristalkan rindu. Menjadi sebuah yang sangat berharga, demi cinta.
631. Aku berenang lewati samudera, menghantam jarak dan waktu yang berharga. Hanya untuk sebuah ciuman, darimu, meneduhkanku.
632. Aku menanti, dimana waktu terhenti dan hanya ciuman kita yang berdetak-detak dalam sepi ini.
633. Tak perlulah aku menggunakan senter di kegelapan, asal kau bersamaku; benderang cahaya matamu, melindungiku.
634. Tak ada yang lebih senja daripada ciumanmu di kala malam, penerang yang kelam, pemapah yang karam.
635. Sunyi adalah ketika hatiku terluka, untuk merindumu.
636. Sunyi adalah ketika rindumu, tak memikirkan aku.
637. Sunyi adalah di kala senja rindumu, tak lagi menyentuh bibirku.
638. Sunyi adalah ketika airmata berbisik sedu tentang rinduku akan cumbuanmu.
639. Sunyi adalah ketika aku, dan kamu, terperangkap dalam kematian, tak lagi mencinta.
640. Sunyi adalah ketika aku berada di keramaian kota, dan tak ada kamu disana.
641. Sunyi adalah ketika engkau mati, dan tak ada lagi yang kudambakan, pun kurindukan.
642. Sunyi adalah manakala mentari dan bumi tak tersenyum lagi; disana hujan membiaskan kerinduanku, pun cintaku padamu.
643. Dan sajak-sajak manis ini, takkan kabur oleh usia, pun rindu yang mengkristal menjadikannya kekal mencinta.
644. Aku tak paham tentang cinta, yang kutahu hanyalah memberimu lebih; dari apa yang aku tak punya.
645. Merindukanmu seperti kematian; aku terperangkap dalam kotak sunyi yang dibingkai oleh malam.
646. Tanpamu; malam menjadi karam yang kelam di dalam cawan nan suram kalbuku.
647. Awan membentuk bibir di langit kala senja; melukiskan rindu yang diterjemahkan oleh hujan, dan dera.
648. Malam adalah tempat kita bertemu, memapah rindu yang aduh. Bulan adalah waktu kita bercumbu, dan berpamitan kala subuh.
649. Cinta itu tak menakutkan, sayang. Seperti aku yang telah dimakan rayap dan mengentayangimu setiap malam.
650. Bila aku adalah kematian, maukah kau mati mencintaiku?. Hanyalah aku dan kamu, abadi melepas rindu.
651. Tak ada makna yang paling selain ciuman. Dan teduh yang maha adalah pelukan.
652. Dan baju yang paling hangat ialah pelukanmu, kulit menyentuh kulit membuyarkan musim yang dingin.
653. Kebohongan mungkin suatu permulaan yang manis, untuk kita mengetahui; apakah itu cinta, atau senyum yang bengis.
654. Dan cintaku, terbata-bata dalam mengeja namamu; mungkin aku yang terlupa, mengambil hatiku yang hilang bersamamu.
655. Jika cinta adalah kasta, maka aku harus terlahir sebagai sendok perak untuk bisa berdampingan denganmu di meja makan.
656. Aku tidak berjuang untuk cinta; aku mencari aku di dalam dirimu, bila tak ada itu, aku pergi.
657. Bila kau rindukan aku, sebut saja namaku dan aku berlari. Di depan pintumu aku mengetuk, di lubuk hatimu aku berbisik; kenangan.
658. Aku tahu rasanya itu, mencintai dan terjatuh. Tapi satu yang kupahami lebih; merindukanmu tanpa pamrih.
659. Ketika kau pergi, embun pagi pun enggan menyentuhku, karena dia yakin; bahwa hanyamulah yang dapat meneduhkanku.
660. Aku selalu di dekatmu; menjelma selimut, guling, dan baju yang kau pakai untuk menghangatkanmu.
661. Ciumanmu, seperti misteri berkasih; yang mencetak rindu, membasuh perih.
662. Dan perpisahan hanyalah kuasaNya, sedangkan aku, tak kuasa untuk melepasmu, pun cintaku.
663. Senja selalu saja indah, dengan cahaya matamu sebagai penutupnya. Dan ciumanmu sebagai pembuka malam tiba.
664. Tak ada obat dokter yang paling canggih selain ciumanmu; yang menghilangkan dingin di sekujur tubuhku.
665. Dingin itu hujan, panas itu cemburu; yang selalu menyelimutiku saat kita berjauhan.
666. PAGI adalah sebuah rumah, yang menjagaku dari mimpi buruk; memandang wajahmu, ketika aku membuka mata.
667. Aku sudah lama tidak membacanya; isi hatimu, yang biasanya aku raba dengan mengecup bibirmu.
668. Sayang, tatapanmu seperti api; yang selalu membakar hatiku bergelora ketika kita berciuman.
669. Aku rindu, menidurkan dirimu sambil bernyanyi lagu kesukaanmu. Menjaga lelapmu hingga pagi kau membuka mata; aku disisimu.
670. Aku rindu; menidurkan sepi, dikala ciumanmu jatuh ke pangkuanku.
671. “Cinta itu perjuangan, jenderal!” Kata pejuang yang sedang berjalan melewati medan luka dan dera air mata.
672. Di setiap dentingan piano, aku mendengar suara keindahan. Entah apa itu cinta atau luka, yang buat airmataku jatuh; merindumu.
673. Ketika kita saling meluka; ingatkan aku, bahwa dulu aku pernah jatuh mencintaimu.
674. Dalam tidurmu, ada lelapku disana. Di dalam mimpimu, ada aku menjelma; menjadi penuntun rindu, kala dunia tenggelam kelam.
675. Jika cintamu pergi; hanyalah airmata menemaniku sepi/seperti pagi/menanti senja kembali.
676. Rinduku adalah padamu; tentang sepi yang sering mengetuk, tentang duka yang ingin kupeluk.
677. Cinta yang kupunya selain luka adalah kepercayaan; percaya bahwa aku menyayangmu, merindukanmu, pun membutuhkanmu.
678. Apalah dayaku untuk meninggalkanmu, kenangan; satu kehidupan pun takkan cukup untuk melupakanmu.
679. Andai aku airmata, sumber luka yang maha. Maka kamu adalah mata, sebagai cawan penampung doa.
680. Aku adalah milikmu, sepenuhnya mencinta dan tak bisa menjauh. Aku adalah cintamu, hati yang merindu atas luka dan dera airmata.
681. Cinta kita murni; seperti kicauan burung-burung di pucuk pepohonan. Seperti riaknya air yang mengalir dengan arus yang jernih.
682. Cinta kita murni; seperti doa-doa yang kita pinta kepada sang pencipta. Seperti segelas teh yang diseduh dengan rasa manisnya bibirmu.
683. Cinta kita murni; seperti anak kecil yang bermain kotor lalu pulang kerumah sembari tersenyum.
684. Cinta kita murni; seperti buah inspirasi yang tumbuh dengan sendirinya. Seperti luka diteduhkan oleh hangatnya sebuah pelukan.
685. Aku bahkan tidak pernah ingat, kapan aku tidak merindukanmu.
686. Ada sebab di dada yang selalu menyesakkanku; ketika cemburu membakar hati, dan air mengguyur mataku.
687. Aku mencintaimu dengan sedikit demi sedikit; agar tak berhamburan dan terlesapkan luka.
688. Biarkan kita berciuman di depan Tuhan; agar Ia tahu, bahwa setan sepertiku pun punya hati untuk mencintai.
689. Tak satu setan pun tahu; bahwa cinta kita terukir di atas kematian yang mereinkarnasi menjadi alam; hidup untuk mengindahkan.
690. PAGI menjelang, para syaitan meringkuk sepi menunggu malam. Kala senja ia girang, dapat kembali bertemu malaikat penghapus kelam.
691. Sebab sesuatu hal di dada, membuat sesak semakin dera; ketika aku rindu, dan tak ada aku dengar sebentar pun suaramu.
692. Jika mencintaimu harus mati; aku lebih memilih mengunjungimu dengan bunga dan sebotol air murni. Hingga nanti, setia menemani.
693. Tak ada kamu tak lengkap isi kasurku; aku, kehilangan pelukan yang setia menerima ilerku sepanjang malamku.
694. Aku rindu, kala kita bercengkerama di dekat perapian. Berciuman di kala setan mengintip di baliknya, cemburu.
695. Dan kasih, aku hanya ingin merasakan sekali kehilanganmu; agar aku tahu, bahwa cintaku benar utuh untukmu.
696. Dan kasih, aku hanya ingin merasakan sekali kehilanganmu; agar aku tahu, bahwa cintaku memang benar utuh untukmu.
697. Ingin rasanya aku meminta kepada Tuhan; jangan berikan kami sebuah nyawa, yang hanya akan menjadi jarak bagi cinta kita.
698. Tahu tidak apa yang kusuka darimu selain ciumanmu; binar matamu yang berkilau-kilau seperti rumah bagiku.
699. Aku seperti hujan, yang menangisi awan ketika ia sedang tersedu menatapku; rindu.
700. Api yang berkobar di dalam hatimu adalah cemburu, yang aku nyalakan untuk dapat melihatmu; terjatuh mencintaku.
701. Tuhan melaknatku bila aku mengutuk cintaku; selain untukmu. Dan mematahkan kedua sayapku, hingga aku kembali manusia.
702. Kau tahu aku pasti datang, tak perlu mati untuk mencintaimu; cukup menikmati senja dikala rindu itu tiba, dan terlesap malam.
703. Aku mencintaimu tanpa jarak; pun nyawa sebagai pembatas usia, tembok rindu yang terjal berliku, takkan cinta kita tersedak.
704. Aku seperti macan yang taringku adalah kau; Membantuku hidup dan menjaga kehidupanku.
705. Ah, sudahlah, aku ingin tidur; bila hanya amarah yang terus kau cumbu, biarlah malam menghapus jejakmu.
706. Kau selalu menenangkanku; disaat gundah gulanah menerjangku, disaat airmata terbata membaca larik-larik puisiku.
707. Jika rindu adalah kamu; maka aku sebagai lukamu.
708. Jika Cinta adalah suatu kelupaan; maka kita akan terus berkenalan dan pura-pura malu di setiap harinya.
709. Jika cinta adalah makanan; akan kulumat bibirmu seperti sushi, dan mati kelaparan bila jauh darimu.
710. Ketika hujan adalah suatu hal yang selalu kunantikan; dirimu yang menjelma pelangi.
711. Ketika hujan adalah suatu pengingat; bahwa pelukanmu teduh, dan ciumanmu benar hangat.
712. Ada tenang dalam hening, masuk melalui celah hati. Ada gusar dalam tanya, kapan tiba cintaku mati.
713. Tak ada yang lebih terjal dari cinta, dan bila kuterjatuh; terebahlah aku di lembah luka.
714. Semua harapku; bunga-bunga cinta bermekaran di atas tanah tandus. Pun rindu tersemaikan luka dan asa tak pernah pupus.
715. 40 hari aku menahan siksa, dalam hati. Bukan karena sebuah dosa; melainkan rindu yang tak pernah mati.
716. Aku menuliskan setiap larik-larik cinta, tapi ada sesuatu hal yang aneh; ketika tintaku habis, untuk menuliskan luka.
717. PAGI adalah bening matamu, yang menyejukkan risau hatiku; tempat aku mencintaimu berkali-kali.
718. PAGI adalah cinta yang nyata, dari mimpi tentang kita; atas luka dan rindu yang maha.
719. Sesat itu nikmat, sayang. Seperti aku yang berkelana menuju hatimu, meluka-luka demi mencari suatu kepastian; cinta.
720. Entah apa jadinya aku tanpamu, mungkin menjadi perindu sejati, atau hati yang membeku mati di sudut ruang yang sunyi.
721. Kematian itu indah, sayang. Seperti aku menusukmu, luka; di dekat usus besarmu, di samping rindu dan dera airmata.
722. Cinta ini seperti susu; bila hangat dia nikmat, bila dingin dia mengental, dan hanya basi bila tak ada yang meminumnya.
723. Cinta ini seperti madu; kau akan merasakan luka dahulu, baru menikmati manisnya rindu.
724. Bagaimana bisa aku mengatakan aku mencintaimu? Jika bibirku tertahan oleh ciumanmu.
725. Hidup kita bisa saja berakhir tapi cinta kita tidak akan pernah berakhir.
726. Aku, peziarah cinta. Yang menaburkan larik-larik sendu pada hatimu, di atas kerinduanku.
727. Kelak anak-anak kita menziarahi kita; pada cinta yang tak pernah padam, untuk kasih sayang yang tak pernah habis masanya.
728. Dan sajakku ini tanpa luka, kenangan, dan airmata. hanyalah rindu yang melulu, dan hasrat yang bara.
729. Hidup itu indah dengan cinta; yang memaklumi sebelum salah, dan memaafkanmu setelah luka.
730. Kerinduan, dan luka duka yang dewasa; adalah cintaku.
731. Jika ada yang lebih maha dari cinta yang memaafkan dera luka; itu aku, yang membunuh rinduku agar hatimu bahagia disana.
732. Kunanti rindu kupu-kupu, pun lama tak hinggap di kebun cintaku. Dan Kelak kuntum-kuntum hatiku, kan selalu bersemi untukmu.
733. Mimpi adalah tempat yang tepat untuk mengingatmu sekali lagi; dimana waktu takkan pernah cukup untuk merindukanmu berkali-kali.
734. Mengejarmu seperti mencetak angka, berlari menggiring bola dan terjatuh. Apakah ini permainan cinta, atau hasrat yang berjuang teguh.
735. Sekarang aku tahu rasanya cinta yang mencintaiku; seperti aku yang dilahirkan memang untuk menujumu.
736. PAGI begitu indah, melahirkan kesejukkan; seperti kau selalu disisi, ketika aku membuka mata.
737. PAGI begitu sorga, adalah ketika aku menghapus liurmu, mensesapkan tahi matamu, lalu mengecupmu mesra.
738. Seperti langit pada bumi, terpisah dengan jarak; suatu saat kita akan berpelukan, sekalipun itu di akhir cerita.
739. Lahirnya suatu kepedihan; adalah kau tidak ada disaat rinduku sedang menjelma.
740. Mencintaimu takkan pernah mati; karena aku selalu terlahir, dari tiap bulir kerinduanmu.
741. MALAM adalah benderang untuk kita, demi rindu yang tak lelah menyapa. Untuk waktu yang di janjikan, dan rasa yang tercaci maki.
742. Mendung menggantung aku terkatung-katung; menjadi perindu yang ulung pada hati yang belatung, atas rasa yang agung.
743. Sedari dulu tak pernah ada luka, sampai ketika nyawa yang memisahkan kita.
744. Jika bulan penerang rindu,adalah malam tempat bintang berandu. Hanya kau yang aku tunggu, tuk mengisi kekosongan di hatiku.
745. MALAM tempat kau merengkuhku, melesapkan gelap yang pekat. Kala pagi ku tersesat, mencarimu diantara jejak rinduku.
746. Aku merintih pada lirih yang sunyi, akan rindu yang maha, akan cinta yang terlalu, dan luka yang selalu membisu.
747. Jejak malam melirih sepi, akan rindu nan abadi. Dan kubertanya pada pagi, kembalinya kau pencuri hati.
748. Aku selalu memperhatikanmu; walau kata tak bicara, bibir tak berucap, tangan tak bergerak, aku selalu mencintaimu.
749. Sebelum mataku melamur, dan sebelum cintaku dimakan umur. Aku hanya ingin kau tahu; bahwa rinduku uzur, menantimu hingga tubuhku menjamur.
750. Ketika aku bertanya mengapa kau tiada; ketika itu aku menemukan cinta.
751. Kubiarkan kaki berlari tertatih, merintih akan rindu yang nostalgi. Kulesapkan luka-luka maha, mustahil kulupa lahirnya sebuah rasa.
752. “kemari sayang, kubisikkan sebuah sajak untukmu”; sajak yang mengharu biru, ajarkanmu ketabahan bila esok aku mati.
753. Aku benci, benci! Mengapa bukan aku terlahir lebih dulu; agar kesedihan itu, tak melihatku mati untuk sebuah kehilangan.
754. Aku lupa bahwa kau cinta, aku khilaf untuk perhatikanmu. Tapi yang kuingat ialah satu hal; aku hidup dan bernafas untukmu.
755. Dari kata kau tercipta, demi kata kau mencinta. Dari luka kau dewasa, untuk rasa kau menggila.
756. Demi rasa, dan jarak yang bangsat! Kumuntahkan isi perut bumi, kuterpa badai; demi rindu yang dahsyat, demi rasa.
757. Cintaku samudera, hatiku angkasa, semua demi bumi yang tak lelah menampung langitnya.
758. Aku bukan dewa yang bersinggasana, bukan pula pemburu rasa. Aku hanya pejalan kaki, yang fasih ketika menyebutkan satu nama.
759. Bibir terkatup rapat terluka, menganga tergores kenangan. Dia hanya dapat berucap kata, setelah kau mendaratkan sebuah ciuman.
760. Kubiar rindu dalam angan, kulesapkan luka pada erangan. Dan hujan sembunyi di balik awan, kau mentari tak tergantikan.
761. Biarkan kita dicaci kata, dicela luka, dinista rasa; asalkan kita, saling percaya, dan untuk selamanya.
762. Aku ingin bulan, hadir di pelukanku, yang hangat menyelimutiku. Aku ingin dirimu, merindukanku, dan tak lekang oleh waktu.
763. Dan puisiku ialah bahasa sunyi, yang lengking teriak dari dasar hati. Agar kau pahami, bahwa aku selalu menanti.
764. Sunyi adalah tempat teraman untuk aku menutup luka; dari rindu dan dera airmata.
765. Ketika sunyi adalah waktu yang sempurna untuk aku; menjatuhkan airmataku karena terlalu merindumu.
766. Tanpa kaki, aku berjalan melalui rindu, berenang lewat tepian luka. Tanpa mata, aku mencintai senja, melihatmu dengan sunyi.
767. Dari luka aku belajar bahagia, merasakan semua peluh menjadi rindu yang melulu.
768. Ketika malam adalah tempatku berteduh, dari teriknya siang dan luka yang pilu.
769. Malam adalah penerang dikala petang bermain riang pada rindu yang hilang.
770. Malam waktu kita berciuman, melabuhkan sebuah rindu yang rawan.
771. Cukuplah malam melesapkan segala luka; dengan rindu dan dirimu, yang menjadi penghapus kelam.
772. Hanyalah aku penikmat kesunyian malam, dengan rindu dan airmata yang selalu aku sulam.
773. Cukuplah aku dan rindu yang bercengkerama kala malam, pada pagi kulesap semua angan, menuju kenangan.
774. Malam menterjemahkan segalanya; dengan rindu yang menguap, dan sunyi yang selalu aku sesap.
775. Dimana lagi aku dapat bertemu sepi, selain dari cahaya matamu; yang membinarkan kerinduan.
776. Malam adalah tempat aku berkata-kata, mencaci siang yang telah melukaiku. Tempat aku memelukmu, dan tak kuanggap pagi itu ada.
777. Puisiku bahasa kalbuku, tempatku mencaci rindu. Dan menyiksa luka yang jahanam, melawan kesunyian.
778. Pelukanmu menguatkan aku, melawan dera luka dan pilu. Ciumanmu adalah bahasaku, dalam menterjemahkan rindu.
779. Aku meluka ketika pagi tiba, melepasmu saat malam sirna. Sampai jumpa di pulau cintaku, ditempat yang tak pernah kau tuju.
780. Lari-lari merintih tanpa alas kaki, dengan duri yang tertancap di dahi. Aku lupa; bahwa luka yang mengajarkan segala, pun mencintai.
781. Aku selalu melihatmu, walau aku tak tampak olehmu. Aku selalu bersamamu, walau tak kau rasa kehadiranku.
782. Lagi-lagi aku bercinta dengan sepi, apakah rasa itu benar ada, atau hanya bibirmu yang dapat menterjemahkannya.
783. Mungkin hampa yang tak pernah ada luka, pun cinta di dalamnya; aku yang bersedia terluka, hanya untuk mendengarmu menyapa.
784. Dan ketabahan dari cinta itu; butir-butir airmata yang terjatuh karena setia menahan rindu.
785. Hujan adalah saat aku mempunyai alasan; untuk menggenggam tanganmu kuat, dan memelukmu lebih erat.
786. Adakah yang lebih indah; selain dicintai oleh luka, dan dijawab oleh rindu.
787. Cintamu mengajarkanku tabah dalam menjawab rindu, pun ikhlas dalam meneteskan luka, dan membingkai sebuah kenangan menjadi indah.
788. Kubiarkan nada sendu itu bernyanyi sendirinya, karena aku tahu; disitu ada rindu yang terlalu, pun sedang kunikmati.
789. Anjing! Untuk rindu yang selalu menggonggong, menanti seonggok hati, yang kuperjuangkan meski mesti mati.
790. Dalam diamku, adalah bara yang menyala api. Menetaskan telur-telur kedinginan, melesapkan abu-abu sepi.
791. Dalam tanya ada nyata, dalam sara ada rasa. Yang basi yang bias, yang terpalu yang terlupa.
792. Ada kata pada mata, yang cerita tentang kita; jika bertemu suka bercumbu, kalau berlari galau mencari.
793. PAGI adalah wajahmu, yang berembun di jendela kamarku. Menebarkan wangi surga, memberikan rupa warna.
794. PAGI tempat memanggil kembali, apa yang dititipkan oleh malam. Menyimpan sebuah cerita, dan berulang dalam angan.
795. PAGI adalah saat yang aku benci, ketika harus membangunkanmu dari indahnya mimpi.
796. PAGI memberi warna dari kelamnya malam, memberi kekuatan akan teriknya siang; hingga kembali PAGI, senja setia menanti.
797. PAGI selalu mewarnai hari, mendamaikan yang pergi, memberi jalan untuk kembali.
798. PAGI adalah damai wajahmu, yang kupandangi setiap terbangun dari mimpiku.
799. PAGI adalah tempat cinta bermula; ketika aku sedang berlari PAGI, ketika kamu di depan rumah berdiri, menanti mentari menyinari.
800. PAGI adalah tempat aku menutup mimpi, melanjutkan mencintaimu dengan nyata.
801. SIANG adalah hiruk pikuk cobaan, yang bimbang yang menyilaukan; pertanda hati perlu keteduhan.
802. SIANG adalah berburu waktu, untuk sampai ke telaga airmu: meneduhkan terik gurun hatiku.
803. SIANG tempat aku berjaga-jaga akan hatiku; banyak cinta datang mencoba menyilaukanku.
804. SIANG adalah waktu kita terlerai, dimiliki oleh hal yang lainnya dan bertemu lagi kala malam nanti.
805. SIANG adalah jembatan antara luka dan rindu menanti hingga malam tiba, dan kau menceritakan semua kisahmu padaku.
806. SIANG adalah terik yang mengguncang kalbuku, melesapkan rindu yang kutanam dalam hatiku.
807. SIANG adalah angkara, memaksa kita berpisah dalam kata dan nyata, aku tak rela.
808. SIANG menuntun kita untuk bijak, karena ia memaksa untuk menyantap luka.
809. SIANG adalah kebencian yang menjadi-jadi, sama seperti cinta; yang kedua hal itu melekat pada kenangan.
810. SIANG tempat aku menguji, apakah rindu ini semu, atau cinta yang malu-malu.
811. SENJA adalah rumah; hatimu, tempatku berlabuh dari siang yang terlalu terang.
812. SENJA tempatku pulang, dari berjuang akan siang, dari godaan yang selalu menyilaukan.
813. SENJA selalu teduh, sedamai pelukmu, sehangat ciumanmu.
814. SENJA selalu berbisik; tentang kerinduan, dan cintamu yang sajak.
815. SENJA begitu tenang, hingga ia tak tahu kapan cinta itu datang, kapan cinta pergi, dan menghilang.
816. SENJA nan muram, bila mentari lelah menyinari, dan rembulan pun tampak mati; andai aku tanpa rinduku, pun kau yang mencintaku.
817. SENJA datang sambut rembulan, ia mengadu pada rindu, berbisik pada sunyi, dan menanti sebuah harapan.
818. SENJA-ku nyanyian rindu, mengejar waktu bertemu malam, pelukanku mendekap waktu, kurayu pagi tuk terus tenggelam.
819. SENJA tempatku labuh, dari terik dan paksaan. cinta rumahku teduh, berbisik rindu dan rayuan.
820. SENJA tempatku menatap langit, akan rindu yang legit. Walaupun terasa sangat sakit, tapi SENJA tak pernah khianat.
821. SENJA adalah musimnya cinta, tempat hati berlabuh padanya. Aku adalah pujangga buta, tak peduli itu rindu atau luka.
822. SENJA adalah pelabuhan luka; dari siang yang tak mau mengerti, dan malam yang tak pernah menanti.
823. SENJA seperti rupa-rupa pada rindu yang pura-pura, menyamar menjadi lupa, menyusupkan luka-luka.
824. SENJA adalah biang kecemburuan; dari malam yang merindu, siang yang memaksa, dan pagi yang dilupakan.
825. SENJA tempat tuk mengerti; yang mana cinta, yang mana menyilaukan mata.
826. MALAM membasuh peluh rindu, tempat aku mengunci kenangan.
827. MALAM adalah perjalanan panjang, tempat gelut kesah dan rindu.
828. MALAM tempatku menantang waktu, akan luka yang lalu, dan rindu yang terlalu.
829. MALAM adalah rindu, yang terbayarkan lunas, tuntas berikut bunganya; sebuah pelukan dan kecupan.
830. MALAM tanpa pulasan, tempat kita berlabuh di ranjang kerinduan.
831. MALAM tempat aku terjaga, dari mimpi yang kian hari kujalani.
832. MALAM adalah tempatku terjaga, denganmu disiku; bahagia, seolah-olah tanpa waktu.
833. Dan malam, pagi, siang maupun senja adalah rasaku, bukan hariku; seolah-olah aku, menterjemahkannya tanpa tahu itu waktu.
834. Rindu, tak mengenal perbedaan waktu, pun luka; rasa menterjemahkan segalanya.
835. HATIKU cabang yang berakar-akar ke dasar semak belukar; disana ada aku dan rinduku, yang sedang menyatu.
836. HATIMU lemari, menyimpan luka dan segala keluh kesahku; tempatku percaya untuk selalu berlabuh padamu.
837. MALAM aku terjaga, hanya ingin berbicara denganmu, tentang kenangan yang berdebu.
838. MALAM membisu, menyaksikan sebuah rindu; yang sedang bercinta, yang lesap dari candu luka.
839. Aku hanyalah peribahasa, yang tak pandai berkata-kata. Aku hanyalah pujangga rasa, yang tak jua rindu itu lelah.
840. MALAM adalah nama lain rindu, deranya luka, dan rumah singgah; malam yang selalu denganmu, pun membuat aku merasa rumah.
841. Untuk dia yang setia, demi rasa yang abadi; aku bersimbah rindu dari dinginnya malam dan dera airmata, bila kau pahami.
842. Dan sajak-sajakku membaca sedu, setiap larik-larik rindu yang mencandu; dari dinginnya MALAM tanpa peluk dan kecupmu.
843. Satu agama untuk satu keimanan, satu kehidupan untuk satu kematian. Begitu pula dengan CINTA; SATU yang selalu menjadi KENANGAN.
844. Bila asa itu ada, yakinkan aku kau merasa. Bila rindu itu semu, maka patut aku tuk kau bunuh.
845. Dari kata terlahir makna, dari luka menjadi asa. Untuk rasa kau berbahasa, dari buta merupa cahaya.
846. Kemanakah dirimu sayang? Rinduku memanggilmu tuk datang, tanpa sehelai baju pun kutang; hanya ciumanmu buatku tenang.
847. MALAM penuh warna, yang semakin terang ketika kau datang; pada rindu ia berkubang, pada luka ia bersarang.
848. Terkadang, ketika luka menghampiriku, kucoba melupa mencari kesibukan; bermain puzzle menyusun hati, yang sedang dirawan rindu.
849. MALAM adalah tempat aku menuliskan rindu; tanpa pernah aku tahu itu sajak, atau sesak.
850. MALAM terangkum dalam biru, yang dilesapkan oleh waktu; apakah itu kerinduan, ataukah kehilangan.
851. Bosan adalah untuk ia yang berlebihan, sedangkan aku, dengan serba kekurangan; tabah yang tak lelah menyapa kerinduan.
852. Hatiku rasa yang merindu, terluka-luka pada iga dan asa; tercermin bening pada bola-bola matamu, kala MALAM menjelma.
853. SATU hari ditinggalkanmu adalah satu abad untuk aku melesapkan rindu.
854. SATU kali melupakanmu adalah sama seperti waktu yang tak habis untuk merindukanmu.
855. MALAM ketika aku merindukanmu, adalah melihat kunang-kunang di halaman rumahku; dengan wajahmu yang berpendar di kerlipnya.
856. MALAM adalah ketika rinduku; menjelma kunang-kunang, melesapkan kelam.
857. Rinduku kunang-kunang, yang terang yang di kenang; kala malam ia berang, pada hati yang telah hilang.
858. Adalah malam adalah siang adalah pagi; yang kucipta semata hanya untukmu untuk rinduku, untuk senjaku.
859. SENJA tak pernah berubah, hanya saja disana ada rindu yang merekah-rekah.
860. Malam adalah ketika aku berjalan di tempat terang; menuju hatimu yang rumah, tempat rinduku PULANG.
861. Kulihat matamu melukis rindu, yang lalu yang pilu, berpendar pada cahaya kunang-kunang.
862. CINTA tak pernah memudar, hanya saja cinta itu; berpendar pada rindu yang tegar.
863. Kepercayaan adalah tempat tangan kita bertaut; merubah api yang sulut menjadi sebuah pengertian.
864. Rindu merekatkan hati yang retak, dari jiwa yang sesak, membangunkan kenangan; tempat dimana aku terus bertahan.
865. MALAM dimana aku mengoyak gulita; tempat kita menuai rindu yang menderu.
866. MALAM tempat mataku terpejam, bertemu lagi denganmu, rindu; hingga pagi membawamu pulang, hilang.
867. PAGI adalah waktu dimulainya rindu; dimana kasih dan luka berwujud nyata.
868. MALAM tempat aku menyebutkan namamu berulang-ulang; dari rindu yang enggan berpulang.
869. Ada rindu di dalam mimpi yang mendekapku semalam; seperti wajah di pusaran cahaya memanggilku perlahan, menyuruh pulang.
870. HATImu teduh sajakmu rindu; dengan pendar cahaya matamu sebagai penerbitnya.
871. Bagiku, rindu yang paling sedu ialah; rindu yang dikendarai oleh kenangan-kenangan indah darimu.
872. MALAM kita saling melengkapi, dengan satu yang buta, satunya lagi memberi warna; cinta yang melesapkan luka.
873. MALAM tempat kita merapal doa; dari jarak yang jahanam pun tak pernah rindu ini binasa.
874. Tempat aku menahan sedu adalah tempat aku menikmati.
875. Cinta tak perlu menjadi yang terbaik, karena rindu pasti berpulang padanya.
876. Aku tak perlu mengalahkanmu, yang aku harus adalah mentabahkan rindu.
877. Cinta itu sadis, kerjaannya adalah mengiris-iris rindu dan sepi.
878. Mimpi itu gratis asalkan berani mengejarnya. Rindu itu sadis; seperti novel yang tak pernah habis ku baca.
879. Aku rindu cara aku mencintai dirimu; saat hati dan harimu masih kumiliki.
880. Aku meraba stalakmit di goa kerinduan; adalah matamu, penerang malam di kala kelam.
881. MALAM menebarkan wewangian, mengkristalkan kenangan; dari luka yang kusimpan, sebagai kerinduan.
882. Ketika cinta mencintaiku; ketika itu aku menamainya rindu.
883. KENANGAN selalu menyisipkan rindu secara diam-diam, pun kekal abadi.
884. RINDU adalah penyisip luka; setelah datangnya deru airmata.
885. RINDU yang diam-diam; sama dengan CINTA yang pura-pura.
886. Satu sajak mengungkapkan seribu makna; sama dengan satu ciuman menterjemahkan seribu bahasa.
887. Tolong ajarkan aku membaca sajakmu, rindu, karena disitu tak tampak olehku larik-lariknya; hanya wajah dari segala kenanganmu.
888. Bagi sajak, tiadalah perasaan yang mulia kecuali; luka dari sajak itu sendiri, yang akan kita hormati.
889. Jika ada deru di dadamu, mengusik rumah hatimu; itu adalah aku, yang sedang menabuh rindu.
890. Sayang, rindu ini pahit; aku hanya membutuhkanmu untuk memaniskan bibirku.
891. Coba, beri aku sedikit gula dari bibirmu itu; agar rinduku, tak terlalu terasa pahit.
892. Semata-mata hanya karena aku kau tiada; seluka-luka rinduku tetap kau sumber dukanya.
893. PAGI selalu memberi arti, yang datang yang pergi; waktu akan mempertemukan kembali, yang hidup yang mati.
894. Biarlah sayang, biar aku tenang disana; tangismu dan rindumu, akan menjadi duka buatku.
895. Tak semua kehilangan adalah kedukaan; ia hanya berpindah tangan, dari genggaman menuju pangkuan.
896. Kelak aku mati, tak ada duka yang dapat menyakiti; selain rindu yang selalu kau tangisi.
897. Semua rindu adalah satu yang mesti di selamatkan; yang mana bermuara duka dan kenangan.
898. Ingin aku menujumu; melesapkan duka yang selalu kau sesap.
899. Andai aku bisa kembali, kenangan, tak kubiarkan duka itu menghamipiriku; dengan kehilanganmu.
900. Sepi tempat duka bersembunyi, rumah bagi para penyendiri. Sedangkan aku; selalu menggaduhkan rindu dalam sunyi.
901. Aku memilih tinggal di hatimu; dengan konsekuensinya luka dan rindu.
902. Terkadang aku tidak tahu, mana sajak mana sesak; sebab rindu yang selalu menggaduh.
903. Tangisku bukan duka pun luka; sebab rindu aku yang kehilanganmu, senja.
904. Matamu tempat hatiku lumpuh, dan bibirmu tempat rinduku luluh; maukah kau menikahiku?
905. Waktu, jangan kau sesali itu; karena menua menjadi bukti, bahwa cinta kita kekal abadi.
906. MALAM menterjemahkan kesendirian dan kematian; aku yang tidur dengan sejuta kerinduan.
907. Airmataku yang sajak ini selalu menyebut rindu, “perih, lirih” begitu bunyinya; apakah kau dapat mendengarnya, kekasih?
908. Ada yang tak henti bergemuruh dalam dadaku, terasa gaduh mengaduh-aduh; pilu rindu yang kau anggap lalu.
909. Ada yang tak pasti dalam hatiku; adalah rindu yang berlabuh, atau luka yang sauh.
910. Tak ada lebih senja selain pelukanmu yang teduh, tak ada yang lebih kelam selain malam aku tanpa kecupanmu.
911. Luka dan duka adalah kemulian dari sajak itu sendiri; seperti airmataku, pun rinduku yang merupa cahaya dan waktu.
912. Rindu dan sunyi terbentuk dari sebongkah luka; berpendar di cahaya matamu, tenggelam di langit senja.
913. Dan rinduku ialah anak-anak dari sajak-sajakku; di tempat yang sunyi ia menggaduh.
914. Dan luka-luka dari sajak-sajakku; adalah sunyi yang menggaduh karena rindu.
915. Aku lebih memilih tinggal dengan luka; daripada rindu yang tak ada jawabnya.
916. Aku lebih terluka di dalam sunyi yang menggaduh; ketika kau mengkhianati rindu.
917. “hai kemanakah kamu, rindu?” sudah lama aku tak melihat wajah duka sajakmu; yang selalu menemani kelamnya malam di mimpiku.
918. Aku membutuhkanmu, rindu; untuk mendukakan sajak-sajakku, menggaduhkan kesunyianku.
919. Saat kita berciuman; saat waktu terhenti untuk menyaksikan rindu.
920. Cinta berupa iman kepada rasanya; merupa taqwa kepada lukanya dan doa pada rindunya.
921. Cinta tak ada guna bila hanya memuja rindu, pun luka; tanpa menyibakkan sebuah makna.
922. KAMU adalah doa yang diturunkan langit untuk menyapaku, pun melesapkan lukaku.
923. aku adalah kamu adalah aku, yang saling melukai, pun merindukan; kita sebagai manusia biasa, terperangkap dalam cinta.
924. CINTA adalah pertanda sebuah dosa; bagi yang khianat pada doanya.
925. aku adalah kosong tanpamu; seperti temaram malam yang membingkai kesunyianku, menggaduhkan kerinduan.
926. Ada yang lebih ngeri dari mati, lebih nyeri dari sepi; tanpa hati untuk dicintai.
927. tanpamu aku bisa mati, tapi tanpa cintamu; aku mati dalam kehidupanku.
928. seperti nada di nadiku, nyanyianmu melaju deras di dadaku, rindu.
929. tidak terlalu sulit untuk membuatku tidak rindu padamu; dengan menghentikan nafasku.
930. Ada yang memenjarakanku, terkurung aku dalam keindahan; tatapan matamu, cahaya yang berpendar di langit senjaku.
931. cinta tidak akan menunggu, dia akan mengejar rindu hingga ke ujung waktu.
932. cinta seperti gerhana, membutakan hati yang sedang melihatnya, pun mengejar rindunya.
933. cinta seperti luas samudera, mencari hati untuk tempat bermuara; pada luka, rindu, dan sunyi yang menggaduh pilu.
934. keteduhan tatapanmu, luluh aku dalam sebuah ciuman. Ketabahan hatimu, tunduk aku dalam kerinduan.
935. musim silih berganti, tapi rinduku tak pernah berpindah hati.
936. cinta adalah kebenaran, seperti aku; yang benar-benar terluka, benar-benar merindu, dalam kesunyian.
937. MALAM adalah pilu, menghunusku dari rindu yang sembilu; tanpa hadirmu di malamku.
938. cinta adalah doaku, yang jawabannya adalah kamu.
939. MALAM tempat cinta terkubur rindu, dengan labuhnya ciumanmu; membuat luka terlunta-lunta.
940. MALAM menjadikan kenangan; membuat jalan setapak untuk kau kembali ke sebuah pelukan.
941. MALAM tempat aku berulang-ulang; merindukanmu seperti menghitung bintang-bintang.
942. malam menjadi sebuah keteduhan untuk kau mencintai yang kau rindukan.
943. kesempatan mencintaimu adalah kesiapan untuk aku merindukanmu, pun menahan lukaku.
944. aku ingin menjadi setiap kesempatan di harimu; mencerahkanmu, meneduhkanmu, membisikkan kata cinta, pun merindukanmu.
945. rindu memberikan aku alasan; untuk mencintaimu lebih dalam, lebih tenang.
946. Aku hilang dalam kehilanganmu; seperti aku mati dalam kehidupanku, melepasmu.
947. bibirmu, tempat paling asal yang dituju rinduku.
948. MALAM terang bulan, membuat aku merupa serigala; melonglong tentang rinduku yang sedu.
949. Saat malam menjadi terang, saat bibir kita bersentuhan; melumerkan luka duka rindu, dan sunyi yang gaduh.
950. Adakah yang lebih tenang dari malam, lebih gaduh dari rindu, lebih syahdu dari syair?. Ada, bibirmu.
1000. Sekianlah sajak tentang rinduku padamu, kan kututup dengan sebuah lingkar emas di jarimu.
999. Ada yang tak pernah berlalu di telaga matamu; sekelebat kenangan, sekelumit rindu, yang membuat aku teduh ketika mengingatmu.
998. Dengan bantuan angin timur, aku akan menyusulmu senja; di bingkai malam, pun di bingkai bintang.
997. Hatimu yang rahasia, tak habis kutelusuri, dan hanya aku yang dapat membukanya ketika ia terkunci rapat.
996. Bibirmu adalah rahasia rinduku; yang terungkapkan dengan sebuah ciuman.
995. Dan yang paling merah di hatiku terletak di bibirmu; cinta yang bernafas pada rindu yang sesak.
994. Tak pernah aku berucap rindu di telingamu; kecuali lewat bibirku, menciummu.
993. Dada yang datar tidaklah mencerminkan cinta yang datar; aku sangsinya.
992. Aku pujangga kesunyian, yang tak lelah menulis rindunya di atas perapian; dingin malam berkobar, sejuk pagi kubiar.
991. Adakah yang lebih mati dari cintaku yang kau sudahi?.
990. Sayang, bagaimana cara aku meneguk rindu yang datang berarak-arak; memabukkan sunyi, menggaduhkan sepi.
989. Kokoh bagai gunung, berisik bagai angin, tenang seperti hutan, penuh hasrat layaknya bara api; seperti itulah cintaku.
988. Jika orang bilang cinta itu tak ada, maka aku katakan cinta itu luar biasa; ialah nyawa sajak, ialah benih kehidupan.
987. Ciumanmu nan teduh, seperti nelayan dengan nyanyian senjanya.
986. Yang aku genggam bukan hatimu, melainkan janjimu yang setia bersama cintaku.
985. Aku bersemayam di tubuhmu, serupa bulu-bulu lembut di kulitmu; yang akan kau sentuh, dan akan kusinggahi.
984. Cinta cukup sederhana, tak perlu lebih tak butuh megah. Cinta selalu merasa, terkadang luka, terkadang duka.
983. Seperti aku yang setia, menantimu dengan senyuman senja.
982. Izinkan malam menterjemahkan kelam di hati tersunyiku ini, dan biarkan rindu menggaduh bila perlu.
981. Jika kutahu seperih apa lukaku, kubiarkan sunyi mengobati. Jika kutahu sedalam apa cintaku, kan kubiarkan rindu merasuki hati.
980. Cinta adalah bagian akhir rinduku; yang telah kuselami, dan akan kunikahi.
979. Tak ada yang lebih sesak selain sajak; yang kau tulis dengan tinta airmatamu.
978. PAGI membawa arti; untuk kembali padamu, pun kehilanganmu.
977. Cinta adalah sebuah rahasia; dengan ciumanmu sebagai tabirnya.
976. Bila aku hidup dari cinta; maka aku bersedia mati karenanya.
975. Katakan akhir dunia, bila aku sanggup melepasmu. Katakan akhir dunia, bila cintamu semua palsu.
974. Matilah bersamaku, kekasih, berikan aku separuh nafasmu untuk aku sesapi; agar kita dapat melangkah ke tempat yang lebih tinggi.
973. Cinta begitu rumit, tak pula untuk dibilang kejam; cinta yang terpaut di dua hati yang sama-sama tak lelah memiliki.
972. Ketika cinta itu, ketika aku membuatkan telur dadar kesukaanmu di sarapan pagimu; setelah kita lelah bercumbu semalaman.
971. Rindu dan kenangan sebagai alasan kuat; untuk tidak meninggalkanmu lebih jauh, pun mengingatmu lebih dalam.
970. Hatiku membekas menjejak darah; ketika kau lupa dimana kasur tempat biasa kita tertidur bersama.
969. Cinta tak pernah berpikir tuk kembali, hanya rindunya yang membuat jalan setapak untuk kenangan.
968. Aku lelah merindu, aku mau hanya dirimu; disampingku hingga seribu tahun lamanya.
967. Malam tempat aku menghangatkan tubuh, mengkristalkan rindu; kekalkan aku dalam dekapanmu.
966. Hujan tempat tangisku bersembunyi, dengan matahari sebatai pelesap lukanya.
965. Hujan membuat rinduku gaduh, berciuman semakin deru; hujanlah lama-lama, biar aku dan kamu untuk selamanya.
964. Hujan di pagi hari, membuat rinduku semakin deru; mengalahkan derasnya airmataku.
963. Jika cinta adalah segelas minuman, aku sudah terlanjur menghirup meminumnya; dapatkah aku minta segelas lagi?.
962. Aku benci ketika hujan di teriknya siang; itu menghapus jejak rinduku yang tertuju padamu.
961. Matamu seperti gugusan bintang, dan aku sebagai bingkai bintangnya; mendekapmu, membawamu tak pernah jauh dariku.
960. Hujan adalah rinduku yang tak terbendung, dan tenggelam dalam samudera airmatamu.
959. Jika rindu adalah air, aku sudah mati tenggelam di dasarnya.
958. Jika rindu itu sebuah pena, takkan habis sajak kutulis; dengan namamu sebagai tintanya.
957. Ketika aku lelah pada rindu; ketika kamu makin erat mendekapku, tolong jangan pernah lepaskan.
956. Ketika aku lelah pada rindu, disitu aku membencimu; agar tak hilang kamu dari ingatanku.
955. Malam menjadi kelabu, hitam nan kelam; ketika rindu itu, lelah berpijar dari cahaya matamu.
954. Tak pernah aku menginginkan sepasang sayap di punggungmu; agar kau, tak pernah terbang jauh dari cintaku.
953. Kasih itu sabar dan murah hati, ia tak pernah cemburu; sama seperti cinta, tak pernah menangis ketika menahan deru rindu.
952. Seburuk apapun keadaan, selalu ada hal baik di cakrawala; di matamu, di senyummu.
951. kelak, sajak-sajakku merupa kasih yang nyata, dari buah benih cinta kita.
1. Dan engkau meluka diantara para iga itu, menjadikan buta pada cemburu. Usah kau melulu dalam prasangka; aku hanyalah pengasah rindu.
2. Aku berjalan ke hutan untuk mencarimu. Tapi aku menemukan sesuatu lebih; kesepian hatimu.
3. Aku tulis rindu di kertas, larik-larik merdu seiring. Bukanlah jumlah kuhirau; melainkan cinta yang tersesak.
4. Aku menantimu bercinta di atas romaku. Menari getir bersama engkau yang aku kasihi. Aku berbicara kesetiaan; kisah awan pada hujannya.
5. Gundah gulanah resah jiwa, sepi menari sunyi sendiri. Aku berjalan tanpa kaki; engkau yang memberi hati untukku melangkah.
6. tak ada yang lebih indah dari kau yang menerimaku atas ketidaksempurnaanku.
7. Tak ada yang lebih dusta daripada aku yang berkata; cinta itu dusta.
8. Bahwa cinta itu merdu sayang, seperti alunan burung hantu yang merindu. Bahwa hidup itu indah sayang; kamu yang bertengger di dadaku.
9. Bukankah cinta itu tak berwujud; angan yang beterbangan di langit-langit malam.
10. Bukanlah aku mengejar kaki; aku ingin diakui. Walau hati menahan tatih; aku yang tak ingin memberimu lirih.
11. Aku bukan kalkulus, bukan falsafi. Aku; pejalan kaki yang menyetubuhi harimu, dan Kamu; estetika yang aku agungi.
12. Terimakasih cinta; kau yang mengajarkanku cara mengeja rindu; sabar membaca dengan terbata, pada setiap larik2nya.
13. Kubiarkan itu menggores denyut nadiku, yaitu rasa yang tajam dan tegas ketika dipertanyakan keberadaannya; cinta.
14. Karena cinta air mata, terangkum dalam rindu yang menggebu. Dan aku malam yang melindungimu, menjaga lelap di tidurmu.
15. Dan aku telah hilang, tenggelam kelam di dasar samudera terdalam. Tapi aku melihat keindahan dalam kegelapan, mutiara berkilauan; kamu.
16. Sejuta mil itu bukan jumlah yang sedikit, sayang. Kutempuh itu karena cintamu padaku memberikan aku kekuatan untuk melangkah.
17. Aku bertualang menyusuri bumi, dari lautan hingga daratan. Tapi aku menemukan sesuatu yang lebih dari sekedar jati diri; kamu.
18. Diantara dera, luka, dan siksa, aku memilih cinta. Entah mengapa itu meneduhkanku, walau dera, luka, dan siksa, termasuk didalamnya.
19. Mencintai; detik waktu yang ku lalui untuk menanti. Hingga tiba kalanya cinta mencintaku.
20. Aku terperangkap dalam kelamnya malam. Menanti dirimu membawa secercah harapan, dan datang memeluk tubuhku yg usang.
21. Aku di sini menunggu bidadariku, datang menjemputku untuk kembali. Pada kasih kekasih yang fasih aku memohon cinta.
22. mencintai; ketika bertahan di atas kegoyahan. Ketika berjuang walau lelah kepayahan.
23. Terkadang sulit melawan rasa rindu, menentang rasa sendu. Bila sesekali aku melihatmu, seakan pisau menghunjam jantungku.
24. Cinta; sebuah animasi yang kompleks.
Lambang perasaan terungkap puitis.
25. Mereka tertawa melihatmu memasang duri dalam diri. Dan aku meringis pada duri yang tak sampai hati.
26. Cintaku mencintamu takkan mati, walau dibunuh berkali-kali. Cintaku mencintamu takkan menangis, walau dicucuri air mata bengis.
27. Cinta ditaburi epilog impian, ketandusan kasih merentangi gurun perasaan. Aku masih menanti, saat kemarau di airi hujan ketabahan.
28. Aku tahu cinta bukan sekedar indah. Ada kala dicucuri luka dan lirih. Tapi aku menemukan yang terdalam; kamu indahku yang terlirih.
29. Aku terbalut sepi menanti, diantara rindu yang belum terbasuh. Aku sang pengutip serpihan warna, melepas benak pada lingkaran waktu.
30. Aku tewas pada warna kerinduan, menatap sepi kelam ketika mentari melambai merah. Aku sendiri berjuang, demi hati yang diperah.
31. wajah umpama bidadari, kugapai namamu tegak baiduri. Di dalam lamunan kita menari, memapahku untuk berlari.
32. Kalaulah aku sekuntum bunga, akan kuhiasi duniamu merekah. Kalaulah aku pepohon, kan kupuas dahagamu dengan buah cintaku.
33. Cerita cintaku dipudar oleh waktu, tapi ku takkan meluluh. Tulusku mencintamu, ikhlasku mendambamu, menjadi kekuatanku.
34. Terima kasih di atas segala indah, tidak mengeluh walau digamit keperitan; kekuatan cintamu.
35. Kau umpama pelita hidupku, wanita dari sebutanmu. Mengingatkanku kepada ibu, tulus kasih membalut hati; cinta mencintaku
36. Senja memapah aku, untuk lari dari kelam asa. Kau jua penghuni lara, pada aku kau ukirkan pelantaran rasa; kemerahan hati.
37. Kuterpa diri dengan asa dan rasa. Andai diri dapat berkata, akan kulontar pada dunia; tentang cinta dan luka.
38. Jiwa rapuh teguh matlamat, disimbah racun tidaklah luruh. Dikau mentari dipercik misteri dibelai doa; mencinta yang abadi.
39. Mentari subuh mengejar senja, kekal pada azali kejadian. Kelawar berlegar di malam sepi, direstu setanggi setangkai doa; asaku.
40. Aku hampar duri-duri, sukar berlari tanpa hati. Dalam asa kuterbiar sebenar kuasa, cinta, nafsu, dan luka dari.
41. Bumi neraka dicucuri dipersia, dibendung mahadzir dan matlamat. Takkan hati menikam simpati, biar cabaran merasai.
42. Aku menulis sederhana, teruntuk hati yang bersahaja. Menanti cinta mencintaku, hingga asa akhir pada waktunya.
43. Aku berjalan di ramai kota, tetap lirih mengiris sepi. Aku berjalan telusur malam, tetap bintang menyinari; rembulan terlupa.
44. Aku punguk yang merindu, akan hadir dan rasamu. Semua hati terselami, hanya kau yang aku tuju.
45. Kau elok bak rembulan, seindah lukisan menyinari. Biar cemburu merasuki, bahwa aku benar mencintai.
46. Detik malam kulalui, dalam cumbuan yang membasahi. Takkan kering jiwaku ini, denganmu yang mencintai.
47. Pelukanmu membasahiku, dari keringnya dahaga dunia. Takkan terlepas genggamanku, tenggelam dalam sejatinya cinta.
48. Takkan habis inspirasiku, walau lelah dimakan waktu. Takkan sirna cintaku, walau kau bukan milikku.
49. Kan kutunggu waktuku, disaat kau mencintaku. Kan kujaga dirimu, saat cinta mencintaku; dirimu utuh milikku.
50. Aku mencintamu, bak imanku kepadaNya. Aku menghargaimu, bak ciptaanNya dari rusukku.
51. Cita cintaku adalah mencintamu berharap cintamu jua mencintaku dan bercinta dalam cerita cintaku yang sederhana ini.
52. Cinta seperti waktu, yang takkan habis dimakan zaman. Hingga akhir dunia, harapku kita dipertemukan kembali oleh sang maha cinta.
53. Degup jantungku takkan terhenti, oleh pedang tertajam sekalipun. Dan aku mati, bila kau pergi dari hatiku.
54. Kecantikanmu; menjadi sumber kebahagiaan yang telah memikatku untuk selalu mengenangmu. Walau memabukkan, tapi aku senang bersamamu.
55. Ketika aku sedang jatuh cinta, jagalah cinta itu. Dari cerca dan hina, dari luka dan dosa, agar semua menjadi terpuji.
56. Ketika aku berucap cinta padamu, biarlah semua dunia tahu. Agar kelak aku tak jatuh, dalam cinta yang bukan karenamu.
57. Kau; orang ketiga yang aku cintai. Setelah sang maha cinta, dan yang terkasih ibu.
58. Aku mencintaimu, ingatkan aku akan sebuah akhir. Agar aku tetap bersamamu dan tak pernah berakhir.
59. Binar matamu biru nun teduh, diiringi biorama irama malam. Tak terbantah tetes permatamu biru; aku terhanyut melodi senjamu.
60. Ku mendekapmu dalam peluk, takkan kulepas selaya hitamku. Aku terali dalam hatimu dan sayangku adalah nadimu.
61. Pecah rindu dalam keriangan, ketika cinta berpadu cumbu. Jiwa kelam tak sampai di angan, ketika hati sedang berandu.
62. Begitu indah, merdu, kian merayu; nyanyian camar disaat kita mencinta.
63. Begitu tipis perbedaan cinta dan luka; luka untuk mencinta dan cinta dalam meluka-luka.
64. Kamu; bingkai malam yang membungkus sepi. Tertahan oleh cintamu, terbawa dalam melodi indahmu.
65. Aku tertatih-tatih melirih diantara larik-larik yang tersirat di tiap bait. Kamu cita-cita yang mencinta dalam cerita tak berbahasa.
66. Aku dusta pada malam tentang rindu. Aku tak mencinta, tak punya arti dari hadirmu; cemburu berbisik sendu.
67. Aku mencintamu ketika sedang terlelap. Agar malam tak merenggutmu dari tidurmu.
68. Aku merindumu ketika membuka mata. Mentari pagi tak kurelakan untuk menyentuhmu sebelumku.
69. Aku menantimu di kala senja; kuikat rembulan untuk menaruhmu dalam bingkai malamku.
70. Kau payung hatiku, pelindung dari hujan, panas, dan deru kesedihan; cintaku yang mencintaku.
71. Rindu itu pedih, sayang. Seperti memakan buah khuldi dan aku terhempas jatuh karenanya.
72. Aku selalu terjaga, menunggumu menyapa di tengah kegalauanku. Aku selalu menanti, kata-kata rindu dari setiap gerak bibirmu.
73. Bukan kopi membuatku terjaga, tapi adukanmu di bibir gelas yang seolah bicara padaku; “malam ini jangan tidur, sayang”.
74. Jangan takut terhina, sayang. Karena disitu aku membelamu, dari segala nista yang paling jahat.
75. Seperti mata-mata kecil memandang kita, cemburu di balik awan di kala senja. Aku bernaung atas nama cinta; tulus kasih yang tak terbantahkan.
76. Aku kembali labil, merasakan deru rindu menggebu di dada. Aku kembali muda, nan abadi melingkari hari dengan dirimu.
77. Aku mencinta, dari kedalaman sudut hatimu; perih luka yang kau semai. Bukan cinta-cinta yang lainnya.
78. Cintailah yang mencintamu, bukan mengadon cinta yang mencari. Akar kata ku luruh, demi rangkai ku rindu.
79. Kau semaikan larik-larik merindu pada nada sendu. senja menyajak, dan aku membiru takut kehilanganmu.
80. Di maya atau nyata, aku mencintamu. Di cinta dan tak cinta, aku menyayangmu; penantianku.
81. Aku mencari jiba sebagai pemuas dahaga. Tapi aku menanti satu yang pasti; rindu yang sudah.
82. Aku, dengan segala keterpurukanku. Dalam telaga biru, kuhirup air mata dewa-dewi. Tak letih mencintamu, walau aku lelah terkutuk.
83. Hujan tak kian reda; sikap rindu yang melulu. Dan aku tak pernah jera, mengagumi makhluk terindah; kamu.
84. Cintamu tanpa syarat, menepis peluh dan kesahku. Kau makhluk sempurna yang terlupa, bahwa dirimu sangat berharga dilupa.
85. Kau, sempurna yang kadang lupa. Hadirmu menepis peluh, kesah. Kau terlalu berharga tuk dilupa; wanita.
86. Kasih dengarlah riuh jiwa , tentang cinta, luka, dan indah. Karena kita dirangkum rindu, beriak hati berbisik sendu.
87. Sejatinya cinta; luka yang menguak luap dari nadi yang tergores peluh rindu yang abadi.
88. 8; Angka sempurna, tak ada garis putus di segala sisi. Seperti kita yang saling meluka, saling melengkapi.
89. Aku menyukai mie kuah seperti mencintamu; kenyang atas segala luka yang tak jera.
90. Kasih sayang yang bertubi-tubi melalui luka-luka yang menganga; sajak cintaku.
91. Mengenang masa lalu; kita terpaut yang disebut itu cinta. Kini kita di surga, sayang, dan kau tetap bidadari terindah
92. Buat apa yang lebih, jika aku telah akhir mencari; aku yang telah menemukanmu, yaitu cinta sejati.
93. Kala cinta kupuja, aku lupa akan imanku. Kala aku bertengadah, tak lupa aku mendo’akanmu.
94. Aku hanya pengagum hati, penikmat cela, perindu luka; yang bersemayam di dalam cintamu.
95. Mata adalah pengikat hati, cermin dari segala rupa; bola-bola cinta yang menggelinding di labirin, mencari celah rasa.
96. Mata adalah tempat pertemuan, dimana cinta dan luka berbicara. Dengannya kau membunuh rindu, darinya kau meluka.
97. Jangan kau bertanya “kenapa” aku mencinta, jawabannya adalah “bagaimana” cara ku melukaimu.
98. Di kala rembulan meninggalkan peraduannya, kumohon kau tuk tak letih mencintaiku.; sebait doa dalam setangkup rindu.
99. Aku dan kamu, tenggelam dalam remang senja, terhanyut panorama cinta. Dalam riuh bunyi, cumbu murka akan rindu yang maha.
100. Telah lama ku sanjungkan sosokmu dalam perputaran laj101. Di bingkai malam rembulan berandu. Biarlah kupendam rindu yang menderu-deru. Agar kelak tertumpah dahsyat dihadapanmu.
102. Aku; hati yang merindu, sendu yang mendayu, galau yang menderu-deru, cinta yang melulu.
103. Aku adalah rindu dan kau adalah sendu. Kita berpadu dalam sebuah melodi yang merdu.
104. Kadang, berpuisi itu tak seindah meluka/secantik yang kumuh/semurni pendusta/sebenar dosa/seromantis yang buta.
105. Tugasku adalah mencabut nyawamu, bukan cintamu. Bila tuhan berang, aku akan kembali padamu.
106. Seakan mata ini bersayap, aku dapat melihatmu dari kejauhan. Dan hati ini merayap, aku dapat merasakan getaran-getaran cinta.
107. Semua untukmu; aku buka celanaku menunjukkan kejantananku, aku buka hatiku memperlihatkan kelemahanku.
108. Tak perlu membuka celanamu, aku tahu ketulusanmu. Tak usah membuka lebar-lebar hatimu, aku mengerti kecintaanmu.
109. Lebih baik tidak ada yang tahu; daripada semua berlomba untuk saling mencaci rindu.
110. “Aku mencintaimu”; kata tabu yang selalu menjaga kita dalam suatu wadah; kasih sayang.
111. Biarlah cemburu mengintip kita; aku bukan berlomba untuk bercinta, melainkan mencoba membangun hati untuk mencintaimu.
112. Tak pernah bosan aku mendengar cerita pilu yang mengiris hatimu; tentang lirih, dan pedih, berharap kau dapat kudekap dengan malam yang tak kunjung pagi.
113. Perjalanan itu cinta, tersenyum membahana saat kau tiba. Mengorbankan ragaku; membuatmu hidup dalam kehidupanku, kita.
114. Kuhisap darahmu, penuh cinta.
Biar membekas di lehermu; agar cinta abadi, terbercak.
115. Kau adalah cinta yang tak pernah terkuak, kau tak pernah padam. Kau paradigma cintaku, kaulah terakhirku.
116. kau hadir di dalam ku, dengan sebuah pilihan yang telah terlukis di atas telaga senja, yang tak pernah menjadi kelabu.
117. Kubawa sejuta rindu, hangat melekat pada jiwa yang terpikat. Kujadikan kau sebagai puisi cintaku, menemani sampai akhirku.
118. Melayang ku di terpa hembusan angin, membawaku terbang. Kunikmati, setiap sentuhanmu mengaliri romaku.
119. Dengan melihatmu aku indah, terlebih senyummu. Karena cinta tidak buta, cinta melihat lebih banyak, bukan lebih sedikit.
120. Kau; setiap detik yang kulewati, hadirkan sebuah keajaiban lewat telinga, mata, dan kulitku yang tertidur pulas.
121. Bola matamu; binar kehidupan yang selalu melihat cinta untukmu dalam setiap segi hatiku.
122. Penciumanmu; mengetahui bagaimana cara menghormati dan menghargaiku, si setiap niatanku, baik itu busuk maupun tulus.
123. Telingamu; pendengar setiaku di kala aku bercerita tentang suka dan duka.
124. Bibirmu; daging lembut yang menyajikan rasa ketulusan lebih daripada sajak-sajak cinta.
125. Sentuhanmu; penenang di kala gundahku, kasih sayang dikala kita bercumbu.
126. Cinta; kehidupan abadi yang hanya dapat dirasakan. Keindahan panorama di dalam sebuah labirin hati.
127. Lirih; luka yang tersayat di nadi-nadi cinta, dimana aku disini membasuh perihmu.
128. Dusta; di saat aku berbohong karena takut kehilanganmu.
129. Jujur; aku yang menciummu dengan berbagai aroma; riang, kesedihan, duka, dan rindu.
130. Sariawan; adalah rasa sakit yang menderu, menahan rindu dengan sendu.
131. Aku akan mengajarimu cinta yang sederhana; seperti kulit yang meluka akan menutup dengan sendirinya, tanpa bantuan obat.
132. Akulah lapisan kulitmu yang terluar; yang pertama merasa sakit bila kau terluka.
133. Kita hanya bisa merindu saat ini; cinta yang takkan mati walau tertinggal perih.
134. Mencintamu; menghirup semangkuk sup panas di musim yang dingin, menghangatkan kalbuku.
135. Ku cecap rindu yang menguar di angkasa, mengaburkan gemawan mega. Kugamit jemari tanganmu, mengikuti arah cahaya yang kita sebut itu; cinta.
136. Kita memecah malam, dalam rindu yang membuta. Dengan bintang sebagai atapnya, dan cinta sebagai alasnya.
137. Jika sesuatu itu mengganjal hatimu; kerinduan. Bersabarlah, aku kan memelukmu dengan selimut malamku, menjaga mimpimu.
138. Ajarkan aku cara mencinta; memadu kasih dengan ketulusan hati, merindu tanpa keraguan.
139. Cinta; kamu yang mengajarkan aku hidup, selalu memberi dan tak kenal peluh kesah bila meluka.
140. Cinta; adalah kamu yang mengajarkanku cara berkasih, tak letih menyuapiku bubur di kala sang surya timbul-tenggelam.
141. Cinta; kau yang selalu terjaga, melihat dan mengawasiku dari tempat tidur. Memapahku bila ku terjatuh.
142. Cinta; penghambaan, yang kata-katanya tak terbantahkan. Menjadikan dirimu budak dengan sukarela. Indah, tapi menyakitkan.
143. Cinta; air hujan yang membasahi dahi, menghapus amarah di hati. Membuatmu tenang, tanpa pamrih.
144. Cinta; kamu, aku, menjadi satu. Tanpa sehelai kain menutupi.
145. Cinta; kematian terindah, dan mereinkarnasi menjadi suatu bentuk yang abadi.
146. Cinta; paradigma kematian yang begitu indah, asalkan selalu bersamamu.
147. Indahmu; mengaburkan keindahan bintang gemintang, rembulan pun tertunduk malu. Siapakah gerangan raja di hatimu?
148. Dan aku mencintaimu bukan karena puisi, sajak, atau kata-kata indah yang kau lontarkan. Aku memahami kerapuhanmu; cinta.
149. Aku; orang yang pertama merasa luka bila kau terjatuh, dan yang pertama merasa bahagia bila kau menemukan cinta.
150. Aku menyeruak tentang cinta; roman yang tanpa batas, gairahnya membuatmu remuk redam.
151. Bahwa cinta itu saling melengkapi; rembulan yang memberi cahayanya pada bintang, dan kilaunya selalu memberi senyuman.
152. Sampul coklat yang kauberi padaku; sebuah cinta yang meluka dalam dera berdebu. Kubasuh lusuhnya hingga ia menjadi putih kembali.
153. Putih itu warnamu, merah adalah aku. Dimana kita berpadu menimbulkan warna baru; jingga.
154. Setia itu; ketika aku kecup bibirmu mesra di setiap bangun dan tidurku menatap wajah yang sama.
155. Untuk kesekian kalinya aku jatuh cinta kepada orang yang sama; kamu, guru rindu dan luka.
156. Kata-kata mesramu seperti nada di nadiku, yang terus mengalir. Gairah yang takkan pernah padam, inspirasi yang tak pernah mati.
157. indah itu; ketika aku menyimakmu berbicara tanpa koma dihadapanku, bercerita tentang segala hal yang telah kau lewati.
158. Yang kusuka dari kebencian adalah disana aku yang selalu mengenangmu, aku lupa bagaimana caranya melupa.
159. Kelak, jika kau terbangun dari mimpi indah tentangku. Aku disisimu, masih memelukmu ketika kau membuka mata.
160. Walau dunia tak seindah panorama surga, aku menjagamu. Di bangun dan tidurmu, di suka dan dukamu.
161. Kau jantung hati, denyut nada di nadiku. Bersemayam di pagiku, menjelma di kala senja; sebagai kekasih.
162. Biarkan aku menjadi pembantumu; yang menjaga keindahanmu, merawat dirimu dikala terluka hati, memelukmu di kala sepi melanda.
163. Engkau; mutiara hitam berkilauan yang tenggelam di samudera terkelam. Bertahan di dunia kejam walau asa remuk redam.
163. Adalah aku/pencecap rindu/penikmat malam/pengagum senja; dirimu/yg kehadirannya aku tunggu/untuk setia menemani akhirku.
164. Bukanlah suatu sesat bila merindu pada kasih yang tak merdu. Akulah iblis dari tuhanmu, pencinta penjagaku; kamu, malaikatku.
165.Semestinya Tuhan menciptakan labirin kelam untukku, yang terkunci mati. Karena jarak dan waktu, tak dapat memisahkan sekedar rindu.
166. Bulir_bulir rindu yang berkumpul dalam segelas teh ini mengingatkan aku di musim semi bersamamu; merindu.
167. Kau meneduhkan aku dengan cinta; sebuah istana yang penuh damai, dan di setiap sudut temboknya berbahasa kasih.
168. Denganmu semua air mataku mengalir deras hingga di tetes terakhir lahirlah suatu kebahagiaan.
169. Cintamu; mengajarkanku cara menitikkan air mata, dimana air mata itu akan memulihkan luka-luka.
170. itu adalah hari dimana aku mendusta, akan cintaku sendiri. Mencoba melupakan yang tak pernah mati di hatiku; kamu.
171. Kau mencoba berlari dari hatiku, seakan kau lupa bahwa aku masih bernyawa disini; mencintamu hingga akhirku.
172. Kau katakan cinta, aku tidak. Aku katakan cinta, kau tidak. Begitulah cara kita mengeja rindu, agar jenuh pun bosan menghantui.
173. Dan aku berlari, bukan menjauh; aku yang menujumu, membawa semangkuk sup berisi kuah rindu yang tak tertumpah sedikitpun.
174. Cukup sekali kau mengatakannya; tentang rindu yang menggebu-gebu menderu akan aku, dan aku pun begitu.
175. Biar, biiarkan sayapmu patah mencerminkan; betapa manusia dirimu. Begitupun aku, dan cara Mencintaku.
176. Selalu, namamu benderang di hatiku, rindumu menguatkanku, cintamu menyadarkanku akan kasih; nyala yang tak pernah padam.
177. Yang kurasa cinta; selalu meninggikanmu dan memapahmu bila kelak kau terjatuh.
178. Bila memang benar kau dari masa laluku, berarti kau lebih paham akan lukaku. Dan sekarang, sudikah kau menjadi masa depanku?
179. Dan engkaulah terang yang paling benderang, kala kelam diam-diam kuselam dari yang terdalam di hatiku.
180. Hujan hanyalah penghantar rindu; membuktikan keberadaan cinta dihatimu, untukku.
181. Mati itu bukan cinta, Cinta; kematian dari segala lirih. Membuatmu tenang kala merintih.
182. Di malam dimana kita memadu kasih, sampai akhir aku nanti aku tetap merindukanmu.
183. Biarkanlah bantal itu basah air mata, usah kau hirau. Kita hanya perlu berpelukan diantara guling, saling berhadapan.
184. aku menjaga di tidurmu. Melelapkan mimpi indahmu tentangku. Dan Kita bersama selamanya.
185. Aku menyakitimu jika aku merindukanmu, aku mencintaimu, saat kau menjadi akhirku.
186. Bahwa luka itu indah, sayang. seperti alasan aku bertemu denganmu hanya untuk membalutnya.
187. Bahwa kematian itu indah, sayang. Seperti jalan menuju keabadian cinta dan tak seorang pun dapat menggugah rasanya.
188. Sejolinya; saat kita saling menghadap melingkarkan cincin di jemari, dan menjadi sejati.
189. Darah dan tulang belulang, adalah cinta dalam perjuangannya. Mengaliri deru deru rindu, yang berdegup-degup di hati.
190. Guntur; rindu yang menderu-deru bergemang riang di telingamu memanggil namaku.
191. Cintaku yang terurai; merelakan kehilanganmu, mengikhlaskan mencintaimu.
192. 1000 puisimu kubaca di tiap hurufnya, kunikmati perasaan yang tersurat. Kelak aku mencintaimu secara tersirat.
193. Dan aku takkan berpaling dari dusta yang tak mencintaimu. Karena kau sudah tahu, bahwa aku selalu padamu.
194. Saat cinta, saat kita berkasih; meluapkan rindu yang kian berisik.
195. Di kisar senja aku menari, mencecap rindu dalam sedepa kekasih. Dan bintang kubernyanyi, pada malam kumelirih. Tuk menanti “selamat pagi”.
196. Rindu; membuat secangkir teh untuk orang yang kukasihi, penuh cinta penuh luka dalam tiap serupannya.
197. Kau adalah 1000 wanitaku, yang tak habis rasa walau aku jemu.
198. Kau bersemayam dalam kalbu, yang menanti setumat pagi. Kau mutiara tersembunyi, kan kudapati melalui hati.
199. Usah risau pisau yang parau; aku di rantau sengau yang lampau. Usah gundah panorama indah; aku pejalan noda kian hari gulanah.
200. Aku tahu cinta itu tak lesap; setelah melihatmu pergi meninggalkanku dengan air mata deru.
201. Di sudut ruang itu, aku memeluk kesendirianmu. Membasuh pilu dan peluh dari dahimu.
202. Cinta itu, luka abadi di sela waktu yang indah. Kubentangkan itu cinta, agar kita bisa saling merindu dan meluka.
203. Kita bagai pena dan buku; menulis cerita kita, menggambarkan cinta.
204. Kita, tulisan di dalam sebuah buku suci, yang terbaca dengan menggunakan kacamata berbingkai emas; sebuah pernikahan.
205. Kau; selembar kertas putih yang kutuliskan menggunakan tinta emas, dengan pulpen hitam kita karamkan luka dan dendam.
206. Aku menggambarmu dalam sebuah bentuk; yaitu diriku.
207. Aku sedang melukis sebuah tangan, di kertas berwarna abu. Agar dapat kugenggam dan kita bergandengan.
208. Aku merasakan, tapi tak melihatnya datang; cinta.
209. Hanya dengan menatap matamu saja aku tahu itu perih, merindu, dan kasih.
210. Ingatkah engkau sewaktu kita saling meluka? Demi keutuhan yang kita sebut itu; cinta.
211. Luka itu cinta, yang mesti kita raih walau bibirnya pucat.
212. Hujan; menceritakan betapa sendunya aku menantimu, cintaku.
213. Jika aku dapat tebunuh oleh mimpi; aku yang akan mati bila tak dapat memimpikanmu lagi di setiap malamku.
214. Cinta seperti hujan; yang tak terbendung laju derasnya hati bila sedang dilanda asmara.
215. Seperti detak denting pianomu; jantungku yang terus berdegup hidup dari notasi cintamu.
216. Aku bercinta berkhayal tentangmu, memainkan rotasi bumi hanya untuk waktu yang terulang kembali.
217. Aku takkan pernah meninggalkanmu, walau rentan usia terlewati, dan cinta itu mulai pudar hari.
218. Aku sudah kapok meninggalkanmu, karena itu bayanganku selalu menujumu.
219. Seperti lantang suaramu; kau tegas saat mencium bibirku seakan berkata, “aku terlalu mencintamu”.
220. Aku terlalu mencintamu; yang tak rela bila ditinggal mati olehmu, terlebih ditinggal hidup.
221. Perjalanan cintaku berlabuh padamu, angan hatiku selalu bersamamu, manis bibirku hanya ingin menciummu, rasa rinduku yang lahir dari lukamu.
222. Aku pasti menemukanmu; sekalipun kau sembunyi di dasar teluk, di balik awan, atau di dalam luka.
223. Segala sesuatu memiliki keindahan, tapi tidak semua orang melihatnya; senyummu.
224. Aku akan mencintaimu dalam hidup, sampai tidak tumbuh sehelaipun rambut di kepalamu. Aku akan mencintaimu dalam mati, sampai tuhan meleburkan roh kita.
225. Aku akan membunuhmu bila kau mati, aku akan terluka bila kau sakit, aku akan mencinta bila kau merindu.
226. Akulah cinta sejati, yang selalu mengerti akan itu luka perih. Akulah gambar bergerak, yang selalu menujumu dalam keindahan.
227. Kamu seperti tropis, yang selalu meneduhkanku. Cintamu seperti laut, yang lebih dari tempat aku berpijak.
228. Aku seperti rabun, mencarimu dalam kerinduanku yang terdalam. Aku mencoba mengerti, demi mendapatkan sejati hatimu.
229. Akulah tangan-tanganmu, yang merogoh ketika kau ingin dicumbu, yang memapah air matamu saat kau terhimpit oleh pintu lirih.
230. Aku mencintaimu lirih, tertatih demi sebongkah kasih. Aku merindukanmu senja, bersahaja, tak pernah bermuram durja
231. Tak perlu aku berkata-kata untuk bukti cinta; cukup dengan melumat bibir sembari memelukku, kau akan tahu jawabannya.
232. Karena rasa tidak pernah dusta; kecupan bibir yang dapat membedakan mana kasih, mana palsu.
233. Tanpamu; seperti makan daging berserat tanpa segelas air. Luka yang tak terbasuh kasih, dan mati.
234. Adalah angka yang semakin lama semakin besar kapasitasnya; seperti caraku mencintaimu.
235. Sesalku; selalu bila tak sengaja membuatmu menangis. Sungguh matiku, air mata itu adalah sikap cermin cinta kita.
236. Aku menantimu, kembalinya kau padaku. Disana tertumpah air mata rindu, tersedu. Rintihan di tiap bulir kasih yang candu.
237. Coba genggam tanganku, lihatlah seisi dunia bersamaku. Coba kecup bibirku, rasakan indahnya cinta denganku.
238. Otakku berantakkan, bila harus membeban rindu. Jiwaku berhamburan, yang tak mau lagi terpisah dari cintamu.
239. Aku menari diantara kaki yang tertatih-tatih. Disana, diatas panggung mewah yang hampa. Aku berlari dengan temanku, lirih. Dimana aku bernyanyi memanggil sebuah kasih.
240. Aku menari diantara tatih, diatas panggung mewah yang hampa. Aku berlari dengan lirih, dimana aku bernyanyi untuk sebuah kasih.
241. Cintaku, hanya untukmu persembahan dariku. Cinta terakhirku, hanya padamu di dalam kehidupanku.
242. Dan aku, aku akan menjadi bodoh untukmu. Dan kamu, kamu akan menjadi cerita indah di kisah akhirku.
243. Bagaimana aku bisa pergi dari pintu hatimu itu?. Sedangkan kuncinya ada padamu, sayang.
244. Aku takkan pernah meninggalkan ruangan ini; hati kita yang selalu mencinta.
245. Mencintaimu dalam hidupku; seperti meminum air dari telaga suci di tengah gurun pasir yang tandus.
246. Karena kau si cantik, yang membuat saya tergila-gila. Kau tidak pernah berpikir tentang hal itu, dan tidak dilakukan tanpa itu.
247. Aku seperti puzzle; yang kamu susun rapi kembali, dari bekas kehidupan di masa laluku yang berantakan.
248. Jadi, rasakanlah kecupan hangat dariku ini; agar kau tahu bahwa ini rasa, ini cinta, bukan sekedarnya.
249. Sampai tuhan mencabut nyawaku, maka aku masih milikmu utuh. Sampai tuhan jengah padaku, maka aku akan memilikimu di keabadianku.
250. Terkadang rembulan pun melonglong menggantikan serigala malam, dan disini aku setia mendengar semua keluh kesahmu.
251. Aku percaya akan cinta, oleh karena itu aku mencintaimu.
252. Kau seperti berlayar di kepalaku, nafasmu selalu mengelilingi sekujur tubuhku. Apakah itu disebut rindu, atau luka yang terlalu lama membisu?
253. Kau satu-satunya dan tak ada dua. Bila aku tak berbahagia, apakah kau bersedia menemaniku dalam suka dan duka?
254. Akulah juara di hatimu, kau jiwa dalam cintaku. Dan semua yang membatu, menjadi sebuah bentuk kebahagiaan seiring waktu.
255. Cinta diam-diam itu menakjubkan, sayang. Seperti aku yang menyusuri malam tanpa lampu, karena engkaulah cahaya penerangku.
256. Bukanlah perubahan usia dan raut wajah yang aku hirau, melainkan sifat dan kasihmu padaku dalam berpuluh tahun kedepan; semoga tidak pernah berubah.
257. Langit pun menutup malu, ketika kau buka tabir cintamu.
258. luka itu, yang membuat cinta, pun mati.
259. Dan kekasih, adalah teman hati, nan setia; kamu.
260. Disini aku merindu, mendendam tinggal, pesonamu nan anggun, pun dalam hidup; hatiku.
261. Telah kuselam yg paling kelam, dan tenggelam dalam samudera berantah. Yang karam kupendam, yang datang kugenggam
262. Aku pasti menemukan dan mengenalimu; sekalipun kau menyaru sebagai waktu, sembunyi di balik sunyi, atau berdiam dalam luka.
263. Karena luka itu, kasih; tak lebih dari buah cinta yang menunggu dipetik, ranum.
264. Aku rindu hingga luka, merasakan pedih yang tak jera.
265. Sedih itu, tempat aku berbicara. Menjeda antara hening duka, dan basah air mata.
266. Berharap disampingmu, memeluk, hingga sakit itu, pun malu bila bertemu.
267. hanya saat ini mau memelukmu seorang, tak bicara, menghilangkan luka.
268. Kau takkan pernah bisa menghindariku, pun membuat cinta. Karena, aku sudah berada di dalamnya; hatimu.
269. Dan semua kerinduan ini; untuk luka-luka yang telah setia menyapaku, kamu.
270. Aku benci ketika kau merindukanku; hujan yang terus membanjiri kamarku setiap kubasuh tetesan di pipi.
271. Saat aku terlupa akan dirimu, tolong ingatkan kembali disaat aku terluka untuk mencintaimu.
272. Inilah sajak-sajakku, yang mengembara di antah berantah. Entah merindu atau sendu, pun aku yang mencari cinta.
273. Pertama kalinya aku melihat, secercah cahaya dalam mata yang berapi-api Itu. Kamu, yang menanti fajar untuk berkasih, pada senja.
274. kucecap rindu tak bertuan, pun teriak mendendam hati. Cinta nan sejati, tak tenang laut tak jejaki bumi.
275. Begitu indah cinta, diantara tumpukkan luka. Becek di tengah lapang, kupijak tak beriak, kotor.
276. Lari-lari anak kecil, riang-riang tak berlara. Kaki-kaki yang mungil, jejaki langkah tak bermuara.
277. Kubur aku dengan luka, agar ingat dimana lara. Benam aku tanpa cinta, agar aku dapat melupa.
278. Penat hati tak bicara, pada relung tak muara. Jika cinta yang berdosa, mengapa tuhan menurunkan dia.
279. Kau mahakarya sejati, peneduh hati yang lara. Kau penyempurna jiwa, pada cacat tak bernyawa.
280. Aku sang perindu, dari ciptaan yang fana. Aku gugur kala perang, melawan hati yang terpana.
281. Akulah duka, pada cahaya senja. Akulah suka, kala malam bersahaja.
282. Kau cita cintaku, perlipur hati kala gundah. Kau penuh pintaku, semenjak aku penikmat senja.
283. Tak perlulah aku membuat puisi cinta, jika kau meluka karenanya. Usahlah kau menggugah rasa, jika aku dan hatimu sudah menjadi bagiannya.
284. Dan ku, akan buktikan untukmu. Semua rasa di dalam hatiku, selalu untukmu. Tak ingin kau meragu, semua rindu di dalam hatiku, selalu, untukmu.
285. Kau terindah, selalu memberi makna dalam setiap luka; cinta yang tak mengenal lelah.
286. Aku akan pulang, menuju rumah; muara hatimu.
287. Tak ada rahasia, hanya kita. Yang muaranya pada cinta.
288. Janji adalah ucapan yang bermakna, cinta adalah kasih yang berbahasa; aku dan keyakinan menujumu.
289. Tak ada panorama indah, selain senja yang bermuara pada pertemuan mata kita; cinta.
290. Kepergianmu, meninggalkan jejak yang kusebut luka. Kehilanganmu, mematikan sebagian aku; nyawa.
291. Aku pincang, cacat dalam ketiadaan; cinta, yang sirna, seakan malam tak bercahaya, dan mentari pun reda karenanya.
292. Kubiarkan cinta itu menghempasmu, membakar nurani. Dan aku disini, pelindung dari segala luka, yang ingin melukaimu.
293. Hatimu samudera, yang menjelma seperti cinta, dan luka sebagai kadar kedalamannya.
294. Aku tak bersumpah, hanya berucap dua kata padamu; tunggu cintaku.
295. Aku tak henti mencinta, hingga kau memiliki hati yang lainnya; selain daripada cintaku.
296. Dan kau; potret yang lusuh di dalam dompetku. Menjelma menjadi bingkai malam di setiap kerinduan, dan air mata
297. Aku kan menjadi sarang laba-laba, pada langit-langit di kamar tua. Tempat cinta bersinggah pada rumah, yang hiasi luka-luka.
298. Akan kutangkup leleh lilinmu, yang lelah menerangiku. Kuberjalan menelusuri malam, menuju cahaya, membuatmu semula.
299. Hitam tak menerangkan apa-apa; cinta mencari secercah cahaya, yang diberi kasih oleh dera luka pada awalnya.
300. Dan kelak kehadiranku, menghapus segala luka sebesar cinta. Aku tak pernah tiada, aku mengalir dalam luka yang bernyawa; cinta.
301. Masihkah kau mencintaiku disaat aku rapuh, menuntunku di kala jengah?. Aku tahu kau akan, karena kau cinta mencintaku.
302. Kita melukis rembulan di atas air, mengukir nama di muka getarannya. Kita perlahan memekari, menaklukan cinta yang mustahil.
303. Perlahan sangat lelah kucari arti, hingga suatu akhir memapahku dalam ketiadaan. Itu cinta, yang mencintaku; kamu.
304. Aku terpejam, melihat segala luka dengan khidmat. Aku terdiam, ketika senja menciumku lalu menghilang cepat.
305. Disaat aku terjatuh, maukah kau membangunkan aku, demi hati?. Dan aku, takkan lelah untuk mendekapmu lagi, kembali padamu.
306. Kau adalah handuk pengeringku, disaat tubuhku basah oleh airmata. Kau adalah senjaku, terlukis dalam rembulan merah jambu.
307.Cinta adalah perasaan yang dimiliki oleh orang ke orang lain. Tapi apa yang kurasakan padamu, lebih dari sekedar indah; luka dan airmata.
308. Aku menggambar kisah; kita berkasih dalam ruang tunggu airmata, rindu menjadi saksi, hati adalah tersangka atas luka yang maha.
309. Aku mencintamu di tetesan airmata. Bulir-bulir rindu yg terisak, tak menggoyahkan asa. Demi sebuah hati kembali kerumah.
310. Aku tertidur lelap, mendekap bantal yang pengap. Aku berkerumun asap, mengaburkan rindu yang endap.
311. Aku orang malam yang menyerupai gelap. Berhati loyak yang sudah kurap. Dan kenangan tak menjejak, bila waktu dapat kau dekap.
312. Persimbahan hati berlabuh padamu; asa yang menghamburkan luka. Bila nanti aku padamu, kusuguhkan secangkir teh berisikan cinta.
313. Sembari menunggu, aku menuliskan rindu. Dalam terang, gelap, teduh, dan pedih kubertanya; “kapankah kau disini, menyambut hati dengan segera?”.
314. Aku membuatmu rumah, tempat kita menyembuhkan luka. Aku merogoh cinta, pun di nadi yang telah darah.
315. Aku seperti kelip bintang, yang terangnya oleh karenamu; rembulan senja merah jambuku.
316. Selamat pagi rusukku yang hilang; cinta mencintaku, semoga tak sirna hangatnya, pun ditelan duka.
317. Telah ku dapat yang paling syarat, dan melompat dari keyakinan sesat. Yang berat ku cuat, yang lezat ku sikat.
318. Aku sedang belajar menyajakkan aku, setelah itu baru aku bisa menyajakkan kamu, cintaku.
319. Seakan aku berlari mengejar cinta ke hatimu, tapi aku menemukan sesuatu yang lebih; rindu yang membatu.
320. Aku selalu mencintai dan menyayangimu; sekalipun kau toreh luka lama, menangis dalam bengis, atau jengah akan gundah.
321. Seakan aku berjalan ke gurun mencari tanaman berduri, tapi ku menemukan yang lebih; telaga airmu.
322. Aku selalu mencintaimu; kamu, yang merupa senja, menyayang siang, sedalam malam.
323. Telah ku tinggal yang telah tanggal, tak tersesal pada asal muasal. Rindu ku kusal, luka ku tinggal, pun sial.
324. Pada malam kucecap rindu yang tak bertuan, pun malaikat hadir menyapaku, kala pagi membenturkan dirinya; demi sebuah cinta.
325. Cinta datang tanpa ada sebab musababnya. Dan aku datang untuk memberi luka, agar cinta itu tetap ada.
326. Engkau binar cahya dari sayap kupu, terbang mengitari taman impian. Tapi ada yang lebih dari sekedar sayapmu; mata menawan.
327. Ada cara untuk mencintai, ada saat untuk dicintai. Dua dalam satu, satu dari dua; kosong.
328. Aku dan waktu, berjalan dengan padu. Kita bersama pilu, meratakan kembali kisah sendu.
329. Acap kali mencoba untuk melukis gurat, dari wajahmu. Banyak tinta yang lengah karena kesalahan itu; tak terjamah rindu.
330. Aku tatap wajah tak berdosa itu; kusebut cinta. Yang membirukan wajahku, membutakan hati, kala senja.
331. Engkau bertanya tentang rindu, sedang hati genap meluka. Nyanyikan sedikit tentang sendu, agar aku tak henti mencinta.
332. Dan kumbang pupus karena bunga, pun beracun tak henti kuhisap sarinya. Karena racun itu, memberi aku sebuah nyawa; cinta.
333. Rindu dan sunyi seperti saudara kembar. Bila di antara mereka ada yang sakit, satunya akan berduka dan terluka.
334. Aku selalu menantikan, hari dimana waktu menyerah, dan cinta yang berkuasa. Disitu ada kau, dan aku.
335. Kitalah cinta, engkau kuning, aku merah; menyatu sebagai jingga, kala senja.
336. Ku hanya bisa melihat, butir-butir airmata berjatuhan berbicara tentang rindu; di kala senyuman itu pergi, dan cinta menjauh.
337. Berbekal cinta, aku tidak akan kesasar diantara semak-semak luka.
338. Jika aku mati, akan terlahir kembali untuk bertemu denganmu sekali lagi. Jika aku tiba, kumohon agar tetap ada untuk mencinta.
339. Pagi, aku terlahir kembali, tiap-tiap sel menyusun pergerakannya sendiri. Sama seperti cinta setiap hari, selalu memperbaharui.
340. Cinta kita bergelora, seperti kobar api yang menyala. Rindu kita mencandu, pada waktu yang membisu.
341. Jadikan aku dalam ceritamu, yang tersenyum setiap kau membacanya. Kuingin hidup dalam hatimu, sebagai pilar penyangga cinta.
342. Kita bertemu awal pagi, menari di atas dedaunan. Kita bercumbu kala malam, dan hujan meratapi kedinginan.
343. Bila nanti aku pergi, sayang, yakinlah bahwa suatu saat aku akan mudik ke hatimu yang rumah.
344. Getar rasa dalam dada, getir kau buat oleh luka. Tak ada yang sempurna, melainkan cinta yang bersahaja.
345. Tubuh akan selalu lemah, tulang akan menjadi
rapuh. Tapi tidak untuk cinta, keabadiannya hadir dari setiap luka-luka.
346. Dengan pagi yang terbit terang, dengan rindu yang temaram kala malam. Aku berpikir tanpa akhir, meluka memahami cinta.
347. Aku tenggelam dalam temaram malam kelam. Mengendap-endap dari asap yang pengap. Mencari celah memilah cinta yang surah.
348. Kala cinta melirih pada rintih yang gigih menari. Yakinkanlah hatimu untuk melabuh kepada yang kau rindu sungguh.
349. Cinta itu seperti bodoh. Ingatkah kau ketika menumpahkan kopi di bajuku & aku bilang: tak apa. Di sanalah kita berteman cinta.
350. Cinta semakin lama semakin membesar, sayang. Yang menjadi pertanyaan; dapatkah kita membendungnya?
351. Jika kau rindu padaku, bukalah bajuku. Kau akan melihat bekas goresan-goresan garis waktu di dadaku yang lama menantimu.
352. Dalam temaram malam aku menyaru sebagai waktu, berteman dengan sunyi, dan berbincang pada rindu yang tak pernah usang.
353. Ada yang merasuk ke dalam dadaku; mungkin itu cinta, mungkin juga luka. Kumohon kau untuk menterjemahkannya.
354. Cintaku sederhana; hanya ingin membuatmu tersenyum bila meluka.
355. Kau boleh membawa hatiku, sekalipun meninggalkanku; asalkan itu membahagiakanmu.
356. Kematian yang indah itu; bila cinta yang membunuhku.
357. Aku adalah laut, dan kau langitnya. Dan kita berciuman di kala senja.
358. Kecuplah bibirku, rasakan lidahku yang kering akibat merindumu.
359. Sesaplah cintaku, cumbui bibirku. Maka kau akan merinduku lewat lidah dan hatimu.
360. Cintamu adalah rintikkan hujan, yang membasahiku dalam sebuah pelukan.
361. Mungkin dengan membaca sajakku, kau akan merindu, berang pada cinta yang tak kunjung temu, dan menikahiku.
362. Jika cinta itu dendam; maka aku akan membalas semua kasih yang telah engkau beri.
363. Dan dengarlah kasih; nada di nadiku memanggil harapan. Merindu di atas janji, menunggu sebuah kecupan pasti.
364. Kubiarkan luka menanti, melebarkan koyaknya di nadi. Hingga saat nanti, kembali semula dalam satu kecupan.
365. Tapi aku tak ingin hanya berteman dengan kata. Aku mau kamu, bibirmu, rindumu, dan peluhmu. Merebahlah padaku.
366. Aku baru saja terjatuh, dari ketinggian yang paling tinggi. Tapi aku tak menyesal; cintamu memapahku dibawah menanti.
367. Sekarang aku tahu, mengapa bantalku basah; menangis, telah lama tak memeluk dan menciummu.
368. Aku selalu merindukan; dimana hatiku sepi dan hanya ciumanmu yang membuatnya ramai.
369. Ada keheningan disini, menemaniku. Ketika kau tidak ada, dan hanya mendung yang setia.
370. Aku menjelma awan ketika kau bersedih, terumpahlah segala perih. Aku menjadi bunga mengharumkanmu, yang layu jika kau pergi.
371. Dan semua yang tersurat, sayang. Hanya untukmu. Dan semua yang tersirat, sayang. Hanya bibirmu.
372. Aku bosan denganmu, rindu.
Selalu kau buat menunggu.
Gejolak nada nadiku merdu.
Aku ingin memilikimu, satu.
373. Pagi menyambut hati, ceria.
Kubukakan pintu itu, beranda.
Secangkir teh temani menantinya.
Berharap kedatangan kamu, bahagia.
374. Tak ada rindu tak ada jauh, tak ada hati yang tak berduka.
Tepian pantai kumenunggu labuh, tak jua datang kau yang aku cinta.
375. Dalam hatiku, ingatkan aku.
Dimana aku berdoa, untukmu.
Disini aku merindu, jauhmu.
Disana kau setia, menantiku.
376. Jika kita terpisah, sayang.
Sebutlah dengan nama, Cinta.
Maka Tuhan mempertemukan kita.
Dalam Airmata nan linang.
377. Aku mau, mendekapmu mesra.
Membawa asa kehadapanmu.
menunjukkan darah kotor aku.
Kamu mau aku cinta?
378. Aku mau, menciummu lembut.
Bicara dengan tanpa suara.
Menjamah dengan segala luka.
Maukah kau datang menyambut?
379. Yakinlah, aku lebih banyak mendengar daripada kau yang merasa. Karena aku, hati kecilmu.
380. Jika kau mencintaiku, cintailah dengan segenap hatimu. Dan aku, beserta usus-ususku; untukmu.
381. Kenapa ada kata ‘indah’ dan ‘cantik’ di dunia?. Karena ada Cinta disana.
382. Percayalah, aku selalu melihat, apa-apa yang terjadi. Baik kau genggam erat, maupun yang nostalgi.
383. Percayalah, aku lebih banyak melihat daripada yang kaulihat. Karena aku, nuranimu.
384. Aku mencintaimu lebih; kembalinya kau simpan saja untuk anak-anak kita nanti.
385. Dan kau adalah sebagian luka, yang pernah aku dera. Tapi kau membuatku lebih; meramaikan hatiku.
386. Kata orang, peluru itu lugu. Bila kau mati, sayang. Itu berarti aku cemburu.
387. Kita main petak umpet; aku yang jaga. Saat aku membuka mata, kuingin kau mendekapku mesra. kau menang.
388. Cinta itu; kata dengan sudut yang melukai.
389. Aku sedang duduk di warung, dan menikmati secangkir kopi. Itu yang kusuka; kesederhanaan dalam mengingatmu.
390. Kau bukan dokter, bukan pula perawat. Tapi, bisakah kau memberitahuku bagaimana kau menaruh sesuatu di dekat usus besarku??.
391. Sajak itu; cinta. Bila kau yang mengucapkan syairnya.
392. Kita seperti pengantin lama di ruangan yang baru, sayang; matipun kita bahagia.
393. Izinkan aku merambah bumi memupuk rasa, mencari berkah ruas-ruas kata. Tercipta oleh hamba, dari sang guru rasa; cinta.
394. Aku mau, jadi sayap kupumu, membuatmu indah dihamparan seribu bunga. Membawamu terbang, merangkulmu ketika kau lelah.
395. Kamu; pengabulan dari segala doa yang kutumpahkan.
396. Aku merasa rumah ketika sedepa darimu, Aku merasa utuh ketika aku dipelukanmu.
397. Aku mengenal cinta, saat aku pertama kali memandangmu.
398. Aku senang menjadi langit yang memancarkan auroramu. Dan pelangi yang muncul ketika kau bersedih.
399. lupakanlah namaku, ingatlah rinduku.
400. Bahasamu kalbu cintaku, merona merah jambu di dadaku. Rasamu tak jemu sayangku, walau bertubi-tubi luka di dihatimu.
401. Entah mengapa aku merindukanmu, setelah pertemuan itu. Dimana aku melihatmu dari kejauhan; dari airmataku.
402. Cintaku; buih air dalam akuarium, tempatmu bermain dan bernafas.
403. Mataku patah ketika melihatmu, pinggulmu, parasmu, seakan arahan menuju dosa terindah.
404. Tuhan maha melihat; sekalipun aku menyembunyikan rindu yang kusam dalam temaram malam nan kelam untukmu.
405. Sepi mengendap dalam genangan cinta, merajut rasa menantimu. Hingga waktu itu tiba, dimana aku menuai rindu; di penantianku.
406. Aku tenggelam rona kelabu, merintih dalam lara menggebu. Mencari sukma yang kehilangan; kamu
407. Hingga saat dimana aku tahu akhirku, aku ingin melihatmu lebih dalam, sayang.
408. Aku berlayar mencarimu dalam kegelapan. Berharap kutemukan setitik cahya; matamu, sorot tajam memberikan harapan.
409. Sayang, kau angkat aku dari lebih jatuh. Memapah cinta dari penuh luka.
410. Aku berbicara tentang rindu
Tentang rasa yang berduka
Aku berkata pada senja
Menunggu kembali pelipur lara
411. Kurentangkan sebuah jasad puisiku
Yang lama menunggu kehadiranmu.
Kubiarkan dia termangu disitu;
aku telah memilikimu utuh
412. Kulabuhkan perahuku mereda nestapa
Mencari hati penyembuh luka
Dan engkaulah tambatan hati,
ketika aku lelah berlari.
413. Selamat pagi relung keindahanku, semoga hatimu utuh untukku. Disini aku merindu kasihmu, disana kau setia menantiku.
414. Kirimilah aku rindumu, akan kukirim bibir untuk kau cumbu.
415. Dengarkanlah lantunku; yang selalu menyanjungmu di setiap malamku. Ku kan selalu berpijar, menunggu kembalimu.
416. Tak pernah terbesit aku tuk tinggalkanmu. Hanya saja, luka itu; pergi bersamaan hatimu.
417. Aku merindukanmu, ada dan tanpa kesadaranku, dengan dan tanpa kemunafikanku.
418. Tak ada yang lebih rumah, kecuali kecupmu; yang menantiku di beranda malam ketika ku pulang.
419. Aku mencintamu; dengan atau tanpa luka.
420. Ketika aku dewasa nanti, ingatkan aku, sayang; bahwa aku bisa mendewasakan aku, untuk bersamamu.
421. Terkadang serigala pun letih terhadap lolongannya, tapi rembulan tetap menghangatkan; seperti aku, dan airmatamu.
422. Izinkan aku mengecup bibirmu; menyembuhkan luka kering kerontang akan gurun hati yang tak ada akhir.
423. Beginilah aku, bila sedang di mabok cinta; aku yang selalu menagih rindu, pada lirih yang tak merdu. Dan sunyi tak bersuara.
424. Aku seperti mendung yang menaungi langitmu; menjatuhkan berbagai luka, lalu mengindahkannya dengan pelangi.
425. Percintaan kita, sayang; bak nyanyian merdu, langit membiru, dan luka yang berlalu.
426. Cinta itu; walau jasad datang dan pergi, cinta takkan pernah mati. Ia berbekas, sama seperti luka yang abadi.
427. Cinta itu adalah kekayaan; dimana luka dan rindu tak dapat dibeli atau diuangkan.
428. Sayang, otakku keram, jiwaku sensitif ketika tidak ada kamu. Hanya bibirmu yang bisa dimengerti oleh mereka.
429. Jika cinta itu kejam, sayang; maka aku akan menyayat luka-luka yang pernah kau dera, agar ia sirna.
430. Jika harus putus cinta, aku rela meski kehilanganmu. Tapi aku tak rela bila aku mati; aku yang tak bisa lagi mencintaimu.
431. Cinta saat kau mendekat; kau membuat telapak tanganku berkeringat, jantungku berdetak cepat, dan suaraku tercekat.
432. Tatapan matamu; membuat hatiku berdegup kencang, dan hilang logika di otakku.
433. Cintamu itu, sayang; selalu memaafkan ketika luka saling menyakiti.
434. Cintaku padamu; menerima segala kesalahan dari dirimu. Dan ikut bersedih walau kau kuat untuk melawan jerit tangismu.
435. Setia itu sayang; aku yang tertarik pada orang lain selain dirimu, tetapi cintaku utuh untukmu seorang.
436. Kamu bukanlah seseorang yang selalu aku pikirkan, sayang. Kamu adalah sesuatu yang setiap waktu aku rasakan kehadirannya.
437. Karena cinta itu dahsyat, makannya aku menciummu dengan cepat; agar aku dapat merasakan rindu, dengan hikmat.
438. Aku mencintaimu utuh, ada pohon, ranting, akar, daun serta buahnya. Yang hidup oleh air dan cahaya; kepercayaan dan pengertian.
439. Hujan mengingatkanku akan dirimu dan rindu. Membasuh luka kala cinta mencintaku.
440. Cintaku ini gila, manisku. Adalah aku yang membuatmu kehilangan akal, agar hanya aku yang selalu mencintaimu.
441. Suaramu meneduhkanku; lebih dari secangkir teh yang hangat, lebih dari hujan di kala senja, lebih.
442. Jika cinta itu abadi; Aku mau, hidup seribu tahun lagi hanya untuk mencintaimu.
443. Sayang, kukirimkan sepotong tangan kananku melalui surat berperangko kilat. Agar kau dapat menulis sendiri isi rinduku.
444. Aku melebur ketika kau kecup bibirku; ludah yang menghilangkan bau-bau luka atas dera kehausan akan rindu kita.
445. Terkadang nasi dapat menyampaikan rindu; membuat nempel perangko di surat cintaku padamu.
446. Aku dan kamu; bagai bibir yang terkatup rapat bila terluka, dan berbicara hanya jika merindukan satu nama.
447. Bibirku ini; seperti kering kerontang ketika kau terluka, dan basah bila kau sedang merindu kita.
448. Jarak itu tak menggoyahkan rasa kita; melainkan mengkristalkan rindu yang maha.
449. Kau, yang mengajari aku rasa; pertama kali kukecup bibirmu, manis terasa. Kedua kalinya, asin dan asam bermuara disana.
450. Bibirmu itu seperti panduan sederhana; menyembuhkan kesenjangan rasa pada diri yang sedang tersiksa.
451. Sungguh indah ketika kau belah hatiku, disana ada angan yang begitu besar; aku,kamu, dan anak-anak kita nanti.
452. Sajakku; duka yang membilang-bilang, rindu yang menderu-deru, jantung yang berdegup-degup, dan sunyi yang berbisik-bisik.
453. Aku memandang rembulan; permukaannya seperti wajahmu yang lagi kesal, lucu, dan menggemaskan. Membuat aku merindu.
454. Terkadang hasrat kita merupa hewan; seperti kucing yang manja, dan anjing yang menanti dengan kesetiaannya.
455. Aku mencintaimu; aku dapat melihatmu walau terbenamnya mentari. Aku mencintaimu; bila kau pergi detak jantungku mendadak terhenti.
456. Butuh kekuatan untuk aku menyatakan cinta kepadamu. Tapi butuh ketidakwarasan untuk aku tidak mencintaimu.
457. Aku mencintaimu; sekalipun aku meski melepasmu, itu karena aku mencintaimu.
458. Izinkan aku mengantarmu ke pelaminannya; agar aku, dapat mengukur derasnya air terjun di dadaku melawannya.
459. Terkadang batu memenangkan pertarungan dengan air terjun yang menderu; seperti tabah didadaku, yang mengalir deras ketika aku bertamu di pelaminanmu.
460. Berjanjilah, untuk selalu menjaga senyum itu; Senyum keindahan yang akan selalu aku ingat bila aku telah pergi.
461. Airmata; cerita yang menghanyutkanku ke dalam bahagia untuk menghilangkan duka.
462. Aku begitu mencintaimu; ingin membuat kau tersenyum dan menangis karena bahagia, bukan karena aku.
463. Bila cinta harus memiliki, maka aku akan meninggalkanmu; aku tak dapat menjaga senyummu, karena waktuku.
464. Cintamu mengajarkanku; cara mencintai hidup, dan mencintai diriku sendiri.
465. Bila cinta adalah tangisan, maka aku hanya akan menangis untuk satu orang; yang takkan terlupakan di hidup dan matiku, kamu.
466. Aku ingin tidur, tapi sebelum kau pergi, kumohon kau untuk membangunkanku.
467. Aku ingin bercinta denganmu. Tapi sebelum kau membuka baju, kumohon kau untuk menciumku terlebih dahulu.
468. Kau dan aku, kita berdua. Seperti bilangan prima, yang hanya dapat di bagi oleh satu yang namanya; cinta.
469. Bila mencintaimu itu tak tercukupi oleh waktu; aku akan memutarbalikkan jam dindingku.
470. Tangismu adalah cerminan rasamu kepadaku; cinta yang sejati, bila kau bertahan hidup tanpaku, dan tersenyum selalu untukku.
471. Aku beruntung bersamamu, kekasihku; seperti teman baikku, bukan pengatur hidupku.
472. Terkadang aku tak tahu dimana aku harus memulainya terlebih dahulu; mencintaimu, atau melukaimu.
473. Bila mencintai itu adalah melukai; maka tubuhmu sekarang sudah penuh sayatan jemariku yang selalu mencabik-cabik setiap sudut keindahanmu.
474. Sesaat kumemandang fotomu di dalam dompetku; seakan membakar rindu yang sedang menderu, seperti pisau yang memisuh pilu.
475. Cinta yang pengertian; cinta yang saling memahami. Memahami disaat kau sedang meluka, atau melukai.
476. Cinta seperti setitik arimata di tengah gurun merindu; yang sangat berharga di setiap duka dalam perjuangannya.
477. Jika mencintai; pembelajaran, mungkin aku sudah mendapatkan gelar. Jika memiliki; pekerjaan, mungkin aku sudah mendapatkan posisi.
478. Jika mencintai adalah sebuah kehinaan; maka sudah tak ada seutas pun urat malu di diriku.
479. Cinta yang diam-diam; ketika kau masuk ke kamarku dan mencumbu dengan tanpa suara, bersaksikan malam.
480. Setelah kita bercumbu sayang, dan sebelum kau pergi meninggalkanku; kumohon kau untuk menciumku, agar ku tahu rasanya merindu.
481. Ketika kau merindukan nyanyianku, dan aku tak dapat bersuara lagi; aku bernyanyi melalui lolongan bulan disaat segala letih.
482. Cam kan ini sayang!, aku takkan meninggalkanmu hingga kau yang pergi menjauh; cinta yang takkan utuh tanpamu.
483. Ketika kau menulis luka, lukislah di atas air. Dan ketika kau memahat rindu, ukirlah di dalam syair.
484. Jika cinta itu matematika, maka 1 + 1 = 3; aku, kamu, dan cinta.
485. Jika cinta itu gila, maka aku akan lebih terwaras-waras mencintaimu.
486. Jika cinta itu adalah suatu penyakit, maka aku akan menghampirimu agar terjangkit.
487. Jika cinta itu gila, maka aku sedang menggilaimu.
488. Jika cinta itu gila, maka sudah lama aku tergila-gila padamu.
489. Jika cinta itu dusta; maka aku akan berpura-pura tidak mencintaimu.
490. Dan hal yang paling berat dalam cinta; ketika aku berpura-pura untuk tidak mencintaimu, melihatmu bergandengan tangan dengannya, mesra.
491. Jika cinta adalah deru dan debu, maka aku pejamkan mata yang terkena iritasi olehmu; kita yang berciuman dengan lebih syahdu.
492. Aku berlari kehilangan harapan, mencari dimana berada bayangan. Dan ku tersedu dalam ketiadaan, bertanya pada cinta yang angan.
493. Tak perlu waktu untuk aku mencintaimu; semua seakan berjalan lamban dengan sendirinya.
494. Tak perlu waktu untuk memikirkanmu; seakan aku terhirup ke suatu tempat dimana tak ada yang tahu.
495. Hujan merintikkan doa, membasuh pecinta; suara hati merdu, yang mengkristalkan rindu.
496. Syair ini, tak perlu kuselesaikan dan tak ingin kuselesaikan; hingga nanti kita di syurga, tak hiraukan akan cinta dan harapan.
497. Engkaulah puisi cintaku, yang membait di tiap rindu. Engkaulah puitis rasaku, yang menyair di tiap larik-larikku.
498. Kau percaya akan setiap dusta yang aku buat, seakan menamparku dengan cinta yang nurbuwat.
499. Selamat pagi #ceritacintaku , semoga kau selalu tersenyum di harimu; denganku atau tanpaku.
500. Selamat malam #ceritacintaku , kuharap kau terlelap dalam mimpi yang indah kusulap.
501. Selamat sore senjaku, aku menantimu bercumbu di bawah sinar rembulan merah jambu; di bingkai malamku.
502. Tangismu membuatku tersedu, senyummu membawaku teduh, kasihmu menjadikanku teguh, sabarmu mengalahkan waktu.
503. Seribu langkah di mulai dari langkah yang pertama. Sama seperti cintaku padamu; dari meluka hingga kita menikah.
504. Luka-luka yang luar biasa; cinta kita. Menahan deru dalam dada; rindu kita.
505. Bila kau meluka, janganlah lupa membubuhkan rindu di dalamnya. Agar kelak, tak hambar untuk cerita cinta kita.
506. Pada luka kubertanya, kemanakah cintaku ini bermuara? Pada cinta ku berbicara, tentang luka, dan hatimu yang rumah.
507. Surat cintaku yang pertama; untukmu sewaktu aku berucap cinta. Surat cintaku yang kedua; untukmu ketika aku telah tiada.
508. Aku pergi ke toko, untuk membeli aspirin. Tapi aku mendapatkan obat pusing yang lebih; kecupan bibirmu.
509. Bibir merahmu, manjaku; bolu terlembut dan termanis yang pernah aku cicipi.
510. Dan cintaku melebur disaat terjadi dua hal; Disaat kita bercinta, dan sewaktu kita berpisah.
511. Disaat aku cuek, kecuplah bibirku; disana kau akan temukan aku, suatu perhatian yang lebih.
512. Disaat aku tertidur dan kau beranjak pergi. Tolong bangunkan aku, dan pastikan bahwa kau akan merindukanku.
513. Senyummu; peneduh luka disaat aku berpikir semua ini tidak nyata.
514. Ajari aku untuk membunuh kenangan, manjaku. Agar aku tak sekedar memimpikanmu, pun merindukanmu.
515. Jika airmata dapat berbicara, maka ia akan berucap cinta di setiap tetesannya.
516. Karena aku adalah sang pejuang, yang selalu mencintaimu walau luka-luka menghampiriku.
517. Semua yang kucipta untukmu, dari laguku, tulisanku, dan khayalanku; semua tentangmu.
518. Izinkan aku untuk membencimu, agar aku tak bisa melupakanmu, kenangan.
519. Disetiap nafasku ada kata cinta; namamu.
520. Jika hujan turun; aku bersedih kehilanganmu.
521. Dan gelap pun tak menggundahkan kita; aku masih bisa melihatmu walau terbenamnya cahaya.
522. Bayangkanlah aku, kotorilah pikiranmu dengan aku. Karena itu, salah satu obat penawar rindu.
523. Malam ini, dan saat ini juga aku sedang menujumu; adakah kau ingin sebuah bintang untuk kubawa padamu?
524. Aku hanya ingin menikmati kerinduan ini, cinta. Hingga aku bertemu suatu akhir yang tak ada.
525. Tak peduli, bila kau banyak menjangkiti, menyakiti, hati; aku menikmati.
526. Kamu dan merah, cocok yang sempurna. Kutex merah, gaun merah, darahku pun berwarna merah; bila harus melumurimu, aku bersedia.
527. Ketika luka-luka menantang, aromamu masih semerbak menggantang. Menyejukkan rindu yang matang, menuju rumahmu yang lapang.
528. Kukulum bara kokas, udara penuh panas mesiu. Jantungku hilang tak berbekas, tertembus peluru menuju hatimu.
529. Ketika cintamu mati, kau tidak perlu mati bersamanya. Karena cintamu, akan mati bersamaan dengan hatiku.
530. Cinta itu; Ketika luka menitikkan airmata, pun kau masih peduli dan setia menunggunya, itu cinta.
531. Cinta itu menjadikan kita kembali muda. Maka, pun luka-luka itu menutup dengan sendirinya.
532. Mempesonanya kamu, merona senyummu; mematikan aku.
533. Cinta tidak perlu kata ‘maaf’, karena cinta akan memaafkan sendiri kesalahannya; dengan ciuman dan senyuman.
534. Cinta tidak perlu kata ‘maaf’, karena cinta akan memaafkan sendiri kesalahannya; seperti ciuman pada sariawan.
535. Aku sedang demam meriang, sayang, aku butuh kamu untuk terbang, berdendang dalam tenang yang panjang.
536. Bila kau tersakiti oleh cinta, izinkan aku mencecap perihmu. Agar kita mati bersama., dalam keabadian cintamu.
537. Cinta kita seperti berhala yang tak patut disembah. Mati dalam kehidupan, hidup dalam cinta.
538. Cintaku selalu optimis; disaat aku terjatuh, ada kau yang memapahku berdiri.
539. Aku sangat serius merindukanmu; hingga nada di nadiku selalu bercerita tentangmu.
540. Cintaku gelandangan, dan hanya akan pulang ke hatimu, yang rumah.
541. Jika siang terlalu memaksamu pergi, maka senja akan memberikanmu rumah; menuju hatiku.
542. Jika malam terlalu kelam, dan dingin selalu menyelimutimu; aku, embun pagi, dengan mentari yang menghangatkan ceriamu, menjaga senyummu.
543. Kala senja merona, dan malam membuatnya sirna; saat kita bersama, dan saling meluka. Pada cinta, dan lupa yang mustahil.
544. Aku berada di detak jantungmu, apakah kau dapat merasakan suara degup itu?; suara yang membuatmu tertawa dan menangis sedu.
545. Cinta kita seperti selangkangan; yang terpisah oleh batas malu dan tantangan.
546. Bibirmu; menghambarkan deru luka dan dera duka di antara tangisanku yang sedu.
547. Tak ada demam yang terdahsyat selain merindukanmu.
548. Tak ada penyakit yang tak tersembuhkan selain mencintaimu.
549. Tak ada hidup dalam kematian selain cintamu.
550. Tak ada abadi dalam kehidupan selain cintaku.
551. Matamu, menyiratkan kasih dalam penantian. Bibirmu, menterjemahkan rindu dalam kesepian.
552. Cintaku padamu seperti tali pusar; selalu melihatmu, pun jasad telah terkubur.
553. Cintaku seperti kulit arimu; yang pertama sakit ketika kau terluka.
554. Cinta itu seperti kentut; selalu membaui, dan mengetahui keberadaannya dengan di hirup.
555. Rinduku padamu hanya dapat diterjemahkan oleh dua hal; ciuman dan pelukan.
556. Dingin sekali malam ini, penuh udara menusuk jiwa. Tapi aku menemukan hatimu; secerah pagi sehangat senja.
557. Rindu dan waktu seperti ada kesamaan; mereka terhenti ketika aku mengecup bibirmu.
558. Sesekali, peluklah aku sebelum menciumku. Agar kau tahu, degup ini berdetak kembali ketika kau dekatku.
559. Dinamakan rindu; yg selalu dipatahkan oleh jarak & airmata penantian. Hanya waktu yg kian berubah, bukan hati kita.
560. Sajak itu berhati mulia. Ia ditujukan untuk sesuatu. Sekalipun itu; luka.
561. Aku buta, pada cemburu tua yang selalu mengais-ngais rindu. Disana ada kenangan, merintih kesakitan akan cintaku yang maha.
562. Aku mencintaimu dengan luka, sama seperti kau yang melukaiku dengan cinta.
563. Kunamakan dia rindu; yang selalu membuatku menatap bintang kian malam menanti rembulan jatuh ke pelukanku.
564. Mungkin langit terlalu lelah merindu, hingga awan pun berairmata meluka-luka; merintikkan doa dalam naungan matahari kala senja.
565. Kau nada di nadiku; bernyanyi merdu seiring notasi cinta, tetapi sumbang bila kita meluka.
566. Dan iblis pun menangis, pun mendustaimu, pun melukaimu, pun itu aku.
567. Penaka aku menjadi jenaka, ketika engkau sedang terluka; agar sirna semua airmata.
568. Secangkir teh, ku aduk dengan kenangan, manis rasanya mencecapi jejak kecupmu di bibir gelas, sungguh rindu.
569. Kemarin, ah, kemarin, lupakan saja. Sekarang aku, dan kamu, cukup itu saja, dengan cinta.
570. Apalagi yang harus kuutarakan tentang kita?, cinta, luka, dan asa telah bicara. Mungkin ciumanku yang belum terbaca olehmu.
571. Sungguh indah bila ku melihat senyummu, walau kau tak tahu tentang cintaku, untukmu.
572. MALAM menggigilkan hatiku, menterjemahkan kenangmu, mengkristalkan rindu, membungkus doa yang membatu.
573. AKU mau, mencintaimu dengan diam, memilikimu dengan angan, memelukmu dengan harapan, merindukanmu dengan malam.
574. Tak perlu kau menulis sebuah kata. Cinta. Adalah aku sang buta, hanya ciumanmu yang terbaca.
575. PANTAI kala senja, menjadi saksi cinta. Laut dan langit, dalam naungan matahari; berpelukan, meninggalkan kerinduan.
576. Sesat itu nikmat, sayang. Seperti aku yang berkelana menuju hatimu, meluka-luka demi mencari suatu kepastian. Cinta.
577. Aku hanya menanti, kala senja menghampiri. Berbisik tentang cinta, rindu, dan sebuah pelukan.
578. Jika langit berpelukan pada laut kala senja, maka aku akan berpegangan kepada langit agar tak terjatuh kala malam tiba.
579. Cukup satu senyuman saja, darimu, dan mentari kembali sinari hariku.
580. Cukup satu kecupan saja, darimu, dan aku kembali dari sesatnya rindu.
581. Cukup satu dekapan saja, darimu, dan aku terbasuh dari segala luka yang menaungiku.
582. Cukup satu sapaan saja, darimu, dan aku kembali tenang dari gemuruh notasi sendu.
583. Aku hanya ingin menangis, sedu. Ajarkan aku airmata, pelepas duka kenangan yang fana.
584. Kau adalah satu-satunya alasan, dalam kehidupanku, dan untuk apa aku hidup.
585. Kau adalah keramaian dan aku sepinya, menyatu dalam cawan kerinduan dan bibir kita saling berbisik.
586. Mungkin aku tahu, di suatu tempat kau bersembunyi, menghindariku. Aku tahu, bila kita saling tahu, maka cinta takkan pernah sirna.
587. Semua yang sepi mengisyaratkan aku, rindu. Dan semua yang ramai menggambarkan kita, berciuman.
588. Bibirmu seperti kandungan kafein; membuatku terjaga, menikmatinya dengan hangat lembut.
589. KANKER hati, semenjak kau pergi, semakin menjadi-jadi, dan hanya kau yang tahu, berapa lama usiaku.
590. Dan kasih, aku punya dua kepribadian yang berarti sangat; yang satu mencintaimu, dan satunya lagi mengikhlaskanmu.
591. Ciumanmu, membiuskan luka, melesapkan segala sakit yang maha.
592. Cinta itu, seperti pisau bermata dua; kata-katanya bisa saja melukai, atau melindungi dari yang ingin melukai.
593. Senyummu, berikan syahdu, karena Senyummu, menyala terang, seperti harapan di letupan bintang.
594. Aku menari keliling dunia, mencari sesuatu yang hilang, pun terlupa; kamu, rekan dansaku.
595. Bila nanti aku sulit untuk bernafas, kasih. Itu berarti kau yang mengambil udaraku. Hidupkan aku lagi, dengan sebuah ciuman, dari bibirmu.
596. Seseorang yang terkena serangan jantung, pasti dia mempunyai hati untuk itu. Seperti aku, setiap hari, bila tak ada kamu.
597. Kaulah yang mengajariku bernyanyi, denting cinta, dan notasi rindu. Dalam alunan merdu kita menari, bercinta, dan rindu melulu.
598. Jika berandamu penuh kebanjiran; Itu berarti doa-doaku yang telah tertampung karena terlalu merindumu, lewat hujan.
599. Airmata melarutkan segalanya, rindu yang melulu, luka yang mendera, dan cinta yang sirna.
600. Yang kurasa, selain airmata ada satu hal lagi yang membuatku lega; ciumanmu.
601. Ada dua hal yang membuatku tidak bernafas; ketika aku mati, dan saat berciuman denganmu.
602. Pasir-pasir halus yang melumuri tubuhmu itu, kasih. Menaburkan doa yang memberikan kecerian ketika kita bermain di pantai kala senja.
603. Karena matamu adalah lagu, dan kecupanmu ialah notasi merdu. Yang membuat cumbu, menjadi selalu yang aku rindu.
604. Saat aku melihatmu, seakan kematian tak ingin menghampiriku. Karena ia tahu, aku mencintaimu dengan seluruh kehidupanku.
605. Cinta seperti lautan tak berujung, damai pada yang lain. Hatiku hatimu, sumber yang konstan untuk sebuah keajaiban.
606. Cinta itu bukanlah disaat awal, melainkan disaat akhir kau menentukan aral dan tujuan hidupmu, demi cinta.
607. Cintamu, memetaforakan rasaku, menghidupkan degup-degup yang layu.
608. Ajari aku cara melukaimu, agar aku tahu bagaimana tulusnya nanti mencintaimu.
609. Ajari aku bahasa rindu, agar tangisanku tak lagi sedu.
610. Ajari aku melupakanmu, agar kenangan ini, tak selalu membencimu.
611. Ajari aku cara membencimu, agar kenangan ini, tak pernah berlalu.
612. Mungkin aku ditakdirkan bersamamu, buktinya; jantung kita berada dalam satu degup.
613. Aku ingin menjadi lesung di pipimu, sehingga di setiap indah senyummu, ada aku.
614. Aku ingin menjadi baju yang selalu kau pakai, sehingga ia melindungimu, dari dinginnya malam dan teriknya mentari, pun menutup auratmu.
615. Aku ingin menjadi bibir yang selalu menciummu, sehingga bila dada dan dahimu terluka, aku akan setia membasuhnya dengan air liurku.
616. Aku mau menjadi airmatamu, tempat kau tersedu merindukanku.
617. Aku mau, menjadi hujan yang membasahi tubuhmu, dan mengering sendirinya ketika kau rindu, aku.
618. Aku buyar ketika tangan-tanganmu menjauhiku. Dan ketika kau datang, aku sempurna dengan kau susun kembali puzzle itu; hatiku.
619. Aku hilang, ketika malam tiba dan kau tiada. Seperti berhala yang tak patut disembah, aku terharamkan.
620. Coba jelaskan, bagaimana aku bisa mati mencintaimu, bila degup jantungku ada padamu?
621. Coba renungkan, kau pilih aku pergi, atau hatiku yang mati?
622. Aku bersaksi, bahwa tiada Tuhan selain sang maha cinta, yang memberikan cinta yang maha untukku, padamu.
623. Tak ada yang lebih kelam dari hatiku yang karam kala malam menjelang tanpa kehadiranmu.
624. Bila cinta sudah melekat, malam pekat seakan singkat, pun luka terasa coklat.
625. Dan percintaan kita, kasih; kita bercinta diatas luka yang maha, pun mati kita lupa.
626. Hujan; isyarat rindu, bahwa kau akan datang padaku sesudahnya, menjelma pelangi.
627. PAGI selalu sejuk lewat sapamu, teduh relungku melihat senyummu. Keindahanmu; dimana kau tetap menjaga semua itu, untukku.
628. Ada yang usang dari kita, adalah usia. Tapi hati yang tua semakin matang, semakin menjadi-jadi, cintanya. Jadi, janganlah takut karena waktu.
629. kau mengendap di embun pagi, menyejukkanku dari usia yang menggerogoti.
630. Dengan jaraklah kita dapat mengukur kasih, mengkristalkan rindu. Menjadi sebuah yang sangat berharga, demi cinta.
631. Aku berenang lewati samudera, menghantam jarak dan waktu yang berharga. Hanya untuk sebuah ciuman, darimu, meneduhkanku.
632. Aku menanti, dimana waktu terhenti dan hanya ciuman kita yang berdetak-detak dalam sepi ini.
633. Tak perlulah aku menggunakan senter di kegelapan, asal kau bersamaku; benderang cahaya matamu, melindungiku.
634. Tak ada yang lebih senja daripada ciumanmu di kala malam, penerang yang kelam, pemapah yang karam.
635. Sunyi adalah ketika hatiku terluka, untuk merindumu.
636. Sunyi adalah ketika rindumu, tak memikirkan aku.
637. Sunyi adalah di kala senja rindumu, tak lagi menyentuh bibirku.
638. Sunyi adalah ketika airmata berbisik sedu tentang rinduku akan cumbuanmu.
639. Sunyi adalah ketika aku, dan kamu, terperangkap dalam kematian, tak lagi mencinta.
640. Sunyi adalah ketika aku berada di keramaian kota, dan tak ada kamu disana.
641. Sunyi adalah ketika engkau mati, dan tak ada lagi yang kudambakan, pun kurindukan.
642. Sunyi adalah manakala mentari dan bumi tak tersenyum lagi; disana hujan membiaskan kerinduanku, pun cintaku padamu.
643. Dan sajak-sajak manis ini, takkan kabur oleh usia, pun rindu yang mengkristal menjadikannya kekal mencinta.
644. Aku tak paham tentang cinta, yang kutahu hanyalah memberimu lebih; dari apa yang aku tak punya.
645. Merindukanmu seperti kematian; aku terperangkap dalam kotak sunyi yang dibingkai oleh malam.
646. Tanpamu; malam menjadi karam yang kelam di dalam cawan nan suram kalbuku.
647. Awan membentuk bibir di langit kala senja; melukiskan rindu yang diterjemahkan oleh hujan, dan dera.
648. Malam adalah tempat kita bertemu, memapah rindu yang aduh. Bulan adalah waktu kita bercumbu, dan berpamitan kala subuh.
649. Cinta itu tak menakutkan, sayang. Seperti aku yang telah dimakan rayap dan mengentayangimu setiap malam.
650. Bila aku adalah kematian, maukah kau mati mencintaiku?. Hanyalah aku dan kamu, abadi melepas rindu.
651. Tak ada makna yang paling selain ciuman. Dan teduh yang maha adalah pelukan.
652. Dan baju yang paling hangat ialah pelukanmu, kulit menyentuh kulit membuyarkan musim yang dingin.
653. Kebohongan mungkin suatu permulaan yang manis, untuk kita mengetahui; apakah itu cinta, atau senyum yang bengis.
654. Dan cintaku, terbata-bata dalam mengeja namamu; mungkin aku yang terlupa, mengambil hatiku yang hilang bersamamu.
655. Jika cinta adalah kasta, maka aku harus terlahir sebagai sendok perak untuk bisa berdampingan denganmu di meja makan.
656. Aku tidak berjuang untuk cinta; aku mencari aku di dalam dirimu, bila tak ada itu, aku pergi.
657. Bila kau rindukan aku, sebut saja namaku dan aku berlari. Di depan pintumu aku mengetuk, di lubuk hatimu aku berbisik; kenangan.
658. Aku tahu rasanya itu, mencintai dan terjatuh. Tapi satu yang kupahami lebih; merindukanmu tanpa pamrih.
659. Ketika kau pergi, embun pagi pun enggan menyentuhku, karena dia yakin; bahwa hanyamulah yang dapat meneduhkanku.
660. Aku selalu di dekatmu; menjelma selimut, guling, dan baju yang kau pakai untuk menghangatkanmu.
661. Ciumanmu, seperti misteri berkasih; yang mencetak rindu, membasuh perih.
662. Dan perpisahan hanyalah kuasaNya, sedangkan aku, tak kuasa untuk melepasmu, pun cintaku.
663. Senja selalu saja indah, dengan cahaya matamu sebagai penutupnya. Dan ciumanmu sebagai pembuka malam tiba.
664. Tak ada obat dokter yang paling canggih selain ciumanmu; yang menghilangkan dingin di sekujur tubuhku.
665. Dingin itu hujan, panas itu cemburu; yang selalu menyelimutiku saat kita berjauhan.
666. PAGI adalah sebuah rumah, yang menjagaku dari mimpi buruk; memandang wajahmu, ketika aku membuka mata.
667. Aku sudah lama tidak membacanya; isi hatimu, yang biasanya aku raba dengan mengecup bibirmu.
668. Sayang, tatapanmu seperti api; yang selalu membakar hatiku bergelora ketika kita berciuman.
669. Aku rindu, menidurkan dirimu sambil bernyanyi lagu kesukaanmu. Menjaga lelapmu hingga pagi kau membuka mata; aku disisimu.
670. Aku rindu; menidurkan sepi, dikala ciumanmu jatuh ke pangkuanku.
671. “Cinta itu perjuangan, jenderal!” Kata pejuang yang sedang berjalan melewati medan luka dan dera air mata.
672. Di setiap dentingan piano, aku mendengar suara keindahan. Entah apa itu cinta atau luka, yang buat airmataku jatuh; merindumu.
673. Ketika kita saling meluka; ingatkan aku, bahwa dulu aku pernah jatuh mencintaimu.
674. Dalam tidurmu, ada lelapku disana. Di dalam mimpimu, ada aku menjelma; menjadi penuntun rindu, kala dunia tenggelam kelam.
675. Jika cintamu pergi; hanyalah airmata menemaniku sepi/seperti pagi/menanti senja kembali.
676. Rinduku adalah padamu; tentang sepi yang sering mengetuk, tentang duka yang ingin kupeluk.
677. Cinta yang kupunya selain luka adalah kepercayaan; percaya bahwa aku menyayangmu, merindukanmu, pun membutuhkanmu.
678. Apalah dayaku untuk meninggalkanmu, kenangan; satu kehidupan pun takkan cukup untuk melupakanmu.
679. Andai aku airmata, sumber luka yang maha. Maka kamu adalah mata, sebagai cawan penampung doa.
680. Aku adalah milikmu, sepenuhnya mencinta dan tak bisa menjauh. Aku adalah cintamu, hati yang merindu atas luka dan dera airmata.
681. Cinta kita murni; seperti kicauan burung-burung di pucuk pepohonan. Seperti riaknya air yang mengalir dengan arus yang jernih.
682. Cinta kita murni; seperti doa-doa yang kita pinta kepada sang pencipta. Seperti segelas teh yang diseduh dengan rasa manisnya bibirmu.
683. Cinta kita murni; seperti anak kecil yang bermain kotor lalu pulang kerumah sembari tersenyum.
684. Cinta kita murni; seperti buah inspirasi yang tumbuh dengan sendirinya. Seperti luka diteduhkan oleh hangatnya sebuah pelukan.
685. Aku bahkan tidak pernah ingat, kapan aku tidak merindukanmu.
686. Ada sebab di dada yang selalu menyesakkanku; ketika cemburu membakar hati, dan air mengguyur mataku.
687. Aku mencintaimu dengan sedikit demi sedikit; agar tak berhamburan dan terlesapkan luka.
688. Biarkan kita berciuman di depan Tuhan; agar Ia tahu, bahwa setan sepertiku pun punya hati untuk mencintai.
689. Tak satu setan pun tahu; bahwa cinta kita terukir di atas kematian yang mereinkarnasi menjadi alam; hidup untuk mengindahkan.
690. PAGI menjelang, para syaitan meringkuk sepi menunggu malam. Kala senja ia girang, dapat kembali bertemu malaikat penghapus kelam.
691. Sebab sesuatu hal di dada, membuat sesak semakin dera; ketika aku rindu, dan tak ada aku dengar sebentar pun suaramu.
692. Jika mencintaimu harus mati; aku lebih memilih mengunjungimu dengan bunga dan sebotol air murni. Hingga nanti, setia menemani.
693. Tak ada kamu tak lengkap isi kasurku; aku, kehilangan pelukan yang setia menerima ilerku sepanjang malamku.
694. Aku rindu, kala kita bercengkerama di dekat perapian. Berciuman di kala setan mengintip di baliknya, cemburu.
695. Dan kasih, aku hanya ingin merasakan sekali kehilanganmu; agar aku tahu, bahwa cintaku benar utuh untukmu.
696. Dan kasih, aku hanya ingin merasakan sekali kehilanganmu; agar aku tahu, bahwa cintaku memang benar utuh untukmu.
697. Ingin rasanya aku meminta kepada Tuhan; jangan berikan kami sebuah nyawa, yang hanya akan menjadi jarak bagi cinta kita.
698. Tahu tidak apa yang kusuka darimu selain ciumanmu; binar matamu yang berkilau-kilau seperti rumah bagiku.
699. Aku seperti hujan, yang menangisi awan ketika ia sedang tersedu menatapku; rindu.
700. Api yang berkobar di dalam hatimu adalah cemburu, yang aku nyalakan untuk dapat melihatmu; terjatuh mencintaku.
701. Tuhan melaknatku bila aku mengutuk cintaku; selain untukmu. Dan mematahkan kedua sayapku, hingga aku kembali manusia.
702. Kau tahu aku pasti datang, tak perlu mati untuk mencintaimu; cukup menikmati senja dikala rindu itu tiba, dan terlesap malam.
703. Aku mencintaimu tanpa jarak; pun nyawa sebagai pembatas usia, tembok rindu yang terjal berliku, takkan cinta kita tersedak.
704. Aku seperti macan yang taringku adalah kau; Membantuku hidup dan menjaga kehidupanku.
705. Ah, sudahlah, aku ingin tidur; bila hanya amarah yang terus kau cumbu, biarlah malam menghapus jejakmu.
706. Kau selalu menenangkanku; disaat gundah gulanah menerjangku, disaat airmata terbata membaca larik-larik puisiku.
707. Jika rindu adalah kamu; maka aku sebagai lukamu.
708. Jika Cinta adalah suatu kelupaan; maka kita akan terus berkenalan dan pura-pura malu di setiap harinya.
709. Jika cinta adalah makanan; akan kulumat bibirmu seperti sushi, dan mati kelaparan bila jauh darimu.
710. Ketika hujan adalah suatu hal yang selalu kunantikan; dirimu yang menjelma pelangi.
711. Ketika hujan adalah suatu pengingat; bahwa pelukanmu teduh, dan ciumanmu benar hangat.
712. Ada tenang dalam hening, masuk melalui celah hati. Ada gusar dalam tanya, kapan tiba cintaku mati.
713. Tak ada yang lebih terjal dari cinta, dan bila kuterjatuh; terebahlah aku di lembah luka.
714. Semua harapku; bunga-bunga cinta bermekaran di atas tanah tandus. Pun rindu tersemaikan luka dan asa tak pernah pupus.
715. 40 hari aku menahan siksa, dalam hati. Bukan karena sebuah dosa; melainkan rindu yang tak pernah mati.
716. Aku menuliskan setiap larik-larik cinta, tapi ada sesuatu hal yang aneh; ketika tintaku habis, untuk menuliskan luka.
717. PAGI adalah bening matamu, yang menyejukkan risau hatiku; tempat aku mencintaimu berkali-kali.
718. PAGI adalah cinta yang nyata, dari mimpi tentang kita; atas luka dan rindu yang maha.
719. Sesat itu nikmat, sayang. Seperti aku yang berkelana menuju hatimu, meluka-luka demi mencari suatu kepastian; cinta.
720. Entah apa jadinya aku tanpamu, mungkin menjadi perindu sejati, atau hati yang membeku mati di sudut ruang yang sunyi.
721. Kematian itu indah, sayang. Seperti aku menusukmu, luka; di dekat usus besarmu, di samping rindu dan dera airmata.
722. Cinta ini seperti susu; bila hangat dia nikmat, bila dingin dia mengental, dan hanya basi bila tak ada yang meminumnya.
723. Cinta ini seperti madu; kau akan merasakan luka dahulu, baru menikmati manisnya rindu.
724. Bagaimana bisa aku mengatakan aku mencintaimu? Jika bibirku tertahan oleh ciumanmu.
725. Hidup kita bisa saja berakhir tapi cinta kita tidak akan pernah berakhir.
726. Aku, peziarah cinta. Yang menaburkan larik-larik sendu pada hatimu, di atas kerinduanku.
727. Kelak anak-anak kita menziarahi kita; pada cinta yang tak pernah padam, untuk kasih sayang yang tak pernah habis masanya.
728. Dan sajakku ini tanpa luka, kenangan, dan airmata. hanyalah rindu yang melulu, dan hasrat yang bara.
729. Hidup itu indah dengan cinta; yang memaklumi sebelum salah, dan memaafkanmu setelah luka.
730. Kerinduan, dan luka duka yang dewasa; adalah cintaku.
731. Jika ada yang lebih maha dari cinta yang memaafkan dera luka; itu aku, yang membunuh rinduku agar hatimu bahagia disana.
732. Kunanti rindu kupu-kupu, pun lama tak hinggap di kebun cintaku. Dan Kelak kuntum-kuntum hatiku, kan selalu bersemi untukmu.
733. Mimpi adalah tempat yang tepat untuk mengingatmu sekali lagi; dimana waktu takkan pernah cukup untuk merindukanmu berkali-kali.
734. Mengejarmu seperti mencetak angka, berlari menggiring bola dan terjatuh. Apakah ini permainan cinta, atau hasrat yang berjuang teguh.
735. Sekarang aku tahu rasanya cinta yang mencintaiku; seperti aku yang dilahirkan memang untuk menujumu.
736. PAGI begitu indah, melahirkan kesejukkan; seperti kau selalu disisi, ketika aku membuka mata.
737. PAGI begitu sorga, adalah ketika aku menghapus liurmu, mensesapkan tahi matamu, lalu mengecupmu mesra.
738. Seperti langit pada bumi, terpisah dengan jarak; suatu saat kita akan berpelukan, sekalipun itu di akhir cerita.
739. Lahirnya suatu kepedihan; adalah kau tidak ada disaat rinduku sedang menjelma.
740. Mencintaimu takkan pernah mati; karena aku selalu terlahir, dari tiap bulir kerinduanmu.
741. MALAM adalah benderang untuk kita, demi rindu yang tak lelah menyapa. Untuk waktu yang di janjikan, dan rasa yang tercaci maki.
742. Mendung menggantung aku terkatung-katung; menjadi perindu yang ulung pada hati yang belatung, atas rasa yang agung.
743. Sedari dulu tak pernah ada luka, sampai ketika nyawa yang memisahkan kita.
744. Jika bulan penerang rindu,adalah malam tempat bintang berandu. Hanya kau yang aku tunggu, tuk mengisi kekosongan di hatiku.
745. MALAM tempat kau merengkuhku, melesapkan gelap yang pekat. Kala pagi ku tersesat, mencarimu diantara jejak rinduku.
746. Aku merintih pada lirih yang sunyi, akan rindu yang maha, akan cinta yang terlalu, dan luka yang selalu membisu.
747. Jejak malam melirih sepi, akan rindu nan abadi. Dan kubertanya pada pagi, kembalinya kau pencuri hati.
748. Aku selalu memperhatikanmu; walau kata tak bicara, bibir tak berucap, tangan tak bergerak, aku selalu mencintaimu.
749. Sebelum mataku melamur, dan sebelum cintaku dimakan umur. Aku hanya ingin kau tahu; bahwa rinduku uzur, menantimu hingga tubuhku menjamur.
750. Ketika aku bertanya mengapa kau tiada; ketika itu aku menemukan cinta.
751. Kubiarkan kaki berlari tertatih, merintih akan rindu yang nostalgi. Kulesapkan luka-luka maha, mustahil kulupa lahirnya sebuah rasa.
752. “kemari sayang, kubisikkan sebuah sajak untukmu”; sajak yang mengharu biru, ajarkanmu ketabahan bila esok aku mati.
753. Aku benci, benci! Mengapa bukan aku terlahir lebih dulu; agar kesedihan itu, tak melihatku mati untuk sebuah kehilangan.
754. Aku lupa bahwa kau cinta, aku khilaf untuk perhatikanmu. Tapi yang kuingat ialah satu hal; aku hidup dan bernafas untukmu.
755. Dari kata kau tercipta, demi kata kau mencinta. Dari luka kau dewasa, untuk rasa kau menggila.
756. Demi rasa, dan jarak yang bangsat! Kumuntahkan isi perut bumi, kuterpa badai; demi rindu yang dahsyat, demi rasa.
757. Cintaku samudera, hatiku angkasa, semua demi bumi yang tak lelah menampung langitnya.
758. Aku bukan dewa yang bersinggasana, bukan pula pemburu rasa. Aku hanya pejalan kaki, yang fasih ketika menyebutkan satu nama.
759. Bibir terkatup rapat terluka, menganga tergores kenangan. Dia hanya dapat berucap kata, setelah kau mendaratkan sebuah ciuman.
760. Kubiar rindu dalam angan, kulesapkan luka pada erangan. Dan hujan sembunyi di balik awan, kau mentari tak tergantikan.
761. Biarkan kita dicaci kata, dicela luka, dinista rasa; asalkan kita, saling percaya, dan untuk selamanya.
762. Aku ingin bulan, hadir di pelukanku, yang hangat menyelimutiku. Aku ingin dirimu, merindukanku, dan tak lekang oleh waktu.
763. Dan puisiku ialah bahasa sunyi, yang lengking teriak dari dasar hati. Agar kau pahami, bahwa aku selalu menanti.
764. Sunyi adalah tempat teraman untuk aku menutup luka; dari rindu dan dera airmata.
765. Ketika sunyi adalah waktu yang sempurna untuk aku; menjatuhkan airmataku karena terlalu merindumu.
766. Tanpa kaki, aku berjalan melalui rindu, berenang lewat tepian luka. Tanpa mata, aku mencintai senja, melihatmu dengan sunyi.
767. Dari luka aku belajar bahagia, merasakan semua peluh menjadi rindu yang melulu.
768. Ketika malam adalah tempatku berteduh, dari teriknya siang dan luka yang pilu.
769. Malam adalah penerang dikala petang bermain riang pada rindu yang hilang.
770. Malam waktu kita berciuman, melabuhkan sebuah rindu yang rawan.
771. Cukuplah malam melesapkan segala luka; dengan rindu dan dirimu, yang menjadi penghapus kelam.
772. Hanyalah aku penikmat kesunyian malam, dengan rindu dan airmata yang selalu aku sulam.
773. Cukuplah aku dan rindu yang bercengkerama kala malam, pada pagi kulesap semua angan, menuju kenangan.
774. Malam menterjemahkan segalanya; dengan rindu yang menguap, dan sunyi yang selalu aku sesap.
775. Dimana lagi aku dapat bertemu sepi, selain dari cahaya matamu; yang membinarkan kerinduan.
776. Malam adalah tempat aku berkata-kata, mencaci siang yang telah melukaiku. Tempat aku memelukmu, dan tak kuanggap pagi itu ada.
777. Puisiku bahasa kalbuku, tempatku mencaci rindu. Dan menyiksa luka yang jahanam, melawan kesunyian.
778. Pelukanmu menguatkan aku, melawan dera luka dan pilu. Ciumanmu adalah bahasaku, dalam menterjemahkan rindu.
779. Aku meluka ketika pagi tiba, melepasmu saat malam sirna. Sampai jumpa di pulau cintaku, ditempat yang tak pernah kau tuju.
780. Lari-lari merintih tanpa alas kaki, dengan duri yang tertancap di dahi. Aku lupa; bahwa luka yang mengajarkan segala, pun mencintai.
781. Aku selalu melihatmu, walau aku tak tampak olehmu. Aku selalu bersamamu, walau tak kau rasa kehadiranku.
782. Lagi-lagi aku bercinta dengan sepi, apakah rasa itu benar ada, atau hanya bibirmu yang dapat menterjemahkannya.
783. Mungkin hampa yang tak pernah ada luka, pun cinta di dalamnya; aku yang bersedia terluka, hanya untuk mendengarmu menyapa.
784. Dan ketabahan dari cinta itu; butir-butir airmata yang terjatuh karena setia menahan rindu.
785. Hujan adalah saat aku mempunyai alasan; untuk menggenggam tanganmu kuat, dan memelukmu lebih erat.
786. Adakah yang lebih indah; selain dicintai oleh luka, dan dijawab oleh rindu.
787. Cintamu mengajarkanku tabah dalam menjawab rindu, pun ikhlas dalam meneteskan luka, dan membingkai sebuah kenangan menjadi indah.
788. Kubiarkan nada sendu itu bernyanyi sendirinya, karena aku tahu; disitu ada rindu yang terlalu, pun sedang kunikmati.
789. Anjing! Untuk rindu yang selalu menggonggong, menanti seonggok hati, yang kuperjuangkan meski mesti mati.
790. Dalam diamku, adalah bara yang menyala api. Menetaskan telur-telur kedinginan, melesapkan abu-abu sepi.
791. Dalam tanya ada nyata, dalam sara ada rasa. Yang basi yang bias, yang terpalu yang terlupa.
792. Ada kata pada mata, yang cerita tentang kita; jika bertemu suka bercumbu, kalau berlari galau mencari.
793. PAGI adalah wajahmu, yang berembun di jendela kamarku. Menebarkan wangi surga, memberikan rupa warna.
794. PAGI tempat memanggil kembali, apa yang dititipkan oleh malam. Menyimpan sebuah cerita, dan berulang dalam angan.
795. PAGI adalah saat yang aku benci, ketika harus membangunkanmu dari indahnya mimpi.
796. PAGI memberi warna dari kelamnya malam, memberi kekuatan akan teriknya siang; hingga kembali PAGI, senja setia menanti.
797. PAGI selalu mewarnai hari, mendamaikan yang pergi, memberi jalan untuk kembali.
798. PAGI adalah damai wajahmu, yang kupandangi setiap terbangun dari mimpiku.
799. PAGI adalah tempat cinta bermula; ketika aku sedang berlari PAGI, ketika kamu di depan rumah berdiri, menanti mentari menyinari.
800. PAGI adalah tempat aku menutup mimpi, melanjutkan mencintaimu dengan nyata.
801. SIANG adalah hiruk pikuk cobaan, yang bimbang yang menyilaukan; pertanda hati perlu keteduhan.
802. SIANG adalah berburu waktu, untuk sampai ke telaga airmu: meneduhkan terik gurun hatiku.
803. SIANG tempat aku berjaga-jaga akan hatiku; banyak cinta datang mencoba menyilaukanku.
804. SIANG adalah waktu kita terlerai, dimiliki oleh hal yang lainnya dan bertemu lagi kala malam nanti.
805. SIANG adalah jembatan antara luka dan rindu menanti hingga malam tiba, dan kau menceritakan semua kisahmu padaku.
806. SIANG adalah terik yang mengguncang kalbuku, melesapkan rindu yang kutanam dalam hatiku.
807. SIANG adalah angkara, memaksa kita berpisah dalam kata dan nyata, aku tak rela.
808. SIANG menuntun kita untuk bijak, karena ia memaksa untuk menyantap luka.
809. SIANG adalah kebencian yang menjadi-jadi, sama seperti cinta; yang kedua hal itu melekat pada kenangan.
810. SIANG tempat aku menguji, apakah rindu ini semu, atau cinta yang malu-malu.
811. SENJA adalah rumah; hatimu, tempatku berlabuh dari siang yang terlalu terang.
812. SENJA tempatku pulang, dari berjuang akan siang, dari godaan yang selalu menyilaukan.
813. SENJA selalu teduh, sedamai pelukmu, sehangat ciumanmu.
814. SENJA selalu berbisik; tentang kerinduan, dan cintamu yang sajak.
815. SENJA begitu tenang, hingga ia tak tahu kapan cinta itu datang, kapan cinta pergi, dan menghilang.
816. SENJA nan muram, bila mentari lelah menyinari, dan rembulan pun tampak mati; andai aku tanpa rinduku, pun kau yang mencintaku.
817. SENJA datang sambut rembulan, ia mengadu pada rindu, berbisik pada sunyi, dan menanti sebuah harapan.
818. SENJA-ku nyanyian rindu, mengejar waktu bertemu malam, pelukanku mendekap waktu, kurayu pagi tuk terus tenggelam.
819. SENJA tempatku labuh, dari terik dan paksaan. cinta rumahku teduh, berbisik rindu dan rayuan.
820. SENJA tempatku menatap langit, akan rindu yang legit. Walaupun terasa sangat sakit, tapi SENJA tak pernah khianat.
821. SENJA adalah musimnya cinta, tempat hati berlabuh padanya. Aku adalah pujangga buta, tak peduli itu rindu atau luka.
822. SENJA adalah pelabuhan luka; dari siang yang tak mau mengerti, dan malam yang tak pernah menanti.
823. SENJA seperti rupa-rupa pada rindu yang pura-pura, menyamar menjadi lupa, menyusupkan luka-luka.
824. SENJA adalah biang kecemburuan; dari malam yang merindu, siang yang memaksa, dan pagi yang dilupakan.
825. SENJA tempat tuk mengerti; yang mana cinta, yang mana menyilaukan mata.
826. MALAM membasuh peluh rindu, tempat aku mengunci kenangan.
827. MALAM adalah perjalanan panjang, tempat gelut kesah dan rindu.
828. MALAM tempatku menantang waktu, akan luka yang lalu, dan rindu yang terlalu.
829. MALAM adalah rindu, yang terbayarkan lunas, tuntas berikut bunganya; sebuah pelukan dan kecupan.
830. MALAM tanpa pulasan, tempat kita berlabuh di ranjang kerinduan.
831. MALAM tempat aku terjaga, dari mimpi yang kian hari kujalani.
832. MALAM adalah tempatku terjaga, denganmu disiku; bahagia, seolah-olah tanpa waktu.
833. Dan malam, pagi, siang maupun senja adalah rasaku, bukan hariku; seolah-olah aku, menterjemahkannya tanpa tahu itu waktu.
834. Rindu, tak mengenal perbedaan waktu, pun luka; rasa menterjemahkan segalanya.
835. HATIKU cabang yang berakar-akar ke dasar semak belukar; disana ada aku dan rinduku, yang sedang menyatu.
836. HATIMU lemari, menyimpan luka dan segala keluh kesahku; tempatku percaya untuk selalu berlabuh padamu.
837. MALAM aku terjaga, hanya ingin berbicara denganmu, tentang kenangan yang berdebu.
838. MALAM membisu, menyaksikan sebuah rindu; yang sedang bercinta, yang lesap dari candu luka.
839. Aku hanyalah peribahasa, yang tak pandai berkata-kata. Aku hanyalah pujangga rasa, yang tak jua rindu itu lelah.
840. MALAM adalah nama lain rindu, deranya luka, dan rumah singgah; malam yang selalu denganmu, pun membuat aku merasa rumah.
841. Untuk dia yang setia, demi rasa yang abadi; aku bersimbah rindu dari dinginnya malam dan dera airmata, bila kau pahami.
842. Dan sajak-sajakku membaca sedu, setiap larik-larik rindu yang mencandu; dari dinginnya MALAM tanpa peluk dan kecupmu.
843. Satu agama untuk satu keimanan, satu kehidupan untuk satu kematian. Begitu pula dengan CINTA; SATU yang selalu menjadi KENANGAN.
844. Bila asa itu ada, yakinkan aku kau merasa. Bila rindu itu semu, maka patut aku tuk kau bunuh.
845. Dari kata terlahir makna, dari luka menjadi asa. Untuk rasa kau berbahasa, dari buta merupa cahaya.
846. Kemanakah dirimu sayang? Rinduku memanggilmu tuk datang, tanpa sehelai baju pun kutang; hanya ciumanmu buatku tenang.
847. MALAM penuh warna, yang semakin terang ketika kau datang; pada rindu ia berkubang, pada luka ia bersarang.
848. Terkadang, ketika luka menghampiriku, kucoba melupa mencari kesibukan; bermain puzzle menyusun hati, yang sedang dirawan rindu.
849. MALAM adalah tempat aku menuliskan rindu; tanpa pernah aku tahu itu sajak, atau sesak.
850. MALAM terangkum dalam biru, yang dilesapkan oleh waktu; apakah itu kerinduan, ataukah kehilangan.
851. Bosan adalah untuk ia yang berlebihan, sedangkan aku, dengan serba kekurangan; tabah yang tak lelah menyapa kerinduan.
852. Hatiku rasa yang merindu, terluka-luka pada iga dan asa; tercermin bening pada bola-bola matamu, kala MALAM menjelma.
853. SATU hari ditinggalkanmu adalah satu abad untuk aku melesapkan rindu.
854. SATU kali melupakanmu adalah sama seperti waktu yang tak habis untuk merindukanmu.
855. MALAM ketika aku merindukanmu, adalah melihat kunang-kunang di halaman rumahku; dengan wajahmu yang berpendar di kerlipnya.
856. MALAM adalah ketika rinduku; menjelma kunang-kunang, melesapkan kelam.
857. Rinduku kunang-kunang, yang terang yang di kenang; kala malam ia berang, pada hati yang telah hilang.
858. Adalah malam adalah siang adalah pagi; yang kucipta semata hanya untukmu untuk rinduku, untuk senjaku.
859. SENJA tak pernah berubah, hanya saja disana ada rindu yang merekah-rekah.
860. Malam adalah ketika aku berjalan di tempat terang; menuju hatimu yang rumah, tempat rinduku PULANG.
861. Kulihat matamu melukis rindu, yang lalu yang pilu, berpendar pada cahaya kunang-kunang.
862. CINTA tak pernah memudar, hanya saja cinta itu; berpendar pada rindu yang tegar.
863. Kepercayaan adalah tempat tangan kita bertaut; merubah api yang sulut menjadi sebuah pengertian.
864. Rindu merekatkan hati yang retak, dari jiwa yang sesak, membangunkan kenangan; tempat dimana aku terus bertahan.
865. MALAM dimana aku mengoyak gulita; tempat kita menuai rindu yang menderu.
866. MALAM tempat mataku terpejam, bertemu lagi denganmu, rindu; hingga pagi membawamu pulang, hilang.
867. PAGI adalah waktu dimulainya rindu; dimana kasih dan luka berwujud nyata.
868. MALAM tempat aku menyebutkan namamu berulang-ulang; dari rindu yang enggan berpulang.
869. Ada rindu di dalam mimpi yang mendekapku semalam; seperti wajah di pusaran cahaya memanggilku perlahan, menyuruh pulang.
870. HATImu teduh sajakmu rindu; dengan pendar cahaya matamu sebagai penerbitnya.
871. Bagiku, rindu yang paling sedu ialah; rindu yang dikendarai oleh kenangan-kenangan indah darimu.
872. MALAM kita saling melengkapi, dengan satu yang buta, satunya lagi memberi warna; cinta yang melesapkan luka.
873. MALAM tempat kita merapal doa; dari jarak yang jahanam pun tak pernah rindu ini binasa.
874. Tempat aku menahan sedu adalah tempat aku menikmati.
875. Cinta tak perlu menjadi yang terbaik, karena rindu pasti berpulang padanya.
876. Aku tak perlu mengalahkanmu, yang aku harus adalah mentabahkan rindu.
877. Cinta itu sadis, kerjaannya adalah mengiris-iris rindu dan sepi.
878. Mimpi itu gratis asalkan berani mengejarnya. Rindu itu sadis; seperti novel yang tak pernah habis ku baca.
879. Aku rindu cara aku mencintai dirimu; saat hati dan harimu masih kumiliki.
880. Aku meraba stalakmit di goa kerinduan; adalah matamu, penerang malam di kala kelam.
881. MALAM menebarkan wewangian, mengkristalkan kenangan; dari luka yang kusimpan, sebagai kerinduan.
882. Ketika cinta mencintaiku; ketika itu aku menamainya rindu.
883. KENANGAN selalu menyisipkan rindu secara diam-diam, pun kekal abadi.
884. RINDU adalah penyisip luka; setelah datangnya deru airmata.
885. RINDU yang diam-diam; sama dengan CINTA yang pura-pura.
886. Satu sajak mengungkapkan seribu makna; sama dengan satu ciuman menterjemahkan seribu bahasa.
887. Tolong ajarkan aku membaca sajakmu, rindu, karena disitu tak tampak olehku larik-lariknya; hanya wajah dari segala kenanganmu.
888. Bagi sajak, tiadalah perasaan yang mulia kecuali; luka dari sajak itu sendiri, yang akan kita hormati.
889. Jika ada deru di dadamu, mengusik rumah hatimu; itu adalah aku, yang sedang menabuh rindu.
890. Sayang, rindu ini pahit; aku hanya membutuhkanmu untuk memaniskan bibirku.
891. Coba, beri aku sedikit gula dari bibirmu itu; agar rinduku, tak terlalu terasa pahit.
892. Semata-mata hanya karena aku kau tiada; seluka-luka rinduku tetap kau sumber dukanya.
893. PAGI selalu memberi arti, yang datang yang pergi; waktu akan mempertemukan kembali, yang hidup yang mati.
894. Biarlah sayang, biar aku tenang disana; tangismu dan rindumu, akan menjadi duka buatku.
895. Tak semua kehilangan adalah kedukaan; ia hanya berpindah tangan, dari genggaman menuju pangkuan.
896. Kelak aku mati, tak ada duka yang dapat menyakiti; selain rindu yang selalu kau tangisi.
897. Semua rindu adalah satu yang mesti di selamatkan; yang mana bermuara duka dan kenangan.
898. Ingin aku menujumu; melesapkan duka yang selalu kau sesap.
899. Andai aku bisa kembali, kenangan, tak kubiarkan duka itu menghamipiriku; dengan kehilanganmu.
900. Sepi tempat duka bersembunyi, rumah bagi para penyendiri. Sedangkan aku; selalu menggaduhkan rindu dalam sunyi.
901. Aku memilih tinggal di hatimu; dengan konsekuensinya luka dan rindu.
902. Terkadang aku tidak tahu, mana sajak mana sesak; sebab rindu yang selalu menggaduh.
903. Tangisku bukan duka pun luka; sebab rindu aku yang kehilanganmu, senja.
904. Matamu tempat hatiku lumpuh, dan bibirmu tempat rinduku luluh; maukah kau menikahiku?
905. Waktu, jangan kau sesali itu; karena menua menjadi bukti, bahwa cinta kita kekal abadi.
906. MALAM menterjemahkan kesendirian dan kematian; aku yang tidur dengan sejuta kerinduan.
907. Airmataku yang sajak ini selalu menyebut rindu, “perih, lirih” begitu bunyinya; apakah kau dapat mendengarnya, kekasih?
908. Ada yang tak henti bergemuruh dalam dadaku, terasa gaduh mengaduh-aduh; pilu rindu yang kau anggap lalu.
909. Ada yang tak pasti dalam hatiku; adalah rindu yang berlabuh, atau luka yang sauh.
910. Tak ada lebih senja selain pelukanmu yang teduh, tak ada yang lebih kelam selain malam aku tanpa kecupanmu.
911. Luka dan duka adalah kemulian dari sajak itu sendiri; seperti airmataku, pun rinduku yang merupa cahaya dan waktu.
912. Rindu dan sunyi terbentuk dari sebongkah luka; berpendar di cahaya matamu, tenggelam di langit senja.
913. Dan rinduku ialah anak-anak dari sajak-sajakku; di tempat yang sunyi ia menggaduh.
914. Dan luka-luka dari sajak-sajakku; adalah sunyi yang menggaduh karena rindu.
915. Aku lebih memilih tinggal dengan luka; daripada rindu yang tak ada jawabnya.
916. Aku lebih terluka di dalam sunyi yang menggaduh; ketika kau mengkhianati rindu.
917. “hai kemanakah kamu, rindu?” sudah lama aku tak melihat wajah duka sajakmu; yang selalu menemani kelamnya malam di mimpiku.
918. Aku membutuhkanmu, rindu; untuk mendukakan sajak-sajakku, menggaduhkan kesunyianku.
919. Saat kita berciuman; saat waktu terhenti untuk menyaksikan rindu.
920. Cinta berupa iman kepada rasanya; merupa taqwa kepada lukanya dan doa pada rindunya.
921. Cinta tak ada guna bila hanya memuja rindu, pun luka; tanpa menyibakkan sebuah makna.
922. KAMU adalah doa yang diturunkan langit untuk menyapaku, pun melesapkan lukaku.
923. aku adalah kamu adalah aku, yang saling melukai, pun merindukan; kita sebagai manusia biasa, terperangkap dalam cinta.
924. CINTA adalah pertanda sebuah dosa; bagi yang khianat pada doanya.
925. aku adalah kosong tanpamu; seperti temaram malam yang membingkai kesunyianku, menggaduhkan kerinduan.
926. Ada yang lebih ngeri dari mati, lebih nyeri dari sepi; tanpa hati untuk dicintai.
927. tanpamu aku bisa mati, tapi tanpa cintamu; aku mati dalam kehidupanku.
928. seperti nada di nadiku, nyanyianmu melaju deras di dadaku, rindu.
929. tidak terlalu sulit untuk membuatku tidak rindu padamu; dengan menghentikan nafasku.
930. Ada yang memenjarakanku, terkurung aku dalam keindahan; tatapan matamu, cahaya yang berpendar di langit senjaku.
931. cinta tidak akan menunggu, dia akan mengejar rindu hingga ke ujung waktu.
932. cinta seperti gerhana, membutakan hati yang sedang melihatnya, pun mengejar rindunya.
933. cinta seperti luas samudera, mencari hati untuk tempat bermuara; pada luka, rindu, dan sunyi yang menggaduh pilu.
934. keteduhan tatapanmu, luluh aku dalam sebuah ciuman. Ketabahan hatimu, tunduk aku dalam kerinduan.
935. musim silih berganti, tapi rinduku tak pernah berpindah hati.
936. cinta adalah kebenaran, seperti aku; yang benar-benar terluka, benar-benar merindu, dalam kesunyian.
937. MALAM adalah pilu, menghunusku dari rindu yang sembilu; tanpa hadirmu di malamku.
938. cinta adalah doaku, yang jawabannya adalah kamu.
939. MALAM tempat cinta terkubur rindu, dengan labuhnya ciumanmu; membuat luka terlunta-lunta.
940. MALAM menjadikan kenangan; membuat jalan setapak untuk kau kembali ke sebuah pelukan.
941. MALAM tempat aku berulang-ulang; merindukanmu seperti menghitung bintang-bintang.
942. malam menjadi sebuah keteduhan untuk kau mencintai yang kau rindukan.
943. kesempatan mencintaimu adalah kesiapan untuk aku merindukanmu, pun menahan lukaku.
944. aku ingin menjadi setiap kesempatan di harimu; mencerahkanmu, meneduhkanmu, membisikkan kata cinta, pun merindukanmu.
945. rindu memberikan aku alasan; untuk mencintaimu lebih dalam, lebih tenang.
946. Aku hilang dalam kehilanganmu; seperti aku mati dalam kehidupanku, melepasmu.
947. bibirmu, tempat paling asal yang dituju rinduku.
948. MALAM terang bulan, membuat aku merupa serigala; melonglong tentang rinduku yang sedu.
949. Saat malam menjadi terang, saat bibir kita bersentuhan; melumerkan luka duka rindu, dan sunyi yang gaduh.
950. Adakah yang lebih tenang dari malam, lebih gaduh dari rindu, lebih syahdu dari syair?. Ada, bibirmu.
1000. Sekianlah sajak tentang rinduku padamu, kan kututup dengan sebuah lingkar emas di jarimu.
999. Ada yang tak pernah berlalu di telaga matamu; sekelebat kenangan, sekelumit rindu, yang membuat aku teduh ketika mengingatmu.
998. Dengan bantuan angin timur, aku akan menyusulmu senja; di bingkai malam, pun di bingkai bintang.
997. Hatimu yang rahasia, tak habis kutelusuri, dan hanya aku yang dapat membukanya ketika ia terkunci rapat.
996. Bibirmu adalah rahasia rinduku; yang terungkapkan dengan sebuah ciuman.
995. Dan yang paling merah di hatiku terletak di bibirmu; cinta yang bernafas pada rindu yang sesak.
994. Tak pernah aku berucap rindu di telingamu; kecuali lewat bibirku, menciummu.
993. Dada yang datar tidaklah mencerminkan cinta yang datar; aku sangsinya.
992. Aku pujangga kesunyian, yang tak lelah menulis rindunya di atas perapian; dingin malam berkobar, sejuk pagi kubiar.
991. Adakah yang lebih mati dari cintaku yang kau sudahi?.
990. Sayang, bagaimana cara aku meneguk rindu yang datang berarak-arak; memabukkan sunyi, menggaduhkan sepi.
989. Kokoh bagai gunung, berisik bagai angin, tenang seperti hutan, penuh hasrat layaknya bara api; seperti itulah cintaku.
988. Jika orang bilang cinta itu tak ada, maka aku katakan cinta itu luar biasa; ialah nyawa sajak, ialah benih kehidupan.
987. Ciumanmu nan teduh, seperti nelayan dengan nyanyian senjanya.
986. Yang aku genggam bukan hatimu, melainkan janjimu yang setia bersama cintaku.
985. Aku bersemayam di tubuhmu, serupa bulu-bulu lembut di kulitmu; yang akan kau sentuh, dan akan kusinggahi.
984. Cinta cukup sederhana, tak perlu lebih tak butuh megah. Cinta selalu merasa, terkadang luka, terkadang duka.
983. Seperti aku yang setia, menantimu dengan senyuman senja.
982. Izinkan malam menterjemahkan kelam di hati tersunyiku ini, dan biarkan rindu menggaduh bila perlu.
981. Jika kutahu seperih apa lukaku, kubiarkan sunyi mengobati. Jika kutahu sedalam apa cintaku, kan kubiarkan rindu merasuki hati.
980. Cinta adalah bagian akhir rinduku; yang telah kuselami, dan akan kunikahi.
979. Tak ada yang lebih sesak selain sajak; yang kau tulis dengan tinta airmatamu.
978. PAGI membawa arti; untuk kembali padamu, pun kehilanganmu.
977. Cinta adalah sebuah rahasia; dengan ciumanmu sebagai tabirnya.
976. Bila aku hidup dari cinta; maka aku bersedia mati karenanya.
975. Katakan akhir dunia, bila aku sanggup melepasmu. Katakan akhir dunia, bila cintamu semua palsu.
974. Matilah bersamaku, kekasih, berikan aku separuh nafasmu untuk aku sesapi; agar kita dapat melangkah ke tempat yang lebih tinggi.
973. Cinta begitu rumit, tak pula untuk dibilang kejam; cinta yang terpaut di dua hati yang sama-sama tak lelah memiliki.
972. Ketika cinta itu, ketika aku membuatkan telur dadar kesukaanmu di sarapan pagimu; setelah kita lelah bercumbu semalaman.
971. Rindu dan kenangan sebagai alasan kuat; untuk tidak meninggalkanmu lebih jauh, pun mengingatmu lebih dalam.
970. Hatiku membekas menjejak darah; ketika kau lupa dimana kasur tempat biasa kita tertidur bersama.
969. Cinta tak pernah berpikir tuk kembali, hanya rindunya yang membuat jalan setapak untuk kenangan.
968. Aku lelah merindu, aku mau hanya dirimu; disampingku hingga seribu tahun lamanya.
967. Malam tempat aku menghangatkan tubuh, mengkristalkan rindu; kekalkan aku dalam dekapanmu.
966. Hujan tempat tangisku bersembunyi, dengan matahari sebatai pelesap lukanya.
965. Hujan membuat rinduku gaduh, berciuman semakin deru; hujanlah lama-lama, biar aku dan kamu untuk selamanya.
964. Hujan di pagi hari, membuat rinduku semakin deru; mengalahkan derasnya airmataku.
963. Jika cinta adalah segelas minuman, aku sudah terlanjur menghirup meminumnya; dapatkah aku minta segelas lagi?.
962. Aku benci ketika hujan di teriknya siang; itu menghapus jejak rinduku yang tertuju padamu.
961. Matamu seperti gugusan bintang, dan aku sebagai bingkai bintangnya; mendekapmu, membawamu tak pernah jauh dariku.
960. Hujan adalah rinduku yang tak terbendung, dan tenggelam dalam samudera airmatamu.
959. Jika rindu adalah air, aku sudah mati tenggelam di dasarnya.
958. Jika rindu itu sebuah pena, takkan habis sajak kutulis; dengan namamu sebagai tintanya.
957. Ketika aku lelah pada rindu; ketika kamu makin erat mendekapku, tolong jangan pernah lepaskan.
956. Ketika aku lelah pada rindu, disitu aku membencimu; agar tak hilang kamu dari ingatanku.
955. Malam menjadi kelabu, hitam nan kelam; ketika rindu itu, lelah berpijar dari cahaya matamu.
954. Tak pernah aku menginginkan sepasang sayap di punggungmu; agar kau, tak pernah terbang jauh dari cintaku.
953. Kasih itu sabar dan murah hati, ia tak pernah cemburu; sama seperti cinta, tak pernah menangis ketika menahan deru rindu.
952. Seburuk apapun keadaan, selalu ada hal baik di cakrawala; di matamu, di senyummu.
951. kelak, sajak-sajakku merupa kasih yang nyata, dari buah benih cinta kita.