Wahai kamu yang hadirnya pernah begitu mewarnai,
Aku ingin bercerita sebentar,
Tentang kamu,
Tentang hati,
Tentang ketiadaan yang menyesakkan.
Aku terlalu hancur bila harus menemui ketakutanku,
K e h i l a n g a n k a m u,
Suatu sebab yang mengakibatkan perasaan sedemikian hancur,
Suatu alasan yang membuat hidup serasa kosong melompong.
Setiap pagi,
Aku takut untuk terbangun,
Mengingat bahwa sudah tidak ada kamu di seharianku nanti,
Aku hanya bisa mengenangmu,
Bersama hati yang bercerita dalam setiap tulisan,
Aku tidak siap kehilanganmu,
Sebab itu aku seperti rumah yang tidak berpenghuni,
Usang jadinya.
Jika malam mulai menjelang,
Hatiku remuk redam,
Jika dulu bersama kamu aku bisa menyusun masa depan,
Kini sendiri aku kesepian,
Bahkan tujuan pun aku hampir tak punya,
Alasanku bersemangat sepenuhnya hilang bersama ketiadaanmu,
Aku sungguh-sungguh membutuhkan kamu.
Apa aku sudah benar lupa akan nikmat Tuhan,
Yang ketika bersama kamu aku tidak kuat menjagaimu,
Hingga genggamanku melemah dan akhirnya kamu terlepas,
Maka seperti ini lah jadinya,
Aku kelimpungan,
Pada akhirnya begini,
Seluruhku sekali ini sangat ingin mengakui,
Atas setiap kesungguhan hati,
Aku kehilanganmu,
Aku benar-benar kehilanganmu,
Satu hal yang sampai saat ini sangat menyesakkan aku,
Satu sebab yang menjatuhkan aku dalam kesalahan paling dalam,
Aku tidak pernah benar-benar bisa tanpa mengingatmu,
Sedang hati ternyata masih mengucap lirih namamu,
Kamu adalah sebuah pengecualian atas percintaan yang suci,
Kamu kekal dalam perasaanku,
Sementara hadirmu tak berwujud di hadapan,
Aku hanya bisa mencintaimu sedari jauh,
Sekali lagi,
Aku benar-benar kehilanganmu,
Kehilangan yang begitu mengosongkan jiwaku,
Jika ada alasan yang membuat Tuhan harus mengembalikan kamu,
Doaku setiap waktu lah alasannya,
Dan tak lain atas seutuhnya perasaanku,
Aku (masih) mencintaimu..