Ada percik-percik yang mencoba menyelusup dalam hidupku. Ia menggantikan lengkung bibirku yang semula mengarah ke atas, kini mengarah turun. Murung. Hatiku seperti seolah bersisa luka. Dan sisanya gak akan bisa terhapuskan. Ia menetap di sini, dan tanpa segan ia tetap menari meski aku seringkali mencoba mengusiknya, mengusirnya. Ada hal yang dirasakan hatiku, tapi tak bisa ku jelaskan. Sama sekali gak bisa. Tapi sakitnya makin hari makin berasa. Rasa ini selalu menggubris sisa bahagiaku.
Ada yang tergores di sini, ia pernah begitu terlukanya, meski hanya bersisa goresan kecil tapi lukanya gak terhilangkan. Ia tetap ada dan selalu ada. Kamu, aku gak pernah menyalahkan kamu gak peka atau gak peduli. sama sekali gak pernah. Aku hanya menertawai kebodohanku sendiri, mecinta tapi gak sanggup menjelaskan bagaimana dalam rasa ini. Hingga akhirnya kamu tahu tapi gak seluruhnya. Tapi aku juga yakin, kamu juga rasakan yang sama seperti apa yang pernah aku baca dalam kolom sms itu.
Mencinta yang sama besarnya, tapi sakitnya ? Sakitnya gak sama, termasuk pedih dan kecewanya untuk tidak menyatu. Tahu mengapa ? Karena dia bilang, "kau akan sakit jika mengenal aku yang sesungguhnya, kau akan kecewa dan langsung menyirnakan rasamu ketika kau telah tahu kepribadianku yang sesungguhnya". Padahal dia gak tahu, dia gak ngerti bagaimana dalam rasaku untuknya. Yang ia tahu, cinta hanya mengenal kelebihan saja, tidak dengan kekurangan. Dia tidak tahu seberapa besar kekuatan cinta itu. Ia tabu tentang cinta sejati.
Kalau saja ia tahu, Cinta gak butuh penjelasan tentang kekurangan. Karena tanpa ia sadari cinta akan mencoba menutupi kekuranganmu, dan membuatmu terasa sempurna. Sempurna hanya ketika kamu mendapatkan cinta yang tulus dan cinta sejati.
Aku pernah mengungkap sebuah pendapat mengenai cinta. Bagiku cinta tak pernah saling memilih, tapi cinta saling dipilih. Tapi apa dengan segala kerapuhanku aku bisa menguatkan dinding penegarku ? terlebih ketika tak ada yang mamu ku jadikan sandaran. Aku hanya bisa menautkan jari-jariku sendiri. Menguatkan diri sendiri, menegarkan diri sendiri.
Tapi aku juga harus bangkit, untuk apa aku terus seperti ini, ketika di luar sana banyak sekali yang mencoba mencuri hatiku. Tapi hatiku telah tertambat, telah melekat kuat di relungnya. Ah, entahlah. Aku harus bangkit, harus bangkit, harus bangkit, dan harus bangkit.
sumber artikel : http://periihujaan.blogspot.com/2013/01/cinta-tak-sempurna.html
Ada yang tergores di sini, ia pernah begitu terlukanya, meski hanya bersisa goresan kecil tapi lukanya gak terhilangkan. Ia tetap ada dan selalu ada. Kamu, aku gak pernah menyalahkan kamu gak peka atau gak peduli. sama sekali gak pernah. Aku hanya menertawai kebodohanku sendiri, mecinta tapi gak sanggup menjelaskan bagaimana dalam rasa ini. Hingga akhirnya kamu tahu tapi gak seluruhnya. Tapi aku juga yakin, kamu juga rasakan yang sama seperti apa yang pernah aku baca dalam kolom sms itu.
Mencinta yang sama besarnya, tapi sakitnya ? Sakitnya gak sama, termasuk pedih dan kecewanya untuk tidak menyatu. Tahu mengapa ? Karena dia bilang, "kau akan sakit jika mengenal aku yang sesungguhnya, kau akan kecewa dan langsung menyirnakan rasamu ketika kau telah tahu kepribadianku yang sesungguhnya". Padahal dia gak tahu, dia gak ngerti bagaimana dalam rasaku untuknya. Yang ia tahu, cinta hanya mengenal kelebihan saja, tidak dengan kekurangan. Dia tidak tahu seberapa besar kekuatan cinta itu. Ia tabu tentang cinta sejati.
Kalau saja ia tahu, Cinta gak butuh penjelasan tentang kekurangan. Karena tanpa ia sadari cinta akan mencoba menutupi kekuranganmu, dan membuatmu terasa sempurna. Sempurna hanya ketika kamu mendapatkan cinta yang tulus dan cinta sejati.
Aku pernah mengungkap sebuah pendapat mengenai cinta. Bagiku cinta tak pernah saling memilih, tapi cinta saling dipilih. Tapi apa dengan segala kerapuhanku aku bisa menguatkan dinding penegarku ? terlebih ketika tak ada yang mamu ku jadikan sandaran. Aku hanya bisa menautkan jari-jariku sendiri. Menguatkan diri sendiri, menegarkan diri sendiri.
Tapi aku juga harus bangkit, untuk apa aku terus seperti ini, ketika di luar sana banyak sekali yang mencoba mencuri hatiku. Tapi hatiku telah tertambat, telah melekat kuat di relungnya. Ah, entahlah. Aku harus bangkit, harus bangkit, harus bangkit, dan harus bangkit.
sumber artikel : http://periihujaan.blogspot.com/2013/01/cinta-tak-sempurna.html