Tangis pun tak lagi berair mata
Meskipun renta kian memar
Terangkai pudarnya seberkas
Terang di dalam hidupku
Tak pernah sepi pinta dan harapku
Tak pernah lepas tutur kata sapaku
Teruntukmu seorang yang pernah
Tinggal di dalam bilik hatiku
Meskipun hatimu tercipta
Bukan untukku namun cukuplah
Bahagaiku bisa mengenalmu
Meskipun sakit yang ku rasa
Dari sebuah pertemuan
Hingga di dalam sepinya
Hati kerap menyiratkan seribu
Sajak-sajak merana tentang
Sang pelantun kidung rindu
Yang telah menggemakan nada-nada
Merdunya rindu di dalam kalbu
Puisi cinta yang indah ini ditulis oleh Putra Jogja dan dipublikasikan di situs www.gudangpuisi.com, wadah bagi siapa saja yang ingin mengekspresikan guratan seni dalam bentuk puisi, syair dan sajak.
Meskipun renta kian memar
Terangkai pudarnya seberkas
Terang di dalam hidupku
Tak pernah sepi pinta dan harapku
Tak pernah lepas tutur kata sapaku
Teruntukmu seorang yang pernah
Tinggal di dalam bilik hatiku
Meskipun hatimu tercipta
Bukan untukku namun cukuplah
Bahagaiku bisa mengenalmu
Meskipun sakit yang ku rasa
Dari sebuah pertemuan
Hingga di dalam sepinya
Hati kerap menyiratkan seribu
Sajak-sajak merana tentang
Sang pelantun kidung rindu
Yang telah menggemakan nada-nada
Merdunya rindu di dalam kalbu
Puisi cinta yang indah ini ditulis oleh Putra Jogja dan dipublikasikan di situs www.gudangpuisi.com, wadah bagi siapa saja yang ingin mengekspresikan guratan seni dalam bentuk puisi, syair dan sajak.